Girindrawarddhana
Girindrawarddhana (transliterasi: Girīndrawarddhana) adalah gelar bagi raja Majapahit Bhre Keling atau penguasa Keling. Penguasa yang menggunakan gelar ini adalah:
- Dyah Wijayakarana
- Dyah Wijayakusuma
- Dyah Ranawijaya
Menurut kitab Pararaton mereka adalah keturunan dari Raja Majapahit Singhawikramawardhana yang sebelum menjadi raja pernah menjabat sebagai Bhre Pandansalas dan Bhre Keling.
Anak sulung Rajasawardhana, 'Dyah Samarawijaya' (identik dengan Bhre Kahuripan), diceritakan setelah Rajasawardhana meninggal, terjadi adanya perebutan takhta antara Samarawijaya melawan pamannya 'Suryawikrama' (identik dengan Girishawardhana), pada tahun 1456 Samarawijaya merelakan takhta Majapahit kepada Suryawikrama, yang tidak lain adalah paman sekaligus mertuanya tersebut.
Pada tahun 1466, Girisawardhana wafat dan digantikan oleh Suraprabhawa, adiknya. Hal ini menyebabkan kembali perebutan kekuasaan dengan anak-anak Rajasawardhana. Sehingga pada tahun 1468, anak bungsu Rajasawardhana yaitu Bhre Kertabhumi melakukan pemberontakan terhadap Suraprabhawa. Dyah Suraprabhawa bersama keluarganya termasuk Dyah Wijayakarana, dan Dyah Ranawijaya melarikan diri ke daerah Keling-Kadiri dan menjadi penguasa Keling dengan gelar "Girindrawardhana".
Setelah Bhre Kertabhumi dikalahkan, menurut Prasasti Jiwu I menyebutkan bahwa pada tahun 1474, Girīndrawardhana Dyah Ranawijaya menjadi raja yang berkuasa atas Wilwatiktapura (nama lain Majapahit), Janggala, dan Kaḍiri.[1]
Gelar Girindrawarddhana ini ditemukan dalam Prasasti Waringinpitu yang bertahun 1369 Saka (1447 M), serta Prasasti Ptak (OJO XCI) dan Prasasti Jiwu (OJO XCII-XCV) yang keduanya bertahun 1408 Saka (1486 M).[2]
Pakar dari Belanda seperti Krom, Stutterheim, Schrieke, dan Zoetmulder menganggap para raja tersebut membentuk satu dinasti baru di Majapahit, yaitu Dinasti Girindrawarddhana, dan berasal dari Keling-Kadiri.
Di kalangan awam, para Raja Girindrawarddhana sering dikaitkan dengan Brawijaya, yang populer dan hanya ada dalam karya-karya sastra Jawa era Mataram Islam serta cerita rakyat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaHD-1978
- ^ Djaraf 1977.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Djafar, Hasan (1977). "Girindrawardhana: Raja-Raja Majapahit Akhir". Arkeologi. 1 (1): 42–53. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-29. Diakses tanggal 2020-10-02.