Pintu yang sesak
Pintu yang sesak adalah salah satu perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus dan hanya tercatat dalam Injil Lukas (Lukas 13:22-30).[1]
Catatan Alkitab
suntingMenurut Injil Lukas pasal 13 dalam Alkitab Kristen, pada suatu kali Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"[2]
Jawab Yesus kepada orang-orang di situ:
- "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
- Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!
- Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.
- Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
- Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."[3]
Komentari
sunting- "Pintu yang sesak"
Istilah ini juga dicatat dalam Matius 7:14. Kristus mengajarkan bahwa kita tidak dapat mengharapkan mayoritas orang mengikut Dia pada jalan yang menuju hidup. Hanya orang yang menyangkal diri untuk mengikut Yesus, serta betul-betul berusaha untuk menaati perintah-Nya, dan sungguh-sungguh mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, serta bertekun sampai kesudahannya dalam iman, kesucian, dan kasih sejati, dapat masuk melalui pintu pertobatan sejati itu.[4] Dalam Khotbah-Nya di Bukit, Yesus menjelaskan tentang berkat besar yang tersedia bagi orang yang menjadi murid dalam Kerajaan Allah (Matius 5:3–12), namun Ia juga menegaskan bahwa murid-murid-Nya tidak akan luput dari penganiayaan (Matius 5:10–12); maka meskipun beberapa pengkhotbah yang mengatakan bahwa "diselamatkan" merupakan hal yang paling mudah di dunia ini, Yesus mengajarkan bahwa mengikut Dia melibatkan kewajiban berat mengenai kebenaran, menerima penganiayaan, mengasihi musuh dan penyangkalan diri.[4]
- "Yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir"
Frasa ini juga dicatat dalam Matius 9:30. Yang dimaksudkan dengan "yang terdahulu" itu ialah orang yang karena kekayaan, pendidikan, kedudukan, atau bakat mereka dihormati oleh dunia dan kadang-kadang juga oleh gereja, sedangkan "yang terakhir" adalah mereka yang tidak dikenal dan dipandang tidak penting.[4] Pada zaman yang akan datang, "banyak orang" yang dipandang sebagai pemimpin besar di gereja tidak akan memperoleh kedudukan yang berarti, dan banyak orang yang tidak dikenal akan diangkat untuk memperoleh kedudukan yang mulia (bandingkan 1 Korintus 15:41–42), dan ini terjadi karena Allah tidak menilai orang dari penampilan yang lahiriah, melainkan dari kesungguhan hati, kesucian, dan kasih dalam hatinya (1 Samuel 16:7).[4] Teladan yang baik dapat dilihat dalam kisah tentang janda miskin (Markus 12:42–44) dan Maria dari Betania (Matius 26:7–13) dalam memperoleh sikap Kristus terhadap orang dari kalangan rakyat biasa.[4]
Lihat pula
sunting- Kehidupan Yesus dalam Perjanjian Baru
- Pelayanan Yesus
- Perumpamaan Yesus
- Bagian Alkitab yang berkaitan: Lukas 13, Matius 7, Matius 9
Pintu yang sesak
| ||
Didahului oleh: Perumpamaan ragi |
Injil Lukas pasal 13 |
Diteruskan oleh: Keluhan terhadap Yerusalem |
Referensi
sunting- ^ Lukas 13:22–30 - Sabda.org
- ^ Lukas 13:22–23 - Sabda.org
- ^ Lukas 13:24–30 - Sabda.org
- ^ a b c d e The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.