Bahasa Jawa Suriname
Bahasa Jawa Suriname (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦱꦸꦫꦶꦤꦩꦼ, translit. Basa Jawa Suriname, bahasa Belanda: Surinaams-Javaans) adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang berakar dari dialek bahasa Jawa Kedu. Bahasa ini dituturkan di Suriname dan oleh komunitas Jawa-Suriname di Belanda. Jumlah penuturnya kurang lebih ada 65.000 jiwa di Suriname dan 30.000 jiwa di Belanda.[4] Orang Jawa Suriname merupakan keturunan kuli kontrak yang didatangkan dari Pulau Jawa dan sekitarnya.
Selayang pandang
suntingPada akhir abad ke-19, pemerintah Belanda yang menguasai Suriname di Amerika Selatan memerlukan kuli-kuli untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan. Sebelumnya, pekerjaan ini dilakukan oleh para abdi atau budak Negro dari Afrika. Namun, setelah perbudakan dihapuskan pada pertengahan abad ke-19, orang-orang Negro, yang disebut sebagai orang Kreol Suriname, meninggalkan perkebunan dan berduyun-duyun ke kota-kota di Suriname. Untuk mengganti para kuli perkebunan, orang Belanda meminta pertolongan Inggris. Suriname kemudian menjadi jajahan Britania Raya. Sekali waktu, pernah didatangkan orang Tionghoa. Orang Inggris kemudian mendatangkan sejumlah kuli kontrak dari Raj Britania (kini India). Pada akhirnya, orang Belanda takut akan orang Inggris dan tak mau lagi bergantung kepada mereka.
Barulah pemerintah Belanda mencoba mengganti atau menambah orang-orang India, disebut orang Hindustan Suriname, dengan orang-orang dari Hindia Belanda (kini Indonesia); yakni orang Jawa. Orang-orang Jawa ini kebanyakan diambil dengan sistem razia dan dipaksa dikapalkan ke Suriname. Namun pada akhirnya diberi kontrak yang harus diteken, meskipun sebenarnya mereka kebanyakan adalah petani dan buruh kasar yang tuna aksara.
Pada gilirannya, program 'transmigrasi' dari Hindia Belanda ke Suriname ini termasuk sukses. Antara tahun 1890–1939, terdapat lebih dari 33.000 jiwa orang Jawa yang dibawa ke Suriname. Jika Perang Dunia II tidak meletus, tentulah akan lebih banyak suku Jawa yang dibawa ke sana.
Latar belakang orang Jawa di Suriname
suntingTak semua penduduk Hindia Belanda yang dibawa ke Suriname itu etnis Jawa. Selain orang Jawa juga terdapat suku Sunda, Madura, dll. Namun karena mayoritas kuli kontrak itu adalah etnis Jawa, suku-suku selain Jawa berasimilasi sebagai orang Jawa.
Dilihat dari asalnya, kurang lebih 70% orang Jawa berasal dari Jawa Tengah, 20% dari Jawa Timur dan 10% dari Jawa Barat. Kurang lebih 90% termasuk etnis Jawa; 5% Sunda; 2,5% Madura dan 2,5% suku lain, termasuk juga orang-orang dari Batavia (kini Jakarta).[5]
Di antara suku Jawa tersebut, mayoritas berasal dari Karesidenan Kedu (Kabupaten Magelang dan sekitarnya). Itulah sebabnya, bahasa Jawa yang dituturkan di Suriname mirip dengan bahasa Jawa Kedu. Bahasa selain Jawa seperti Sunda dan Madura sudah tak dituturkan lagi. Terdapat pula beberapa kosakata serapan dari bahasa Melayu.
Dialek bahasa Jawa di Suriname
suntingDi Suriname hanya terdapat 1 dialek Jawa. Namun, adanya varian-varian kata menunjukkan bahwa pada masa lalu para migran Jawa itu menuturkan sejumlah dialek yang berbeda.
Di Suriname juga pernah ada penutur bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Sayangnya, bahasa ini dianggap tidak baik dan penuturnya sering dihina. Akibatnya, keturunan mereka tak lagi mempelajari dan menuturkan bahasa Banyumasan.
Pengaruh bahasa lain
suntingKosakata bahasa Jawa di Suriname banyak dipengaruhi oleh bahasa Belanda dan Sranan Tongo. Meskipun demikian, kedua bahasa tersebut tak memengaruhi fonologi dan tata bahasa.
Kata-kata Sranan Tongo yang sudah diserap malah ada yang memiliki bentuk bahasa krama.
Fonologi
suntingFonologi bahasa Jawa di Suriname tak berbeda dengan bahasa Jawa baku di Tanah Jawa. Fonologi Dialek Kedu yang menjadi leluhur bahasa Jawa Suriname tak berbeda dengan bahasa Jawa baku.
Namun terdapat fenomena baru dalam bahasa Jawa Suriname, yakni perbedaan antara fonem dental dan retrofleks (/t̪/ dan /d̪/ vs. /ʈ/ dan /ɖ/) semakin hilang.
Ejaan
suntingBahasa Jawa Suriname memiliki cara penulisan yang berbeda dengan bahasa Jawa di Pulau Jawa. Pada tahun 1986, bahasa Jawa Suriname mendapatkan cara pengejaan baku. Tabel di bawah ini menunjukkan perbedaan antara sistem Belanda sebelum PD II dengan ejaan Pusat Bahasa di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pra-1942 | Suriname (1986) | Yogyakarta (1991) |
---|---|---|
b | b | b |
d | d | d |
ḍ | d | dh |
dj | j | j |
g | g | g |
h | h | h |
j | y | y |
k | k | k |
l | l | l |
m | m | m |
n | n | n |
ng | ng | ng |
nj | ny | ny |
p | p | p |
r | r | r |
s | s | s |
t | t | t |
ṭ | t | th |
tj | ty | c |
w | w | w |
Kemudian fonem /a/ yang diucapkan seperti [a] ditulis "â". Sehingga, kata macan (harimau) ditulis mâtyân di Suriname, keduanya sebelumnya dieja sebagai matjan.
Bahasa krama dalam bahasa Jawa Suriname
suntingDalam bahasa Jawa Suriname, terdapat juga basa krama (bahasa halus), tetapi tak lagi serupa dengan bahasa Jawa di Jawa. Bahkan generasi mudanya sudah banyak yang tak bisa menuturkan basa krama.
Terdapat 3 ragam bahasa Jawa di Suriname, yakni ngoko, krama dan krama napis. Krama di Jawa adalah krama madya dan krama inggil.
Catatan kaki
sunting- ^ Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-25, 19), Dallas: SIL International, ISSN 1946-9675, OCLC 43349556, Wikidata Q14790
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Carribean Javanese". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Jawa Suriname". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Vruggink (2001:xxi)
- ^ Vruggink (2001:xxii)
Sumber dan bacaan lanjutan
sunting- (Belanda) Hein Vruggink. 2001. Surinaams-Javaans – Nederlands Woordenboek. Leiden: KITLV Uitgeverij. ISBN 90-6718-152-8
- (Inggris) Parsudi Suparlan. 1995. The Javanese in Surinam. Ethnicity in an Ethnically Plural Society. Tempe: Program for Southeast Asian Studies, Arizona State University