Lompat ke isi

Kekristenan pada abad ke-1

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Zaman Apostolik)
Gambar Yesus muncul di hadapan para rasul-Nya setelah kebangkitan-Nya

Kekristenan pada abad ke-1 mencakup sejarah Kekristenan, dari permulaan pelayanan Yesus (sek. 27-29 M) hingga kematian Dua Belas Rasul terakhir (sek. 100 M). Oleh karena itu masa dikenal juga sebagai zaman apostolik. Kekristenan awal bertumbuh dari pelayanan Yesus dan berkembang seputar pelayanan para rasul.

Zaman apostolik dari sejarah Kekristenan menurut tradisi bermula dari Amanat Agung yang mulai dijalankan para rasul setelah kebangkitan Yesus dan kenaikan Yesus di Yerusalem, hingga kematian rasul terakhir, yang dipercaya merupakan Yohanes saat berada di Efesus, Asia pada sekitar tahun 100. Secara tradisional, para rasul dipercaya menyebar dari Yerusalem,[1] dan mendirikan takhta-takhta apostolik. Zaman tersebut memegang signifikansi istimewa dalam tradisi Kristen sebagai zaman rasul langsung dari Yesus Kristus. Sumber utama sebagai catatan sejara para rasul Yesus adalah Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru Alkitab, meskipun akurasi sejarahnya dipertanyakan oleh beberapa orang.

Setelah kematian Yesus, para pengikutnya yang paling awal membentuk sekte Yahudi Mesianik selama periode Bait Suci Kedua akhir abad ke-1. Awalnya percaya bahwa kebangkitan Yesus adalah awal dari akhir zaman, kepercayaan mereka segera berubah dalam kedatangan Yesus yang diharapkan kedua dan permulaan Kerajaan Tuhan (Aram: Alaha) di kemudian hari.[2]

Yesus Membasuh Kaki Petrus, oleh Ford Madox Brown (1852–1856)

Rasul Paulus, seorang Yahudi yang saleh yang telah menganiaya umat Kristen masa awal, bertobat 33–36 M [3][4][5] dan mulai menyebarkan injil di antara bangsa-bangsa lain. Menurut Paulus, orang-orang yang bukan Yahudi dapat dibenarkan dibebaskan dari sebagian besar perintah-perintah Yahudi, dengan alasan bahwa semua orang dibenarkan karena iman kepada Yesus.[6] Ini adalah bagian dari awal pemisahan bertahap Kekristenan awal dan Yudaisme, karena kekristenan menjadi agama yang berbeda termasuk kepatuhan non-Yahudi.

Yerusalem memiliki komunitas Kristen awal, yang dipimpin oleh Uskup Yakobus yang Adil.[7] Menurut Kisah Para Rasul 11:26, Antiokhia adalah tempat para pengikut pertama kali disebut orang Kristen. Rasul Petrus kemudian menjadi martir di tahta Roma, ibukota Kekaisaran Romawi . Para rasul selanjutnya menyebarkan pesan Injil ke seluruh dunia klasik dan mendirikan berbagai Gereja Rasuli sekitar pusat-pusat awal Kekristenan. Rasul terakhir yang mati di antara 12 rasul awal adalah Rasul Yohanes dalam 100 M.[8]

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Orang Yahudi Kristen awal menyebut diri mereka sebagai pengikut "Jalan Itu" (Aram: b'urha, Ibrani: HaDerekh, Inggris: The Way),[9] ini merujuk kepada pernyataan Yesus sendiri sebagai "Sang Jalan".[10] Dan ini dipercaya Umat Kristen sebagai berhubungan dengan nubuatan Nabi Yesaya 40:3, "Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk YHWH, luruskanlah di padang belantara jalan bagi Alaha kita!"" Dengan kedatangan Yohanes pembaptis sebagai pembuka jalan bagi Yesus maka diyakini bahwa nubuatan tersebut sudah tergenapi.[11]

Orang Yahudi lainnya juga menyebut mereka dengan sebutan "orang Nasrani."[12] Kata Nasrani banyak diyakini berasal dari kata Netser (Ibrani: tunas) yang mengacu kepada nubuatan tentang kedatangan Yesus dari keturunan Isai di Yesaya 11:1.[13]

Menurut Kisah Para Rasul 11:26, istilah "Kristen" (Yunani: Kristianos, Aram: Mshikaye, Ibrani: Mshikinim) pertama kali digunakan sehubungan dengan murid-murid Yesus di kota Antiokhia, yang berarti "pengikut Kristus/Mesias".[14][15] Kata Mesias sendiri berasal dari kata "Mshkha" (Aram) yang artinya adalah "Yang diurapi". Jadi kata "Kristen" artinya adalah "Pengikut Yang Diurapi". Penggunaan kata "Kekristenan" yang paling awal tercatat (bahasa Yunani: Χριστιανισμός adalah oleh Ignatius dari Antiokhia, sekitar 100 Masehi.

Permulaan

[sunting | sunting sumber]
Wilayah kedaulatan Kerajaan Makedonia pada masa pemerintahan Aleksander Agung

Kemunculan kaum Yahudi Helenistik dan Eseni

[sunting | sunting sumber]

Paska Koresh Agung mengeluarkan surat perintah yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke Yerusalem pada tahun 538 SM,[16] bangsa Yahudi pulang ke tanah mereka secara bertahap antara tahun 520–515 SM. Setelah terpengaruh oleh budaya Babilonia akibat masa pembuangan ini, Bangsa Yahudi juga mengalami pengaruh budaya Yunani (Helenisasi) sampai munculnya Kekristenan. Dua tokoh yang berperan penting dalam asimilasi budaya ini adalah Alexander Agung, Raja Makedonia dan Anthiokhos IV Epifanes, Raja Seleukia.

Penaklukan Alexander Agung pada akhir abad 4 SM menyebarkan budaya dan kolonisasi Yunani di atas tanah-tanah non-Yunani, termasuk Levant. Ini memunculkan periode Helenistik, yang berupaya menciptakan budaya bersama atau universal di kekaisaran Aleksandria yang didasarkan pada Athena abad ke-5, bersamaan dengan perpaduan budaya Timur Dekat.[17] Periode ini ditandai oleh gelombang baru penjajahan Yunani yang mendirikan kota-kota dan kerajaan-kerajaan Yunani di Asia dan Afrika,[18][19] yang paling terkenal adalah Aleksandria di Mesir. Kota-kota baru didirikan terdiri dari penjajah yang datang dari berbagai belahan dunia Yunani, dan bukan dari kota metropolitan tertentu (ibu kota) seperti sebelumnya.[18] Perhatikan peta kekuasaan Alexander di atas, wilayah Yerusalem juga masuk ke dalam kekuasaannya.

Sesudah kematian Alexander pada tahun 323 SM, wilayah kekuasaannya dibagi menjadi dua bagian, Kerajaan Ptolomeus di Mesir dan Kerajaan Seleukia di Syria. Yerusalem ada di bawah wilayah Ptolomeus sampai dengan 198 SM. Memang pengaruh budaya Yunani sudah terasa namun umat Yahudi masih bebas melaksanakan ritual keagamaannya.[20]

Upaya helenisasi dilakukan oleh Anthiokhos IV Epifanes yang memerintah tahun 175-164 SM ini yang dirasakan sangat berat bagi umat Yahudi. Ia merupakan seorang raja pada kekaisaran Seleukia. Upaya Helenisasi tersebut dia upayakan supaya kesatuan kerajaannya tetap terjamin.[21] Dampaknya yang besar terlihat pada kebiasaan dan praktik orang Yahudi saat itu, baik yang ada di Yudea Romawi maupun di Diaspora. Perubahan budaya yang memaksa ini memunculkan Yahudi Helenistik dalam diaspora Yahudi yang berusaha untuk membangun tradisi keagamaan Yahudi dalam budaya dan bahasa Helenisme. Yudaisme Helenistik menyebar ke Mesir Ptolemeus dari abad ke-3 SM, dan menjadi religio licita yang terkenal setelah penaklukan Romawi atas Yunani, Anatolia, Suriah, Yudea, dan Mesir.[22][18][23][24] Dalam praktik helenisasi, orang-orang Yahudi diminta ikut berpartisipasi dalam upacara persembahan korban bagi dewa-dewa. Akibat ulahnya sendiri yang dianggap keterlaluan, mulailah muncul pemberontakan dalam kota.

Qumran, daerah pemukiman Sekte Eseni Yahudi yang diyakini sebagai pemilik Dead Sea Scrolls.

Antiokhos menjadi sangat marah dan bertekad memberi pelajaran kepada orang-orang yang menentangnya terutama orang-orang Yahudi. Ia mengeluarkan sebuah larangan bagi orang-orang Yahudi menjalankan hukum-hukum dan adat-istiadat mereka. Berbagai praktik ibadah orang Yahudi tidak boleh dilakukan dan setiap pelanggarnya akan menerima hukuman mati. Puncak dari tindakan Antiokhos ini adalah saat ia menempatkan altar dewa Zeus Olympus di atas altar Bait Yerusalem dan meletakkan daging babi untuk dipersembahkan sebagai sesajen pada tanggal 25 Kislew 168 SM, yang menyulut pemberontakan Yehuda Makabe (Dinasti Hasmonean) untuk menyucikan kembali Bait Yerusalem serta dimulainya hari raya Hanukkah sejak tanggal itu.[21] Orang-orang Hasmonean memerintah Yehuda sampai 63 SM.

Selain itu, terdapat pula sekte Yahudi Eseni, muncul sekitar abad 2 SM.[25] sebagaimana kelompok Yahudi lainnya (Farisi dan Saduki), muncul sebagai respons terhadap konflik-konflik politik yang muncul, di mana identitas Yahudi sedang dikekang oleh Helenisasi yang dilancarkan oleh penjajah Romawi.[26] Kaum Eseni yang bermukin di daerah Qumran ini menganggap bahwa dunia telah menjadi sangat jahat dan kotor, sehingga mereka berupaya membentuk komunitas sendiri, di mana mereka dapat menjaga kesucian hidup mereka serta terlindungi dari dunia yang jahat.[27] Mereka percaya bahwa Tuhan akan segera mengintervensi jalannya dunia ini dan menetapkan pemerintahan-Nya yang benar di dunia.[28] mereka terus menelaah Kitab Suci, mentaati peraturan-peraturan yang ketat, dan menantikan hari Tuhan, di mana Alaha akan datang sebagai tanda kemenangan mereka.[29] Hari Tuhan yang mereka maskudkan ini berhubungan dengan kedatangan Mesias, yang mereka percayai akan datang membawa penghapusan bagi dosa-dosa mereka.[30] Lebih jauh menurut Michael White, mereka bukan hanya menunggu satu sosok Mesias, namun ada dua maca Mesias. Mesias Daud yang merupakan semacam tokoh raja yang akan datang untuk memimpin perang. Tetapi ada juga seorang Mesias Harun, seorang tokoh imam, yang akan datang untuk memulihkan Bait Suci di Yerusalem untuk kemurnian dan penyembahan yang layak bagi Alaha.[31]

Kekristenan "muncul sebagai sekte Yudaisme di Palestina Romawi"[32] dalam dunia Helenistik abad pertama, yang didominasi oleh hukum Romawi dan budaya Yunani.[33] Selama awal abad pertama Masehi, sekte-sekte Yahudi yang bersaing di Tanah Suci, mereka adalah orang-orang Farisi, Saduki, dan Zelot, serta kaum Eseni yang menantikan Mesiasnya ini.[34]

Kehidupan dan pelayanan Yesus

[sunting | sunting sumber]
Mesias di Padang Gurun, karya Ivan Kramskoy

Sumber-sumber Kristen, seperti keempat Injil kanonik, surat-surat Paulus, dan apokrifa Perjanjian Baru, termasuk kisah-kisah terperinci mengisahkan sosok Yesus Sang Mesias. Tetapi para ahli berbeda pendapat pada historisitas episode-episode khusus yang dijelaskan dalam kisah Alkitab tentang Sang Mesias ini.[35] Satu-satunya dua peristiwa yang hampir sama adalah bahwa Yesus dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis dan disalibkan atas perintah Pontius Pilatus Romawi.[36][37][38][39][40][41][42][43] Injil adalah dokumen teologis, yang "memberikan informasi yang dianggap perlu oleh penulis untuk pengembangan agama komunitas Kristen di mana mereka melayani". Mereka terdiri dari perikop-perikop pendek, perikop-perikop yang disusun oleh para penulis Injil dalam berbagai cara sesuai narasi mereka.

Sumber-sumber non-Kristen yang digunakan untuk mempelajari dan menetapkan historisitas Yesus termasuk sumber-sumber Yahudi seperti Josephus Flavius, dan sumber-sumber Romawi seperti Tacitus. Sumber-sumber ini dibandingkan dengan sumber-sumber Kristen seperti Surat-surat Paulus dan Injil Sinoptik . Sumber-sumber ini biasanya tidak tergantung satu sama lain (mis Sumber-sumber Yahudi tidak mengacu pada sumber-sumber Romawi), dan persamaan dan perbedaan di antara mereka digunakan dalam proses otentikasi.[44][45]

Sosok nyata dalam sejarah

[sunting | sunting sumber]

Ada perselisihan yang tersebar luas di antara para sarjana tentang perincian kehidupan Yesus yang disebutkan dalam kisah-kisah Injil, dan tentang makna ajaran-ajarannya.[46] Mereka dengan kritis telah mengabaikan pendapat bahwa Yesus hanya sebagai sosok legenda atau tidak nyata.[47] Para pendukung teori ini berargumen bahwa peristiwa atau perkataan yang berhubungan dengan figur Yesus mungkin berasal dari gabungan atribut atau cerita dari satu atau lebih tokoh-tokoh lain, baik yang benar ada maupun yang diambil dari mitos lain, untuk membentuk satu narasi riwayat hidup Yesus seperti yang kita dapati sekarng tercatat di dalam Perjanjian Baru.[48]

Para sarjana akademis telah membangun berbagai potret dan profil untuk Yesus.[49][50][51] Para sarjana kontemporer menempatkan Yesus dengan kuat dalam tradisi Yahudi,[52] dan pemahaman yang paling menonjol tentang Yesus adalah sebagai nabi apokaliptik Yahudi atau guru eskatologis.[53] Potret lain adalah sebagai tabib karismatik, tergolong filsuf beraliran Sinisme, Mesias Yahudi, dan nabi perubahan peradaban.[49][50]

Harapan pelayanan dan eskatologis

[sunting | sunting sumber]

Dalam Injil kanonik, pelayanan Yesus dimulai dengan pembaptisan-Nya di Sungai Yordan, kemudian berjalan-jalan di pedesaan Yudea dan Transjordan Romawi, di dekat Sungai Yordan, dan berakhir di Yerusalem, mengikuti Perjamuan Terakhir bersama para muridnya.[54][55] Injil Lukas (Luke 3:23) menyatakan bahwa Sang Mesias "berusia sekitar 30 tahun" pada awal pelayanannya.[56][57] Dahulu usia seseorang bisa ditahbiskan untuk menjadi rabi Yahudi memang tiga puluh tahun minimal.[58] Sebuah kronologi Yesus biasanya memiliki tanggal dimulainya pelayanannya yang diperkirakan sekitar 27-29 M dan berakhir pada kisaran 30-36 M.[56][57][59]

Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas), eskatologi Yahudi merupakan hal yang sentral. Setelah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus mengajar secara ekstensif selama satu tahun, atau mungkin hanya beberapa bulan, tentang Kerajaan Alaha yang akan datang (atau, dalam Matius, Kerajaan Surga), dengan kata-kata mutiara dan perumpamaan, dan kiasan. Injil Sinoptik menghadirkan pandangan berbeda tentang Kerajaan Alaha. Sementara Kerajaan pada dasarnya digambarkan sebagai masa eskatologis (berkaitan dengan akhir dunia), yang menjadi kenyataan dalam waktu dekat. Beberapa teks menyatakan Kerajaan sudah ada, sementara teks-teks lain menggambarkan Kerajaan sebagai tempat di surga. bahwa seseorang masuk setelah kematian, atau sebagai kehadiran Tuhan di bumi. Yesus berbicara sebagai mengharapkan kedatangan "Anak Manusia" dari surga, seorang tokoh apokaliptik yang akan memulai "penghakiman yang akan datang dan penebusan Israel".

Kematian dan kebangkitan Yesus

[sunting | sunting sumber]
Penyaliban, oleh Giovanni Battista Tiepolo, Thn. 1745–1750, Museum Seni Saint Louis

Kehidupan Yesus hampir berakhir dengan eksekusi penyaliban-Nya. Para pengikut awal-Nya percaya bahwa tiga hari setelah kematiannya, Yesus bangkit secara fisik dari kematian.[60][61] Surat-surat Paulus dan Injil memuat laporan-laporan tentang sejumlah penampakan Mesias sesudah kebangkitan ini.[62] Dalam proses pengurangan disonansi kognitif, tulisan suci Yahudi ditafsirkan ulang untuk menjelaskan penyaliban dan pengalaman penampakan Yesus berupa pengalaman visioner tetapi lebih sebagai penampilan nyata di mana mereka yang hadir diminta untuk menyentuh dan melihat.[63] Kebangkitan Yesus "memberi isyarat bagi orang-orang percaya yang paling awal bahwa zaman pemenuhan eskatologis sudah dekat."[64] dan memberikan dorongan dalam sekte-sekte Kristen tertentu untuk melihat Yesus ke status Putra Ilahi dan Pemilik Kerajaan Tuhan. Ini meyakinkan para pengikutnya atas mengharapkan Yesus untuk kembali dalam satu generasi kelak[65] dan memulai Kerajaan Tuhan.

Zaman apostolik

[sunting | sunting sumber]
Lokasi Cenacle di Mount Zion, diklaim sebagai lokasi Perjamuan Terakhir dan Pentakosta . Bargil Pixner[66] mengklaim Gereja Para Rasul asli terletak di bawah bangunan ini.

Pesan sakral Amanat Agung, adalah pesan Yesus kepada para murid-Nya yang kurang lebih 3,5 th belajar dari-Nya. Kepada mereka Yesus memerintahkan untuk mengajar, menyebarkan pesan eskatologis tentang kedatangan Kerajaan Tuhan, dan juga untuk membaptis bangsa-bangsa. Injil Matius merekam peristiwa penting ini terjadi di sebuah gunung di Galilea Yesus memanggil para pengikut-Nya untuk memuridkan dan membaptis semua bangsa dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.[67]

Secara tradisional, tahun-tahun setelah Yesus naik ke Sorga hingga kematian dua belas rasul terakhir disebut Zaman Kerasulan. Menurut Kisah Para Rasul, Jemaat Yerusalem dimulai pada hari Pentakosta dengan sekitar 120 orang percaya,[68] di "ruang atas," yang diyakini oleh beberapa orang sebagai Cenacle, tempat para rasul menerima Roh Kudus dan muncul dari persembunyian setelah kematian dan kebangkitan Yesus untuk berkhotbah dan menyebarkan injil.[69] Jadi misi penginjilan dimulai dari Yerusalem.

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."[70]

Yerusalemlah kota dilahirkannya jemaat melalui kejadian Pentakosta, turunnya Kuasa Roh Kudus yang sudah dijanjikan Yesus di Kis 1:8. Oleh karena itu Yerusalem diyakini sebagai pusat Kekristenan awal. Dalam kacamata Yahudi, peristiwa Pentakosta tersebut juga disebut dengan Hari Raya Savuot.[71] Oleh karena itulah Kota Yerusalem dipenuhi oleh Orang Yahudi dan orang-orang dari daerah lainnya.

Tokoh penting lain di Zaman Kerasulan ini adalah Paulus (nama awalnya adalah Saulus). Namanya mulai dicatat di Kisah Para Rasul saat dia menjadi saksi Martir pertama setelah Yesus, Stephanus.[72][73] Stephanus wafat dirajam sesuai dengan Taurat Musa[74][75][76] di Yerusalem sekitar thn 35 M, ini membuat banyak jemaat melarikan diri ke Fenisia, Siprus, dan Antiokia.[77] Saulus mendapat mandat untuk menangkap semua pengikut Yesus sehingga dia mengejar mereka dan sampai ke Damaskus di mana Yesus sendiri "menghadang"-nya. Pertobatan Paulus di catat kemudian dalam Kisah Para Rasul pasal 9: 1-19.

Kabar baik atau injil pada awalnya hanya fokus diberitakan kepada Bangsa Yahudi saja di berbagai daerah.

Kisah Para Rasul 11:19 TB LAI: Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar... namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.

Tidak heran, akibat dari pelayanan ini menggelembungnya jumlah murid berdarah Yahudi.

Kekristenan Yahudi

[sunting | sunting sumber]
Simbol Keuskupan Jemaat Yerusalem, Jemaat Yahudi Kristen pada abad 1 yang dipimpin Uskup Yakobus

Agama Yahudii adalah rahim kekristenan. Setelah kematian Yesus, agama Kristen pertama kali muncul sebagai sekte Yudaisme sebagaimana dipraktikkan di provinsi Romawi Yudea.[32] Ada beberapa komunitas Yahudi Kristen saat itu antara lain: Jemaat Yerusalem, Sekte Nasrani, Ebionit, Serintus, Simmasian, dan Elkesite. Muncul dii tengah-tengah tekanan baik dari internal Yahudi dan juga Romawi, belum lagi adanya pengucilan dari Umat Kristen non Yahudi pada akhirnya mereka hanya bisa bertahan sampai pada abad 4, mungkin sampai abad 6.[78] Dari beberapa komunitas ini, hanya Jemaat Yerusalem yang dianggap oleh Bapa-bapa Gereja awal bukan komunitas menyimpang. Letak penyimpangan dan seberapa menyimpang juga sebenarnya sangat sulit dikaji disebabkan sedikitnya informasi tentang mereka. Beberapa injil atau tulisan karya mereka juga tidak lagi ditemukan dengan utuh, seperti Injil Orang Ibrani dan Injil Ebionit

Jemaat Yerusalem

[sunting | sunting sumber]

Di dalam Surat Galatia, Paulus mencatat kedatangannya ke Yerusalem setelah dia mengasingkan diri dari Tanah Arab selama 3 tahun. Ini mengisyaratkan bahwa memang pusat Kekristenan terletak di Yerusalem.[79] Yakobus yang berdarah Yahudi dianggap sebagai Kepala Sokoguru jemaat oleh Paulus.[80] Dalam catatan Josephus, dia adalah Uskup I Yerusalam. Bahkan oleh Uskup Clementinus dianggap sebagai Uskup Agung yang mengatasi semua Uskup (gembala jemaat) kekristenan awal.

Para sarjana ada yang beranggapan bahwa Petrus adalah Pemimpin Jemaat Yerusalem awal[81] sebelum diambil alih oleh Yakobus yang dianggap lebih ketat menjalankan Taurat Musa.[82][83] Dari Yakobus kemudia keluarganya yang berdarah Yahudi terus memimpin jemaat ini sampai pertengahan abad 2 Masehi.

Dalam catatan Alkitab kita dapatkan bahwa Jemaat Yerusalem ini sudah mulai mewujudkan suatu organisasi yang baik. Ini terlihat dengan adanya pemilihan dan pentahbisan jemaat ke jenjang Diakon (Aram: Shamasha) atau Pelayan Mezbah. Ini tercatat di dalam Kisah Para rasul 6: 1,5-6:

Kisah Para Rasul 6:1, 5-7: "Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Firman Tuhan makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Di dalam beberapa ayat di atas dijelaskan bahwa dengan menggelembungnya jumlah jemaat, maka terbentuklah jenjang keimamatan baru yaitu Diakon. Frasa "meletakkan tangan" di atas adalah bagian dari ritual pentahbisan tersebut.

Menurut catatan sejarawan gereja Eusebius sebelum pecah perang Yerusalem thn 70 M, jemaat besar ini sudah terlebih dulu pergi ke Pella.[84][85][86] Jemaat Ibrani ini tidak ingin terlibat dalam perang politik yang terjadi antara Umat Yahudi dan Romawi saat itu. Akibat peperangan ini Bait Yerusalem hancur di tangan Kaisar Titus.[87] Inilah momen bersejarah di mana jemaat Yerusalem yang tadinya beribadat di bait itu bersama Yahudi lain juga akhirnya memisahkan diri. Menurut Eusebius, mereka melarikan diri ke utara, ke daerah Transjordan, Pella.[88] Ephifanus menuliskan bahwa komunitas Yahudi Kristen kembali ke Yeruslaem th. 129 M.[89] Menurut Eusebius dari Kaisarea, ada tiga belas uskup di Yerusalem, semuanya orang Kristen Yahudi.[90] Setelah Yakobus, mereka adalah Symeon, Justus, Zacchaeus, Tobias, Benjamin, John, Matthias, Phillip, Seneca, Justus, Levi, Ephres, Joseph, Judas. Semua melayani di Pella.[91] Kemudian dilanjutkan ke Uskup Marcus thn 135, Uskup Non Yahudi pertama.[92] Dari sinilah diyakini munculnya Gereja Yunani Yerusalem berasal dari Jemaat Yerusalem. Gereja Ortodoks ini masih berdiri sampai sekarang.

Nama Nasrani tidak disebutkan dalam literatur Bapa Gereja sampai tahun 374 SM. Sampai Bapa Epifanius dalam Panarion menjelaskan bahwa Yesus adalah seorang Nasrani, Paulus juga tidak membantah sewaktu diadili dan dinyatakan dia salah satu pemimpin Nasrani. Dahulu memang pengikut Yesus juga menyebut diri sebagai Nasrani.[93] Ciri-ciri penganut Yahudi Nasrani yang dianggap bidat oleh Epifanius adalah:

  • mereka tidak mau disebut sebagai umat Kristen, hanya mau diakui sebagai kaum Nasrani.[94]
  • Mereka juga adalah orang Yahudi yang meyakni Taurat musa, percaya Yesus adalah Mesias, meyakini Tuhan hanya satu Sang Pencipta, dan percaya bahwa Yesus adalah Sang Putra sebagai Mesias Yahudi.[95]
  • mereka masih melakukan Taurat Musa seperti Sabat dan sunat juga.[96]
  • mereka percaya Yesus dikandung Roh Kudus dan dilahirkan oleh Maria.[97]

Uniknya adalah Epifanius meyakini bahwa asal-usul kaum Nasrani ini adalah kaum Yahudi Kristen yang melarikan diri ke Pella,[98][99] dengan kata lain kaum Nasrani adalah Jemaat Yerusalem yang tadinya dipimpin oleh Uskup-uskup Yahudi. Kemungkinan mereka tidak mau kembali dan dipimpin oleh para uskup baru non Yahudi, jadi mereka menetap di sana.

Kelompok lain yang digambarkan sebagai orang Yahudi Kristen oleh para Bapa Gereja adalah orang-orang Ebionit. Ebionit disebutkan oleh Bapa Gereja lebih sering daripada kelompok Yahudi Kristen lainnya. Informasi tentang Ebionit berasal dari: Irenaeus, Tertullian, Hippolytus, Origen, Eusebius, Epifanius, serta penulis non-kontemporer lainnya. Laporan tertulis pertama yang secara spesifik menyebutkan sekte Ebionit ditulis oleh Irenaeus sekitar tahun 190. Menurut catatan-catatan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa Kaum Ebionit ini memiliki kepercayaan sbb:

  • menurut Irenaeus, mereka meyakini hanya satu injil yaitu Injil Matius, menolak kerasulan dari Paulus karena Paulus sudah menentang Taurat Musa. Mereka masih menjalankan sunat dan ajaran Taurat Musa lainnya. Mereka juga sangat membanggakan Kota Yerusalem yang dianggap sebagai Rumah Ilahi.[100]
  • menurut Epifanius mereka mencampur aduk ajaran Nasrani, Serintus, dan lain-lain untuk dijadikan pedoman pengajarannya sendiri.[101]
  • menurut Origen, mereka merayakan Paskah (Pesakh) selayaknya orang Yahudi.[102]
  • menurut Eusebius, mereka meyakini bahwa Yesus hanyalah manusia biasa. Maria menjalin hubungan dengan seorang pria sehingga melahirkan Yesus. Mereka meyakini keselamatan itu tidak hanya melalui Iman kepada Yesus, namun juga dengan cara mematuhi ritual keagamaan dalam Taurat Musa. Ebionit meyakini bahwa dunia diciptakan oleh Tuhan, namun kisah penciptaannya ini sesuai dengan ajaran Serintus. Mereka menjalankan sunat, dan isi Taurat musa lainnya.[103]

Seorang mitikus bernama Ebion dianggap sebagai pendiri sekte Yahudi Ebionit. Seperti Serintus mereka tinggal di antara Umat Nasrani di Kokabe,[104] sebuah desa di distrik Basan di sisi timur Yordania. Mereka telah menyebarkan ajarannya di antara Umat Kristen yang melarikan diri ke bagian Palestina ini setelah penghancuran Bait Suci Yerusalem, kemudian mereka bermigrasi ke Asia dan ke Roma.[105]

Kaum Serintus adalah salah satu dari beberapa kelompok Kristen Yahudi yang condong ke arah gnostik.[106] Ciri-ciri kaum Serintus adalah:

  • menurut Irenaeus, Serintus adalah seorang pria Yahudi yang dididik dalam kebijaksanaan orang Mesir. Dia mengajarkan bahwa dunia tidak diciptakan oleh Tuhan, tetapi oleh Kekuatan tertentu yang terpisah darinya. Dia berkuasa atas semesta, dan acuh tidak acuh terhadap ciptaan ini. Serintus mengajar bahwa Yesus itu adalah putra dari Maria dan Yusuf. Namun Yesus dianggap lebih saleh, bijaksana, dan bijaksana daripada pria lain. Saat Yesus dibaptis Mesias turun atasnya dalam wujud Burung Merpati dari Tuhan. Oleh karena itu Yesus bisa menyatakan siapa Sang Bapa dan melakukan banyak mujizad. Namun Mesias ini pergi meninggalkan Yesus, kemudian Yesus menderita mati dan bangkit kebali. Sementara sosok Mesias merupakan sosok Ilahi.[107]
  • menurut Eusebius yang mendapatkan informasi dari Caius, dia menyatakan bahwa Serintus ini adalah penerima wahyu palsu yang kemudian menghubungkan ajarannya itu kepada rasul Yesus. Setelah masa kebangkitan, kerajaan Mesias akan didirikan di bumi, dan bahwa dalam daging Yesus akan tinggal di Yerusalem lagi akan tunduk pada keinginan dan kesenangan daging. Dan parahnya, mereka mengajar bahwa akan ada periode seribu tahun untuk festival pernikahan. Masih menurut Eusebius yg mengutip perkataan Dionysius, Uskup di Alexandria, Serintus mengajarkan bahwa Kerajaan Mesias itu bersifat duniawi, terdiri dari berbagai hal yang dia inginkan seperti keinginan perut dan seksual, makan-minum, menikah ditambah dengan adanya ritual pengorbanan.[108]
  • menurut Epifanius, Serintus mengajarkan sunat bagi non Yahudi dan sempat membuat bingung jemaat Kristen di Antiokia.[109]

Simasian dibentuk oleh seorang yg bernama Simakus, seorang Yahudi dari Samaria yang menyebut diri Kristen.[110] Ciri-ciri pengajaran mereka menurut Bapa Gereja adalah:

  • menurut Augustine, mereka seperti Kaum Nasrani, mereka memelihara Sabat dan sunat. Mereka tidak memakan daging babi, tunduk pada Taurat Musa namun mengakui dirinya Kristen.[111]
  • masih menurut Augustine , mereka juga memaksakan sunat kepada non Yahudi.[112]

Banyak yang meyakini Kelompok Yahudi Kristen Elkesit ini berasal dari kaum Yahudi Eseni dari Qumran. Anggota sekte Yahudi ini muncul di sekitar Palestina Trans-Yordania sekitar thn. 100 Masehi. Sekte ini didirikan oleh seorang Yahudi bernama Elkesai. Sekte ini cukup menekankan baptisan dalam ajaran mereka.[113] Demikian ringkasan ajaran baptisan mereka yang didapatkan dari Ensiklopedia Yahudi:[114]

  • Pesan Mesianik mereka sangat membingungkan. Di satu sisi Yesus berperan sebagai Malaikat, di sisi lain berperan sebagai reinkarnasi dari Adam.
  • Air dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Oleh karena itu mereka bukan hanya mengajarkan baptisan untuk menghapus dosa, namun juga mengajarkan wudhu membilas badan sebelum berdoa harian untuk melawan kegilaan, keinginan konsumtif, dan keinginan memiliki yang tinggi.
  • Sihir dan astrologi juga cukup menonjol di antara mereka.

Nabi Mani pendiri agama Manikean pada abad 3 diyakini terpengaruh ajaran Elkesit Yahudi ini karena dia tumbuh di dalam komunitas ini.[115]

Kekristenan non-Yahudi

[sunting | sunting sumber]

Berbeda dengan Jemaat Yahudi Kristen yang menonjol pada abad 1, kemudian lama-kelamaan meredup dan menghilang pada abad 4-5, Jemaat Kristen dari berbagai bangsa masih berupa benih-benih jemaat. Dengan kata lain, jemaat masih dalam pemuridan awal. Saat ini setelah Jemaat Yerusalem dahulu, tidak ada lagi Gereja Rasuliah yang memiliki rantai kepemimpinan Uskup berdarah Yahudi. Semua Gereja Kristen dewasa ini adalah jemaat berbagai bangsa. Cikal-bakal Gereja Rasuli atau jemaat yang memiliki Tahta Apostolik dimulai pada abad 1. Saat Petrus membaptis perwira Romawi Kornelius, peristiwa ini secara tradisional dianggap sebagai tonggak awal penginjilan bangsa-bangsa sebab dia bukanlah orang Yahudi.[116]

Sesuai dengan Amanat Agung Yesus untuk memberitakan injil, maka dari penginjilan Para Rasul menghasilkan pusat-pusat kekristenan pada abad 1 yang di kemudian hari melahirkan Gereja-gereja Perdana. Kisah Para Rasul 11:19 mencatat penyebaran awal Jemaat karena adanya penganiayaan di Yerusalem.

Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.

Pusat-pusat Kekristenan sebelum masa Pentarki ini adalah:

Antiokhia

[sunting | sunting sumber]

Antiokhia adalah sebuah kota Yunani kuno di sisi timur Sungai Orontes.[117] Kota ini adalah pusat kekristenan abad 1 setelah Yerusalem. Di sanalah kata "Kristen" itu pada awalnya muncul.

Kisah Para Rasul 11:26 TB LAI: "Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen."

Paulus setelah pergi ke Yerusalem setelah bertobat dan menyingkir ke Tanah Arab selama 3 tahun,[118] dia sempat pergi ke Tarsus kemudian dibawa Barnabas ke Antiokia.[119] Di Antiokhialah Paulus itu ditahbiskan oleh Uskup dan Penatua di sana.

Kisah Para Rasul 13:1-3 TB LAI: "Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka."Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi."

Seperti yang terjadi di Yerusalem, di Antiokhia juga sudah ada prosesi "meletakkan tangan", itu artinya di kota ini juga sudah ada organisasi keimamatan. Dari pentahbisan di sinilah Paulus memulai karier pelayanannya untuk menginjil ke daerah-daerah non Yahudi. Menurut Eusebius, ada banyak orang Yunani menjadi percaya di Antiokhia ini.[120] Inilah cikal bakal Gereja Ortodoks Syria yang berdiri sampai saat ini. Tahta Apostolik Jemaat Syria ini pertama dipegang oleh Uskup Petrus yg berdarah Yahudi (th. 34M),[121] Uskup berikutnya adalah Evodius,[122] kemudian Ignatius Sang Martir [123] dan seterusnya. Kemungkinan penerus Tahta Petrus adalah non Yahudi semua.

Surat Roma yang ditulis oleh Paulus sekitar thn.57 M,[124] di saat Paulus belum pernah ke sana, menyatakan bahwa sudah ada komunitas Kristen di kota ini. Di dalam Tradisi Gereja Roma, mereka meyakini bahwa Rasul Petrus adalah Uskup pertama di sana.[125] Kehadiran Petrus di sana sangat diragukan banyak pihak. Banyak yang berpikir, dia tidak pernah ke sana.[126] Uskup berikutnya setelah Petrus diyakini pihak Katolik sendiri adalah Linus, kemudian Clementinus[127] dan seterusnya.

Penganiayaan jemaat Kristen

[sunting | sunting sumber]

Abad 1 adalah masa kelahiran Kekristenan, dan juga merupakan masa-masa sulit yang harus dilalui karena penganiayaan terjadi terhadap jemaat Yesus. Penganiayaan tersebut datang dari pihak Yahudi, dan juga dari pihak Romawi.

  1. ^ Catholic Encyclopedia: Dispersion of the Apostles: "The object of the feast (so Godescalcus) is to commemorate the departure (dispersion) of the Apostles from Jerusalem for the various parts of the world, some fourteen years after the Ascension of Christ."
  2. ^ Fredriksen, Paula (2018). When Christians Were Jews: The First Generation. London: Yale University Press. Hal. 10–11. ISBN 978-0-300-19051-9.
  3. ^ Bromiley, Geoffrey W., ed. (1979). International Standard Bible Encyclopedia: A-D. 1 (edisi ke-Fully Revised). Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Co. hlm. 689. ISBN 0-8028-3781-6. 
  4. ^ Barnett, Paul (2002). Jesus, the Rise of Early Christianity: A History of New Testament Times. InterVarsity Press. hlm. 21. ISBN 0-8308-2699-8. 
  5. ^ L. Niswonger, Richard (1993). New Testament History. Zondervan Publishing Company. hlm. 200. ISBN 0-310-31201-9. 
  6. ^ Seifrid, Mark A. (1992). "'Justification by Faith' and The Disposition of Paul's Argument". Justification by Faith: The Origin and Development of a Central Pauline Theme. Novum Testamentum. Leiden: Brill Publishers. hlm. 210–211, 246–247. ISBN 90-04-09521-7. ISSN 0167-9732. 
  7. ^ McGrath, p. 174
  8. ^ "JOHN THE APOSTLE". Ccel. Tradisi mengenai tempat tinggal rasul Yohanes di Efesus sebagian tidak pasti, karena tergantung pada kesaksian tulisan yang menyandang namanya; sebagian samar-samar dalam hal karakter kerasulan Yohanes yang tinggal di sana antara 70 dan 100 tidak ditunjukkan dengan jelas. Diakses tanggal 26 Mei 2020. 
  9. ^ Kis 9: 2 TB LAI "dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. Kis 9:2 (Peshitta Ind) "Dan dia meminta para imam besar untuk memberinya surat kepada rumah-rumah ibadat di Damaskus, bahwa jika dia menemukan seseorang, pria atau wanita, mengikuti JALAN ini, dia bisa membawa mereka terikat ke Yerusalem".
  10. ^ Yohanes 14:6 "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.""
  11. ^ Matius 3:1-3 "Para waktu itu tampillah Yohanes pembaptis...seseungguhnya dialah yang dimaksudkan Nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: "Persiapkanlah jalan untuk YHWH...""
  12. ^ Kis 24:5 TB LAI "Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang toko dari sekte orang Nasrani."
  13. ^ Yesaya 11:1 "Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isa, dari teruk yang akan tumbuh dari pengkalnya akan berbuah"
  14. ^ Kis 11:26 TB LAI "Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokialah murid-murid itu pertama kalinya disebut Kristen."
  15. ^ E. Peterson (1959), "Christianus." In: Frühkirche, Judentum und Gnosis, publisher: Herder, Freiburg, Hal. 353–72
  16. ^ 2 Tawarikh 36:22-23 "Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, YHWH menggerakkan hati Koresh, Raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh Kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: "Beginilah perintah Koresh, Raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh YHWH, Tuhan semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, YHWH, Tuhannya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!""
  17. ^ Roy M. MacLeod, The Library Of Alexandria: Centre Of Learning In The Ancient World
  18. ^ a b c Ulrich Wilcken, Griechische Geschichte im Rahmen der Alterumsgeschichte.
  19. ^ Barksdale, Nate (13 Mei 2014). "8 Surprising Facts about Alexander the Great". History. Diakses tanggal 27 Mei 2020. 
  20. ^ Bergant, Dianne (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 826. 
  21. ^ a b D.S Russell. 2007 Penyingkapan Ilahi. Jakarta:BPK Gunung Mulia. hal. 34.
  22. ^ Hegermann, Harald (1990). "Chapter 4: The Diaspora in the Hellenistic age". In Davies, W.D.; Finkelstein, Louis (eds.). The Cambridge history of Judaism (1. publ. ed.). Cambridge: Cambridge University Press. Hal. 115–166. doi:10.1017/CHOL9780521219297.005. ISBN 9781139055123.
  23. ^ Gruen, Erich S. (1997). "Fact and Fiction: Jewish Legends in a Hellenistic Context". Hellenistic Constructs: Essays in Culture, History, and Historiography. University of California Press. Hal. 72
  24. ^ "The Books of the Maccabees". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 26/5/2020. 
  25. ^ "Essene ANCIENT JEWISH SECT". Britannica Encyclopedia. Diakses tanggal 26/5/2020. 
  26. ^ Kohler, Kaufmann. "Essene". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal 26 Mei 2020.
  27. ^ Bart D. Ehrman. 2004. The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings. New York, Oxford: Oxford University Press. Hal. 39.
  28. ^ Bart D. Ehrman. 2004. The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings. New York, Oxford: Oxford University Press. Hal. 39
  29. ^ Lawrence E. Toombs. 1978. Di Ambang Fajar Kekristenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 68.
  30. ^ Knohl, Israel. The Messiah before Jesus: the Suffering Servant of the Dead Sea Scrolls. Berkeley: University of California, 2000. Hal 8.
  31. ^ White, L. Michael. "The Essenes and the Dead Sea Scrolls What does the discovery of these scrolls reveal about first century Judaism and the roots of Christianity?". pbs. Diakses tanggal 26/5/2020.  line feed character di |title= pada posisi 37 (bantuan);
  32. ^ a b Burkett, Delbert (2002). An introduction to the New Testament and the origins of Christianity. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-00720-7
  33. ^ Mack, Burton L. (1995), Who wrote the New Testament? The making of the Christian myth, HarperSan Francisco, ISBN 978-0-06-065517-4
  34. ^ Kohler, Kaufmann. "Essene". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal 26 Mei 2020. 
  35. ^ Powell, Mark Allan (1998). Jesus as a Figure in History: How Modern Historians View the Man from Galilee. hlm. 181. ISBN 978-0-664-25703-3. 
  36. ^ Levine, Amy-Jill (2006). Amy-Jill Levine; et al., ed. The Historical Jesus in Context. Princeton University Press. hlm. 1–2. ISBN 978-0-691-00992-6. 
  37. ^ Dunn, James D. G. (2003). Jesus Remembered. hlm. 339. ISBN 978-0-8028-3931-2.  States that baptism and crucifixion are "two facts in the life of Jesus command almost universal assent".
  38. ^ William, R. Herzog (2005). Prophet and Teacher: An Introduction to the Historical Jesus. hlm. 1–6. ISBN 978-0664225285. 
  39. ^ Crossan, John Dominic (1995). Jesus: A Revolutionary Biography. HarperOne. hlm. 145. ISBN 978-0-06-061662-5. That he was crucified is as sure as anything historical can ever be, since both Josephus and Tacitus...agree with the Christian accounts on at least that basic fact. 
  40. ^ Craig, A. Evans (2001). Jesus and His Contemporaries: Comparative Studies. hlm. 2–5. ISBN 978-0391041189. 
  41. ^ Tuckett, Christopher M. (2001). Markus N. A. Bockmuehl, ed. The Cambridge Companion to Jesus. hlm. 122–26. ISBN 978-0521796781. 
  42. ^ Ehrman, Bart D. (1999). Jesus: Apocalyptic Prophet of the New Millennium. Oxford University Press. hlm. ix–xi. ISBN 978-0195124736. 
  43. ^ Chilton, Bruce; Evans, Craig A. (2002). Authenticating the Activities of Jesus. hlm. 3–7. ISBN 978-0391041646. 
  44. ^ Bockmuehl, Markus N. A. (2001). The Cambridge Companion to Jesus. hlm. 121–25. ISBN 978-0521796781. 
  45. ^ Chilton, Bruce; Evans, Craig A. (1998). Studying the Historical Jesus: Evaluations of the State of Current Research. hlm. 460–70. ISBN 978-9004111424. 
  46. ^ Jesus as a Figure in History: How Modern Historians View the Man from Galilee by Mark Allan Powell 1998 ISBN 0-664-25703-8 p. 181
  47. ^ Walsh, George. The Role of Religion in History. Transaction 1998, hal. 58.
  48. ^ Price, Robert M. "Of Myth and Men", majalah Free Inquiry, Volume 20, Nomor 1, diakses pada 27 September 201.
  49. ^ a b The Cradle, the Cross, and the Crown: An Introduction to the New Testament by Andreas J. Köstenberger, L. Scott Kellum 2009 ISBN 978-0-8054-4365-3 pp. 124–25
  50. ^ a b Mitchell, Margaret M.; Young, Frances M. (2006). The Cambridge History of Christianity. 1. Cambridge University Press. hlm. 23. ISBN 978-0-521-81239-9. 
  51. ^ Prophet and Teacher: An Introduction to the Historical Jesus by William R. Herzog (2005) ISBN 0664225284 p. 8
  52. ^ Theissen, Gerd and Annette Merz. The historical Jesus: a comprehensive guide. Fortress Press. 1998. translated from German (1996 edition)
  53. ^ Ehrman, Bart D. Jesus: Apocalyptic Prophet of the New Millennium. Oxford University Press, 1999. ISBN 978-0195124743.
  54. ^ Christianity: an introduction by Alister E. McGrath 2006 ISBN 978-1-4051-0901-7 pp. 16–22
  55. ^ Sanders, E.P. "Jesus". Jesus. Diakses tanggal 26 Mei 2020. 
  56. ^ a b The Cradle, the Cross, and the Crown: An Introduction to the New Testament by Andreas J. Köstenberger, L. Scott Kellum 2009 ISBN 978-0-8054-4365-3 p. 140.
  57. ^ a b Paul L. Maier "The Date of the Nativity and Chronology of Jesus" in Chronos, kairos, Christos: nativity and chronological studies by Jerry Vardaman, Edwin M. Yamauchi 1989 ISBN 0-931464-50-1 pp. 113–29
  58. ^ Gifford, Kathie Lee (2018). The Rock, the Road, and the Rabbi: My Journey into the Heart of Scriptural Faith and the Land Where It All Began. W Publishing Group. hlm. 62. 
  59. ^ Jesus & the Rise of Early Christianity: A History of New Testament Times by Paul Barnett 2002 ISBN 0-8308-2699-8 Hal. 19–21
  60. ^ Komarnitsky, Kris (2014), "Cognitive Dissonance and the Resurrection of Jesus", The Fourth R magazine, 27 (5)
  61. ^ Bermejo-Rubio, Fernando (2017). "The Process of Jesus' Deification and Cognitive Dissonance Theory". Numen. Leiden: Brill Publishers. 64 (2–3): 119–52. doi:10.1163/15685276-12341457.
  62. ^ Matius 27:53, Markus 16:9,12,14, Yohanes 21:24, Kis 1:#
  63. ^ Lukas 24:38-40, Yohanes 20:27
  64. ^ Larry Hurtado (December 4, 2018 ), "When Christians were Jews": Paula Fredriksen on "The First Generation"
  65. ^ Matius 24:34
  66. ^ Bargil Pixner, The Church of the Apostles found on Mount Zion, Biblical Archaeology Review 16.3 May/June 1990, centuryone.org Archived 2018-03-09 at the Wayback Machine
  67. ^ Matius 28:16-20 TB LAI: "Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.""
  68. ^ [[|]] Acts:1:13–15-NIV
  69. ^ Schreck, The Essential Catholic Catechism (1999), p. 130
  70. ^ Kis 1:8
  71. ^ "Savuot Judaism". Encyclopaedia Britannica. Perayaan Shavuot terjadi pada hari ke-50, atau tujuh minggu, setelah persembahan kurban panen yang dirayakan selama Paskah. Oleh karena itu hari libur juga disebut Pentakosta dari pentēkost Greek Yunani (“ke-50”). Itu jatuh pada Sivan 6 (dan Sivan 7 di luar Israel). Diakses tanggal 26 Mei 2020. 
  72. ^ Kis 7: 58 "Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus".
  73. ^ Souvay, Charles. "Saint Stephen" [Santo Stefanus]. Catholic Encyclopedia,1912. New Advent. Diakses tanggal 3 April 2013.
  74. ^ Kis 7:58-60 TB LAI :"Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya....meninggallah ia."
  75. ^ Ulangan 13:10 "Engkau harus melemparinya dengan batu, sampai mati, karena ia telah beriktiar menyesatkan engkau dari YHWH, Tuhanmu yang telah membawa engkau keluar dari Tanah Mesir dari Rumah Perbudakan."
  76. ^ Kohler, Kaufmann. "BLASPHEMY". Jewish Encyclopedia. Kejahatan menghujat, meskipun keputusannya adalah hukuman mati, tidak mengharuskan orang-orang Yahudi yang menonton untuk mengenakan pakaian mereka. Diakses tanggal 26/5/2020. 
  77. ^ Kis 11:19 TB LAI: "Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja."
  78. ^ Howard, Ken (1993). Excommunicating The Faithful Jewish Christianity in the Early Church. Virginia: KDP Publishing. hlm. 43. 
  79. ^ Galatia 1: 18-19 Peshitta Indonesia: "lalu 3 tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas Petrus, dan aku menumpang 15 hari di rumahnya. Tetapi aku tidak melihat seorang pun dari rasul-rasul lain, kecuali Yakobus, saudara Tuan Yesus"
  80. ^ Galatia 2:9 TB LAI: "...maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat..."
  81. ^ Pagels, Elaine (2005), De Gnostische Evangelien (The Gnostic Gospels), Servire, hal 45.
  82. ^ Pagels, Elaine (2005), De Gnostische Evangelien (The Gnostic Gospels), Servire, Hal 45-46.
  83. ^ Lüdemann, Gerd; Özen, Alf, De opstanding van Jezus. Een historische benadering (Was mit Jesus wirklich geschah. Die Auferstehung historisch betrachtet), The Have/Averbode, Hal 116–17
  84. ^ G. Uhlhorn, "Ebionites", in: A Religious Encyclopaedia or Dictionary of Biblical, Historical, Doctrinal, and Practical Theology, 3rd ed. (edited by Philip Schaff), Hal. 684–685 (vol. 2).
  85. ^ O. Cullmann, "Ebioniten", in: Religion in Geschichte und Gegenwart, Hal. 7435 (vol. 2).
  86. ^ Schnelle, Udo (2019). The First One Hundred Years of Christianity: An Introduction to Its History ... Baker Publishing Group. ISBN 978-1-4934-2242-5. 
  87. ^ Barton, George A. "TEMPLE OF HEROD". Jewish Encyclopedia. The construction of all this work occupied, according to John ii. 20, forty-six years; in reality, however, it was not completed until the procuratorship of Albinus (62-64 C. E.), more than eighty years after its commencement. Less than a decade later (70) it was destroyed by fire during the siege of Jerusalem by Titus. Diakses tanggal 27 Mei 2020. 
  88. ^ Eusebius, Sejarah Gereja 3.5.3 "The people of the church in Jerusalem were commanded by an oracle given by revelation before the war to those in the city who were worthy of it to depart and dwell in one of the cities of Perea which they called Pella. To it those who believed on Christ traveled from Jerusalem, so that when holy men had altogether deserted the royal capital of the Jews and the whole land of Judaea, the judgement of God might at last overtake them for all their crimes against the Christ and his Apostles, and all that generation of the wicked be utterly blotted out from among men."
  89. ^ Howard, Ken (1993). Excommunicating The Faithful Jewish Christianity in the Early Church. Virginia: KDP Publishing. hal. 45.
  90. ^ Eusebius, The History of the Church (Historia Ecclesiastica), IV, v.
  91. ^ "History of the Church of Jerusalem". Atlantaserbs (Saints Peter and Paul Serbian Orthodox Church_. Diakses tanggal 27 Mei 2020. 
  92. ^ "Church History (Book V)". Newadvent. Diakses tanggal 27 Mei 2020. 
  93. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46), hal 127. 6.5 And no wonder the apostle admitted to being a Nazoraean! In those days everyone called Christians this because of the city of Nazareth—there was no other usage of the name at the time.
  94. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46), hal 128. "7,1 But these same sectarians whom I am discussing here disregarded the name of Jesus, and neither called themselves Jessaeans, kept the name of Jews, nor termed themselves Christians—but “Nazoraeans” supposedly from the name of the place “Nazareth.” But they are Jews in every way and nothing else."
  95. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46), hal 128. "7,2 They use not only the New Testament but the Old Testament as well, as the Jews do. For they do not repudiate the legislation, the prophets, and the books which are called Writings by the Jews and by themselves.They have no different views but confess everything in full accord with the doctrine of the Law and like the Jews, except that they are supposedly believers in Christ. (3) For they acknowledge both the resurrection of the dead and that all things have been created by God, 35 and they declare that God is one, and that his Son is Jesus Christ."
  96. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46), hal 128-129 " They disagree with Jews because of their belief in Christ; but they are not in accord with Christians because they are still fettered by the Law—circumcision,the Sabbath, and the rest."
  97. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46), hal 129 "they affifi rm that he was born of Mary by the Holy Spirit."
  98. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46), hal 129 "7,7 This sect of Nazoraeans is to be found in Beroea near Coele syria, in the Decapolis near Pella, and in Bashanitis at the place called Cocabe—Khokhabe in Hebrew. (8) For that was its place of origin, since all the disciples had settled in Pella after their remove from Jerusalem—Christ having told them to abandon Jerusalem and withdraw from it because of the siege it was about to undergo. And they settled in Peraea for this reason and, as I said, lived their lives there. It was from this that the Nazoraean sect had its origin."
  99. ^ Pritz, R. A. (1992). Nazarene Jewish Christianity: from the end of the New Testament period until its disappearance in the fourth century. Jerusalem: !e Magnes Press. Hal 12 "Such contact should not surprise us, since the Nazarenes lived in the same geographical areas with predominantly Jewish communities. However, as the polemic and distrust grew, the separation and isolation from the Jewish community were increased. Different steps along the way effectedthis separation: the flight to Pella,"
  100. ^ Irenaeus, Against Heresies (Book I, Chapter 26)
  101. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46), hal 131 "For he has the Samaritans’ unpleasantness but the Jews’ name, the opinion of the Ossaeans, Nazoraeans and Nasaraeans, the form of the Cerinthians, and the perversity of the Carpocratians. And he wants to have just the Christians’ title—most certainly not their behavior, opinion and knowledge, and the consensus as to faith of the Gospels and Apostles!"
  102. ^ Bock, Darrell L. Messiah in the Passover. New York: Kregel Publication. hlm. 119. 
  103. ^ Eusebius, Against Heresies (Book I, Chapter 26) "Those who are called Ebionites agree that the world was made by God; but their opinions with respect to the Lord are similar to those of Cerinthus and Carpocrates. They use the Gospel according to Matthew only, and repudiate the Apostle Paul, maintaining that he was an apostate from the law. As to the prophetical writings, they endeavour to expound them in a somewhat singular manner: they practise circumcision, persevere in the observance of those customs which are enjoined by the law, and are so Judaic in their style of life, that they even adore Jerusalem as if it were the house of God."
  104. ^ The Panarion of Epiphanius of Salamis,Book I (Sects 1-46),hal 131 "the founder of the Ebionites, arose in the world in his turn as a monstrosity with many forms, and practically represented in himself the snake-like form of the mythical many-headed hydra. He was of the Nazoraeans’ school, but preached and taught other things than they."
  105. ^ Kohler, Kaufmann. "EBIONITES (from = "the poor")". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  106. ^ "Cerinthus EGYPTIAN THEOLOGIAN". Encyclopaedia Britannica. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  107. ^ Irenaeus, Against Heresies (Book I, Chapter 26) "Cerinthus, again, a man who was educated in the wisdom of the Egyptians, taught that the world was not made by the primary God, but by a certain Power far separated from him, and at a distance from that Principality who is supreme over the universe, and ignorant of him who is above all. He represented Jesus as having not been born of a virgin, but as being the son of Joseph and Mary according to the ordinary course of human generation, while he nevertheless was more righteous, prudent, and wise than other men. Moreover, after his baptism, Christ descended upon him in the form of a dove from the Supreme Ruler, and that then he proclaimed the unknown Father, and performed miracles. But at last Christ departed from Jesus, and that then Jesus suffered and rose again, while Christ remained impassible, inasmuch as he was a spiritual being"
  108. ^ Eusebius, Church History (Book III), Chapter 28. Cerinthus the Heresiarch.
  109. ^ Frederik, Albertus (1973). Patristic Evidence for Jewish-Christian Sects. Leiden, Belanda. hlm. 9. 
  110. ^ HB Swete, An Introduction to the Old Testament in Greek, New York, 1968 Hal 49-63.
  111. ^ St Augustine, Contra Faustum, Book XIX, no 4 "If one of the Nazareans, or Symmachians, as they are sometimes called, were arguing with me from these words of Jesus that he came not to destroy the law, I should find some difficulty in answering him. For it is undeniable that, at his coming, Jesus was both in body and mind subject to the influence of the law and the prophets. Those people, moreover, whom I allude to, practise circumcision, and keep the Sabbath, and abstain from swine's flesh and such like things, according to the law, although they profess to be Christians. They are evidently misled as well as you, by this verse in which Christ says that he came not to destroy the law, but to fulfill it. It would not be easy to reply to such opponents without first getting rid of this troublesome verse. But with you I have no difficulty, for you have nothing to go upon; and instead of using arguments, you seem disposed, in mere mischief, to induce me to believe that Christ said what you evidently do not yourself believe him to have said. On the strength of this verse you accuse me of dullness and evasiveness, without yourself giving any indication of keeping the law instead of destroying it. Do you too, like a Jew or a Nazarean, glory in the obscene distinction of being circumcised? Do you pride yourself in the observance of the Sabbath? Can you congratulate yourself on being innocent of swine's flesh? Or can you boast of having gratified the appetite of the Deity by the blood of sacrifices and the incense of Jewish offerings? If not, why do you contend that Christ came not to destroy the law, but to fulfill it?"
  112. ^ St Augustine, Contra Faustum, Book XIX, no 17. "...Some believers of the circumcision who did not understand this were displeased with this tolerant arrangement which the Holy Spirit effected through the apostles, and stubbornly insisted on the Gentiles becoming Jews. These are the people of whom Faustus speaks under the name of Symmachians or Nazareans. Their number is now very small, but the sect still continues."
  113. ^ "Elkesaite JEWISH SECT". Encyclopaedia Britannica. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  114. ^ Kohler, Kaufmann. "ELCESAITES". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  115. ^ Ferguson, Everett (1999). Encyclopedia of Early Christianity: Second Edition. Great Britain: Routledge Taylor and Francis Group. hlm. 369. 
  116. ^ Kisah Para Rasul 10:1 TB LAI "Di Kaisarea ada seorang yang bernama Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia."
  117. ^ Sacks, David; Oswyn Murray (2005). Lisa R. Brody (ed.). Encyclopedia of the Ancient Greek World (Facts on File Library of World History). Facts on File Inc. Hal 32. ISBN 978-0816057221.
  118. ^ Galatia 1:17-18 TB LAI: " juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya."
  119. ^ Kisah Para Rasul 11:25 TB LAI: "Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia."
  120. ^ Eusebius, Church History II.3.3 "3. But the divine grace being now poured out upon the rest of the nations, Cornelius, of Cæsarea in Palestine, with his whole house, through a divine revelation and the agency of Peter, first received faith in Christ; and after him a multitude of other Greeks in Antioch, to whom those who were scattered by the persecution of Stephen had preached the Gospel. When the church of Antioch was now increasing and abounding, and a multitude of prophets from Jerusalem were on the ground, among them Barnabas and Paul and in addition many other brethren, the name of Christians first sprang up there, as from a fresh and life-giving fountain."
  121. ^ "The Patriarchate of Antioch: Founded by Saints Peter and Paul". Antiochian. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  122. ^ Chapman, John. "Evodius." The Catholic Encyclopedia. Vol. 5. New York: Robert Appleton Company, 1909. 28 Dec. 2014
  123. ^ Eusebius, Historia Ecclesiastica, Book III Chapter 22
  124. ^ "Book of Romans". biblestudytool. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  125. ^ Carr, Bernadeane (, August 10, 2004). "Was Peter in Rome?". catholic. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  126. ^ Lewis, Nicola Denzey (April 25, 2020). "The Apostle Peter in Rome". biblicalarchaeology. Diakses tanggal 28 Mei 2020. 
  127. ^ "Clement of Rome, St." Cross, F. L. (ed.), The Oxford Dictionary of the Christian Church, (New York: Oxford University Press, 2005).

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Brown, Schuyler. The Origins of Christianity: A Historical Introduction to the New Testament. Oxford University Press (1993). ISBN 0-19-826207-8.
  • Dunn, James D.G. Unity and Diversity in the New Testament: An Inquiry into the Character of Earliest Christianity. SCM Press (2006). ISBN 0-334-02998-8.
  • Ehrman, Bart D. Misquoting Jesus: The Story Behind Who Changed the Bible and Why. HarperCollins (2005). ISBN 0-06-073817-0.
  • Keck, Leander E. Paul and His Letters. Fortress Press (1988). ISBN 0-8006-2340-1.
  • McGrath, Alister E. Christianity: An Introduction. Blackwell Publishing (2006). ISBN 1-4051-0899-1.
  • Pelikan, Jaroslav Jan. The Christian Tradition: The Emergence of the Catholic Tradition (100–600). University of Chicago Press (1975). ISBN 0-226-65371-4.
  • Tabor, James D. "Ancient Judaism: Nazarenes and Ebionites", The Jewish Roman World of Jesus. Department of Religious Studies; University of North Carolina at Charlotte (1998).
  • Taylor, Joan E. Christians and the Holy Places: The Myth of Jewish-Christian Origins. Oxford University Press (1993). ISBN 0-19-814785-6.
  • Thiede, Carsten Peter. The Dead Sea Scrolls and the Jewish Origins of Christianity. Palgrabe Macmillan (2003). ISBN 1-4039-6143-3.
  • Volp, Ulrich. Idealisierung der Urkirche (ecclesia primitiva). European History Online (2011), retrieved: 1 March 2013.
  • White, L. Michael. From Jesus to Christianity. HarperCollins (2004). ISBN 0-06-052655-6.
  • Wylen, Stephen M. The Jews in the Time of Jesus: An Introduction. Paulist Press (1995). ISBN 0-8091-3610-4.

Bacaan tambahan

[sunting | sunting sumber]
  • Bockmuehl, Markus N.A. (ed.) The Cambridge Companion to Jesus. Cambridge University Press (2001). ISBN 0-521-79678-4.
  • Bourgel, Jonathan, From One Identity to Another: The Mother Church of Jerusalem Between the Two Jewish Revolts Against Rome (66-135/6 EC). Paris: Éditions du Cerf, collection Judaïsme ancien et Christianisme primitive, (French). ISBN 978-2-204-10068-7
  • Brown, Raymond E.: An Introduction to the New Testament (ISBN 0-385-24767-2)
  • Conzelmann, H. and Lindemann A.,Interpreting the New Testament. An Introduction to the Principles and Methods of N.T. Exegesis, translated by S.S. Schatzmann, Hendrickson Publishers. Peabody 1988.
  • Dormeyer, Detlev: The New Testament among the Writings of Antiquity (English translation), Sheffield 1998
  • Dunn, James D.G. (ed.) The Cambridge Companion to St. Paul. Cambridge University Press (2003). ISBN 0-521-78694-0.
  • Dunn, James D.G. Unity and Diversity in the New Testament: An Inquiry into the Character of Earliest Christianity. SCM Press (2006). ISBN 0-334-02998-8.
  • Edwards, Mark (2009). Catholicity and Heresy in the Early Church. Ashgate. 
  • Freedman, David Noel (Ed). Eerdmans Dictionary of the Bible. Wm. B. Eerdmans Publishing (2000). ISBN 0-8028-2400-5.
  • Esler, Philip F. The Early Christian World. Routledge (2004). ISBN 0-415-33312-1.
  • Mack, Burton L.: Who Wrote the New Testament?, Harper, 1996
  • Keck, Leander E. Paul and His Letters. Fortress Press (1988). ISBN 0-8006-2340-1.
  • Mills, Watson E. Acts and Pauline Writings. Mercer University Press (1997). ISBN 0-86554-512-X.
  • Malina, Bruce J.: Windows on the World of Jesus: Time Travel to Ancient Judea. Westminster John Knox Press: Louisville (Kentucky) 1993
  • Malina, Bruce J.: The New Testament World: Insights from Cultural Anthropology. 3rd edition, Westminster John Knox Press Louisville (Kentucky) 2001
  • Malina, Bruce J.: Social Science Commentary on the Gospel of John Augsburg Fortress Publishers: Minneapolis 1998
  • Malina, Bruce J.: Social-Science Commentary on the Synoptic Gospels Augsburg Fortress Publishers: Minneapolis 2003
  • McKechnie, Paul. The First Christian Centuries: Perspectives on the Early Church. Apollos (2001). ISBN 0-85111-479-2
  • Pelikan, Jaroslav Jan. The Christian Tradition: The Emergence of the Catholic Tradition (100-600). University of Chicago Press (1975). ISBN 0-226-65371-4.
  • Stegemann, Ekkehard and Stegemann, Wolfgang: The Jesus Movement: A Social History of Its First Century. Augsburg Fortress Publishers: Minneapolis 1999
  • Stegemann, Wolfgang, The Gospel and the Poor. Fortress Press. Minneapolis 1984 ISBN 0-8006-1783-5
  • Tabor, James D. "Ancient Judaism: Nazarenes and Ebionites", The Jewish Roman World of Jesus. Department of Religious Studies at the University of North Carolina at Charlotte (1998).
  • Thiessen, Henry C. Introduction to the New Testament, Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids 1976
  • White, L. Michael. From Jesus to Christianity. HarperCollins (2004). ISBN 0-06-052655-6.
  • Wilson, Barrie A. "How Jesus Became Christian". St. Martin's Press (2008). ISBN 978-0-679-31493-6.
  • Wright, N.T. The New Testament and the People of God. Fortress Press (1992). ISBN 0-8006-2681-8.
  • Zahn, Theodor, Introduction to the New Testament, English translation, Edinburgh, 1910.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]