Kota Binjai

kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia
Revisi sejak 13 Juli 2023 10.41 oleh Ukozok (bicara | kontrib) (Menambahkan etimologi kata Binjai.)


Binjai (abjad Jawi: بنجاي) adalah salah satu kota di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Binjai terletak sekitar 22 km di sebelah barat ibu kota Provinsi Sumatra Utara, yaitu Kota Medan. Sebelum berstatus kota, Binjai adalah ibu kota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan. Jumlah penduduk Kota Binjai sebanyak 279.302 jiwa (2021), dengan kepadatan 3.095 jiwa/km².[1]

Kota Binjai
Timbang Langkat
Transkripsi bahasa daerah
 • Abjad Jawiكوتا بنجاي
Gapura selamat datang di Kota Binjai
Gapura selamat datang di Kota Binjai
Lambang resmi Kota Binjai
Julukan: 
Kota Rambutan
Peta
Kota Binjai di Indonesia
Kota Binjai
Kota Binjai
Peta
Kota Binjai di Indonesia
Kota Binjai
Kota Binjai
Kota Binjai (Indonesia)
Koordinat: 3°36′00″N 98°29′07″E / 3.6°N 98.4853°E / 3.6; 98.4853
Negara Indonesia
ProvinsiSumatra Utara
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiAmir Hamzah
 • Wakil BupatiRizky Yunanda Sitepu
Luas
 • Total90,23 km2 (34,84 sq mi)
Populasi
 • Total279.302
 • Kepadatan3.095,00/km2 (8,016,0/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 83,47%
Kristen 10,29%
- Protestan 9,16%
- Katolik 1,13%
Buddha 5,94%
Hindu 0,29%
Lainnya 0,01%[1][2]
 • BahasaIndonesia, Melayu, Karo, Batak, Hokkien, Tamil, Jawa
 • IPMKenaikan 76,01 (2021)
tinggi[3]
Zona waktu[[UTC]] (WIB)
Kode BPS
1276 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon061
Pelat kendaraanBK xxxx R**
Kode Kemendagri12.75 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 595.614.977.000,- (2020)
Semboyan daerahBinjai Kota Rambutan
Situs webwww.binjaikota.go.id

Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh Jalan Raya Lintas Sumatra yang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh.[4][5]

Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditas unggulan daerah tersebut.

Sejarah

 
Pemandangan jalan di Binjai (1885-1895)
 
Masjid di Binjai (1890-1894)

Pada masa silam kota Binjai disebut sebagai sebuah kota yang terletak di antara Sungai Mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, terletak di antara dua kerajaan Melayu yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat. Berdasarkan penuturan para leluhur, baik yang dikisahkan atau yang diriwayatkan dalam berbagai tulisan yang pernah dijumpai, kota Binjai itu berasal dari sebuah kampung yang kecil terletak di pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai yang sekarang. Upacara adat dalam rangka pembukaan Kampung tersebut diadakan di bawah sebatang pohon Binjai (Mangifera caesia) yang rindang yang batangnya amat besar, tumbuh kokoh di pinggir Sungai Bingai yang bermuara ke Sungai Wampu, sungai yang cukup besar dan dapat dilayari sampan-sampan besar yang berkayuh sampai jauh ke udik.[6]

Di sekitar pohon Binjai yang besar itulah kemudian dibangun beberapa rumah yang lama-kelamaan menjadi besar dan luas yang akhirnya berkembang menjadi bandar atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh tongkang-tongkang yang datang dari Stabat, Tanjung Pura dan juga dari Selat Malaka. Kemudian nama pohon Binjai itulah yang akhirnya melekat menjadi nama kota Binjai. Konon pohon Binjai ini adalah sebangsa pohon yang juga dikenal dengan nama embacang. Kata Binjai berasal dari bahasa Melayu.

Dalam versi lain yang merujuk dari beberapa referensi, asal-muasal kata "Binjai" merupakan kata baku dari istilah "Binjéi" yang merupakan makna dari kata "ben" dan "i-jéi" yang dalam bahasa Karo artinya "bermalam di sini". Pengertian ini dipercaya oleh sebagian masyarakat asli kota Binjai, khususnya etnis Karo. Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa pada masa dahulu kala, kota Binjai merupakan perkampungan yang berada di jalur yang digunakan oleh "Perlanja Sira" yang dalam istilah Karo merupakan pedagang yang membawa barang dagangan dari dataran tinggi Karo dan menukarnya (barter) dengan pedagang garam di daerah pesisir Langkat.

Perjalanan yang ditempuh Perlanja Sira ini hanya dengan berjalan kaki menembus hutan belantara menyusuri jalur tepi sungai dari dataran tinggi Karo ke pesisir Langkat dan tidak dapat ditempuh dalam waktu satu atau dua hari, sehingga selalu bermalam di tempat yang sama, begitu juga sebaliknya, kembali dari dataran rendah Karo yaitu pesisir Langkat, Para perlanja sira ini kembali bermalam di tempat yang sama pula, selanjutnya seiring waktu menjadi sebuah perkampungan yang mereka namai dengan "Kuta Benjéi".

Masa Pendudukan Belanda

Pada tahun 1823, Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang mengutus John Anderson ke pesisir Sumatra timur dan dalam catatannya disebutkan sebuah kampung yang bernama "Ba Bingai".[7] Sejak tahun 1822, Binjai telah dijadikan bandar/pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah berasal dari perkebunan lada di sekitar ketapangai (pungai) atau Kelurahan Kebun Lada/Damai.[6]

Selanjutnya pada tahun 1864, Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J. Nienkyis yang mendorong didirikannya Deli Maatschappij pada tahun 1866. Orang Belanda berusaha menguasai Tanah Deli menggunakan politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini ditentang oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat, sementara Datuk Sunggal tidak menyetujui pemberian konsensi tanah kepada perusahaan Rotterdenmy oleh Sultan Deli karena tanpa persetujuan. Di bawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama rakyatnya di Timbang Langkat (Binjai) dibuat benteng pertahanan untuk menghadapi Belanda.

Belanda merasa terhina atas tindakan ini dan memerintahkan kapten Koops untuk menumpas para datuk yang menentang Belanda. Pada 17 Mei 1872 terjadilah pertempuran yang sengit antara Datuk/masyarakat dengan Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan ditetapkan sebagai hari jadi Kota Binjai. Perjuangan para datuk/rakyat terus berkobar dan pada akhirnya pada 24 Oktober 1872 Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat dapat ditangkap Belanda dan kemudian pada tahun 1873 dibuang ke Cilacap.[6] Pada tahun 1917 oleh Pemerintah Belanda dikeluarkan Instelling Ordonantie No.12 dimana Binjai dijadikan Gemeente dengan luas 267 Ha.[6]

Masa Pendudukan Jepang

Pada tahun 1942-1945 Binjai dibawah Pemerintahan Jepang dengan kepala pemerintahan Kagujawa (dengan sebutan Guserbu) dan tahun 1944/1945 pemerintahan kota dipimpin oleh ketua Dewan Eksekutif J. Runnanbi dengan anggota Dr. RM Djulham, Natangsa Sembiring dan Tan Hong Poh.[6]

Masa Kemerdekaan Indonesia

Pada tahun 1945, (saat revolusi) sebagai kepala pemerintahan Binjai adalah RM. Ibnu. Pada 29 Oktober 1945, T. Amir Hamzah diangkat menjadi residen Langkat oleh komite nasional. Pada masa pendudukan Belanda tahun 1947 Binjai berada di bawah Asisten Residen J. Bunger dan RM. Ibnu sebagai Wakil Wali Kota Binjai. Pada tahun 1948 -1950 pemerintahan Kota Binjai dipegang oleh ASC More. Tahun 1950-1956 Binjai menjadi kota Administratif kabupaten Langkat dan sebagai wali kota adalah OK Salamuddin kemudian T. Ubaidullah Tahun 1953-1956. Berdasarkan Undang-Undang Daruat No.9 Tahun 1956 Kota Binjai menjadi otonom dengan wali kota pertama SS Parumuhan.[6]

Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di propinsi Sumatra Utara telah membenahi dirinya dengan melakukan pemekaran wilayahnya. Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1986 wilayah kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 km2 dengan 5 wilayah kecamatan yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993 maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan 20. Perubahan ini berdasarkan Keputusan Gubenur Sumatra Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang Pembentukan 6 Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan di Kota Binjai. Berdasarkan SK Gubenur Sumatra Utara No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996, 17 desa menjadi kelurahan.[6]

Geografi

Letak geografis Binjai 03°03'40"–03°40'02" LU dan 98°27'03"–98°39'32" BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km 10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17 adalah berada dalam wilayah Kota Binjai.

Ada 2 sungai yang membelah Kota Binjai yaitu Sungai Bingai dan Mencirim yang menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk kemudian disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran kota, masih banyak penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air sumur yang memang masih layak dikonsumsi.

Batas Wilayah

Utara Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang
Timur Kabupaten Deli Serdang
Selatan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang
Barat Kabupaten Langkat

Pemerintahan

Daftar Wali Kota

No Wali Kota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Wakil Wali Kota Ket.
J Runnanbi 1944 1945 1 [ket. 1]
1 RM Ibnoe 1945 1947 1 [ket. 2]
2 J Bunger 1947 1948 2
3 ASC More 1948 1950 3
4 OK Salamuddin 1950 1953 4
5 T Ubaidullah 1953 1956 5
6 SS Paruhuman 1956 1960 6 [ket. 3]
7 Abdullah Rayni 1960 1966 7
8 Azhari Pulungan 1966 1968 8
9 Amanan 1968 1973 9
10 Mulai Sebayang 1973 1978 10
11 A Soepomo 1978 1984 11
12 Syarifuddin 1984 1989 12
13 RJ Hadi Siswoyo Al Haj 1989 1994 13
14 Abadi Barus 1994 1999 14
15   Ali Umri 2000 2010 15 Anhar A Monel
16   Muhammad Idaham 2010 2015 16 Timbas Tarigan
Riadil Akhir Lubis 14 Agustus 2015 17 Februari 2016
(16)   Muhammad Idaham 17 Februari 2016 17 Februari 2021 17

(2016)

Timbas Tarigan
Mahfullah Pratama Daulay 17 Februari 2021 26 Februari 2021 [ket. 4]
17 Juliadi 26 Februari 2021 5 Maret 2021 18

(2020)

Amir Hamzah
Amir Hamzah 5 Maret 2021 26 Maret 2021 (Plh.)
26 Maret 2021 26 April 2021 [ket. 5]
18
 
26 April 2021 Petahana Rizky Yunanda Sitepu

(sejak 6 Oktober 2021)

Keterangan
  1. ^ Dewan Eksekutif
  2. ^ Kepala Pemerintahan
  3. ^ Sebagai daerah otonom
  4. ^ Pelaksana Harian Wali Kota[8]
  5. ^ Pelaksana Tugas Wali Kota[9]

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Binjai dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[10] 2019–2024[11] 2024–2029[12]
Gerindra 4   5   4
PDI-P 3   4   5
Golkar 5   6   6
NasDem 3   3   4
PKS 2   3   6
Hanura 3   1   0
PAN 3   3   3
Demokrat 4   3   6
PPP 3   2   1
Jumlah Anggota 30   30   35
Jumlah Partai 9   9   8

Kecamatan

Kota Binjai terdiri dari 5 kecamatan dan 37 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 59,19 km² dan jumlah penduduk sekitar 274.697 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 89 jiwa/km².[13][14]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Binjai, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Status Daftar
Desa/Kelurahan
12.75.03 Binjai Barat 6 Kelurahan
12.75.02 Binjai Kota 7 Kelurahan
12.75.05 Binjai Selatan 8 Kelurahan
12.75.04 Binjai Timur 7 Kelurahan
12.75.01 Binjai Utara 9 Kelurahan
TOTAL 37

Kota Binjai terbagi atas 5 kecamatan yang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahan dan desa. Sedianya Binjai hanyalah sebuah kecamatan di dalam lingkup Kabupaten Langkat. Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah:

Kecamatan Binjai Kota, Binjai Timur dan Binjai Selatan baru dibentuk pada tahun 1981. Kota Binjai sebelumnya merupakan tempat bermarkas Kepolisian Resort Langkat yang mengurusi urusan kepolisian Kota Binjai dan Kabupaten Langkat. Pada tahun 2001, Polres Langkat kemudian dipindahkan bermarkas di Stabat, ibu kota Kabupaten Langkat. Sedangkan untuk Kota Binjai dibentuk Kepolisian Resort Kota Binjai (Polresta Binjai). Tepat di depan kantor wali kota, terdapat Lapangan Merdeka dan Pendopo Umar Baki di Jalan Veteran. Lapangan Merdeka merupakan alun-alun warga Kota Binjai sedangkan Pendopo Umar Baki adalah gedung serba guna untuk melangsungkan banyak acara resmi maupun tidak resmi.

Demografi

 
Perayaan Imlek di Vihara Setia Buddha, Binjai

Kota Binjai merupakan kota multi etnis, yang dihuni oleh suku Melayu, Batak, termasuk Toba, Karo, Mandailing, Angkola, kemudian Jawa, Tionghoa, dan suku lainnya. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk kota Binjai sampai pada April 2016 adalah 267.901 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.961,86 iwa/km². Tenaga kerja produktif sekitar 160.000 jiwa. Banyak juga penduduk Binjai yang bekerja di Medan karena transportasi dan jarak yang relatif dekat.

Agama

Agama di Binjai terutama:

  • Islam–dipeluk mayoritas suku Melayu, Jawa, Batak Mandailing dan sebagian suku Karo dan Toba.
  • Kristen–dipeluk sebagian besar suku Karo, Batak Toba, Nias, dan sebagian Tionghoa.
  • Buddha–dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di Binjai Kota dan Binjai Barat.
  • Hindu–ada 1 pura di Binjai berlokasi di Jalan Ahmad Yani, agama Hindu dipeluk terutama oleh etnis India dan beberapa dari suku Bali.

Ekonomi

Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di wilayah Kecamatan Binjai Kota. Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah Binjai Utara, sedangkan di sebelah timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian. Daerah pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan Binjai Barat. Kawasan Industri Binjai di Kecamatan Binjai Utara direncanakan di Kelurahan Cengkih Turi dengan luas wilayah 300 ha. Binjai juga adalah penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir, Kecamatan Binjai Utara.

Data tahun 1999 menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk Binjai adalah sebesar Rp. 3,3 juta, sayang angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita provinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 5,32 persen. Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa–jasa

Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun.[15] Sayangnya, kapasitas sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan rambutan menjadi komoditas unggulan yang bernilai plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan itu sendiri, misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang komplet.

Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli dari Binjai sendiri dan Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:

Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:

Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko) sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.

Pendidikan

Sampai saat ini, jumlah sekolah umum yang terdaftar di Pemerintah Dati II Binjai adalah 154 SD, 37 SMP, 9 MT, 31 SMU dan 10 MA, keseluruhan berjumlah 241 buah. Jumlah penduduk usia sekolah wajib (di bawah 19 tahun) adalah 78.000 jiwa. Dari total jumlah 241 buah sekolah ini, 85 sekolah di antaranya terletak di Binjai Utara. Salah satu sekolah yang terkenal adalah Sekolah Swasta Methodist Binjai yang masuk dalam 40 sekolah unggulan menurut majalah GATRA dengan judul "40+ Sekolah Unggulan" untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional.

Transportasi

Sarana transportasi di dalam kota Binjai terutama adalah beca mesin roda tiga yang unik dan mobil angkutan umum yang disebut sudako. Untuk transportasi ke luar kota, selain transportasi jalan, ada juga kereta api yang menghubungkan Binjai dengan Medan dan Kwala di Kabupaten Langkat.

Sampai dengan tahun 2007, prasarana jalan di Kota Binjai terdiri dari:[16]

Letak Binjai sekitar 2 jam perjalanan darat ke Bandara Kualanamu, Medan. Selain itu, pelabuhan terdekat juga telah dihubungkan dengan jalan tol Medan-Binjai dan jalan tol Belmera.

Pada akhir tahun 2015, sistem Bus Rapid Transit Trans Mebidang telah beroperasi di Kota Medan, Kota Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang.

Jenis angkutan umum Koridor/trayek Tujuan
Trans Mebidang 1 Terminal Kota Binjai- Pusat Pasar (Medan)

Pariwisata

Kota Binjai berkembang dengan pesat dan terus berbenah menjadi kota tujuan wisata. Sejumlah objek wisata alam atau sejarah di kota ini, antara lain; Arum Jeram Sungai Binge; Masjid Agung Binjai; Pantai Sei Bingei; Tugu Perjuangan 1945; dan Vihara Setia Buddha.

Telekomunikasi

Kota Binjai dengan kode pos 20700, saat ini mempunyai satu kantor pos induk di Jalan Jenderal Sudirman dengan dua kantor pos pembantu.

Kesehatan

Rumah Sakit

Ada 7 rumah sakit besar kecil yang melayani kebutuhan kesehatan penduduk Binjai yaitu:

  • RS Korem 023 Binjai
  • RS Umum Binjai (Dr. Djoelham)
  • RS Bangkatan
  • RS PTP IX
  • RS Bidadari
  • RS Umum Latersia
  • RS Umum Artha Medica

Lain-lain

Ikon kota

 
Tugu Perjuangan '45 di Binjai

Salah satu ikon Kota Binjai adalah Tugu Perjuangan 1945 yang menjadi perlambang pintu gerbang Kota Binjai menyambut kedatangan pengunjung dari luar kota.Tidak banyak yang mengetahui, bahwa peranan Muhammadiyah di awal-awal kemerdekaan tahun 1945 sangat-sangat dominan. Pengibaran sang saka Merah Putih pada tanggal 06 September 1945 bertepatan dengan 1 syawal 1365 H (Hari Jumat)dilaksanakan oleh Pengurus dan Anggota Muhammadiyah serta masyarakat umum lainnya segera setelah menerima telegram bahwa Republik Indonesia sudah MERDEKA.Pengakuan Pemko dalam hal ini dapat dilihat dengan adanya tatengger di jalan Perintis Kemerdekaan. Selain itu, sebelumnya Binjai juga mempunyai ikon lain yaitu tugu air peninggalan zaman Belanda di Jalan Jenderal Sudirman yang sebelumnya digunakan untuk menyalurkan air bersih ke rumah-rumah di dalam kota. Namun peninggalan bersejarah ini beberapa tahun lalu telah digantikan dengan jejeran rumah toko.

Pintu gerbang ke Langkat

Binjai juga adalah salah satu tempat transit bagi wisatawan yang ingin menuju ke kawasan wisata Bukit Lawang di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kabupaten Langkat yang berjarak 68 km di barat laut Binjai. Bukit Lawang juga merupakan daerah konservasi mawas Sumatra (orang utan merah).

Bentrokan TNI dan Polisi

Binjai pernah beberapa kali menjadi objek perhatian nasional karena beberapa peristiwa di antaranya peristiwa bentrokan anggota TNI dengan Polri yang mengakibatkan korban jiwa baik dari kedua belah pihak maupun dari sipil pada akhir tahun 2002. 2 unit yang bersengketa yaitu unit Yonif Linud 100/Prajurit Setia (Linud 100/PS) dari Kodam I/Bukit Barisan dan unit elite Brigade Mobil (Brimob) dari Polda Sumatra Utara.

Tokoh Binjai

Kota persahabatan

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d "Kota Binjai Dalam Angka 2021" (pdf). www.binjaikota.bps.go.id. hlm. 9, 87, 198–199. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-28. Diakses tanggal 28 Oktober 2021. 
  2. ^ "Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kota Binjai 2017". www.binjaikota.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 3 November 2020. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  4. ^ "Hukum Online, diakses 19 Februari 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-23. Diakses tanggal 2015-02-19. 
  5. ^ "Rumah Pemilu, diakses 19 Februari 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-19. Diakses tanggal 2015-02-19. 
  6. ^ a b c d e f g "Situs resmi pemerintah Kota Binjai - Sejarah singkat Kota Binjai". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-21. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  7. ^ Menurut buku Mission to The Eastcoast of Sumatra-Edinbung, 1826.
  8. ^ "Hari Ini Idaham Diganti Jadi Wali Kota Binjai, Sekda Bakal Jalankan Roda Pemerintahan". Tribun Medan. 17 Februari 2021. Diakses tanggal 17 Februari 2021. 
  9. ^ "Amir Hamzah Ditetapkan Jadi Plt. Walikota Binjai". Medan Pos. 8 Maret 2021. Diakses tanggal 11 Maret 2021. 
  10. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Binjai 2014-2019
  11. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Binjai 2019-2024
  12. ^ "KPU Tetapkan Perolehan Kursi Parpol dan Caleg Terpilih DPRD Binjai". mitanews.co.id. 02-05-2024. Diakses tanggal 05-05-2024. 
  13. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  14. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  15. ^ Pemerintah Provinsi Sumatra Utara tentang potensi Binjai http://www.pempropsu.go.id/ongkam.php?me=potensi_binjai Diarsipkan 2008-12-27 di Wayback Machine.
  16. ^ Situs Pemko Binjai http://www.binjai.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=78&Itemid=89 Diarsipkan 2011-07-21 di Wayback Machine.

Pranala luar