Mehdi Bazargan
Mehdi Bazargan (مهدی بازرگان dalam bahasa Persia) (September 1907? - 20 Januari 1995) (kadang juga dieja Mahdi Bazargan) adalah pemimpin pemerintahan sementara Iran, dan akhirnya menjadi sebagai perdana menteri pertama Iran setelah revolusi Iran 1979. Ia adalah salah satu arsitek revolusi Iran.
Nama dalam bahasa asli | (fa) مهدی بازرگان |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | (fa) مهدی بن عباسقلی تجارتی تبریزی 1r September 1907 Teheran |
Kematian | 20 Januari 1995 (87 tahun) Zürich |
Penyebab kematian | Serangan jantung |
Tempat pemakaman | Qom Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! |
Member of the Islamic Consultative Assembly (en) | |
Data pribadi | |
Kelompok etnik | Suku Azerbaijan di Iran |
Agama | Islam dan Syiah Dua Belas Imam |
Pendidikan | École Centrale Paris (en) |
Kegiatan | |
Spesialisasi | Islam dan politik |
Pekerjaan | politikus, insinyur, scholar (en) |
Bekerja di | Universitas Teheran |
Partai politik | Freedom Movement of Iran (en) |
Murid dari | Abolhassan Foroughi (en) |
Lain-lain | |
Anak | Abdolali Bazargan (en) , Fereshteh Bazargan (en) , Mohammad-Navid Bazargan (en) |
Dinyatakan bersalah atas | Action against national security (en) (1963) Opposition to constitutional monarchy (en) (1963) |
Bazargan belajar dalam bidang termodinamika dan teknik di École Centrale des Arts et Manufactures di Paris, dan di sana ia juga bergabung dengan Tentara Prancis dan berjuang melawan Jerman Nazi.
Bazargan adalah seorang aktivis pro-demokrasi. Ia kembali dari Prancis dan menjadi kepala departemen teknik pertama dari Universitas Tehran pada akhir 1940-an. Pada 1951 di bawah pimpinan Dr. Mossadegh, parlemen Iran menasionalisasi industri minyak Iran (Perusahaan Minyak Nasional Iran) dan mengeluarkannya dari kontrol Inggris. Bazargan menjabat sebagai kepala Perusahaan Minyak Nasional Iran yang berkebangsaan Iran pertama di bawah pemerintahan Perdana Menteri Mossadegh.
Setelah jatuhnya pemerintahan Mossadegh, ia ikut mendirikan Gerakan Pembebasan Iran dan beberapa kali dipenjarakan oleh Shah Mohammed Reza Pahlavi.
Bazargan ditunjuk sebagai Perdana Menteri oleh Ayatollah Khomeini pada 5 Februari 1979 setelah revolusi memaksa Shah meninggalkan Iran. Bazargan dipandang sebagai salah seorang tokoh perjuangan demokratis dan liberal. Perbedaannya dengan para pemimpin agama, termasuk pemimpin revolusi Ayatollah Khomeini kian menajam. Ia menentang pembentukan Dewan Pakar dan menentang penggunaan nama Republik Islam.
Bazargan mengundurkan diri bersama kabinetnya pada 5 November 1979, segera setelah pengambilalihan Kedubes AS dan penyanderaan pada 4 November. Meskipun hal itu dianggap sebagai protes terhadap krisis penyanderaan, dari sini juga jelas bahwa pandangan-pandangan liberal dan perlawanannya terhadap kaum alim-ulama telah meyakinkannya bahwa ia tidak dapat menciptakan perubahan-perubahan demokratis yang telah direncanakannya.
Bazargan adalah seorang anggota dari Parlemen (Majles) dari Republik Islam yang baru terbentuk. Ia meninggal pada 20 Januari 1995 dalam perjalanan dari Tehran ke Zürich, Swiss karena serangan jantung.
Penelitian dan pandangan
suntingPada 1992, Mehdi Bazargan mengungkapkan suatu pandangan teologis yang baru tentang salah satu masalah terpenting yang menjadi keprihatinan para pemikir Muslim dan penafsir Al-Quran: Maksud misi para nabi. Katanya, satu-satunya tujuan misi kenabian adalah memberitahukan orang tentang Allah dan kehidupan setelah mati kelak, dan bahwa agama dimaksudkan untuk mengamankan kebahagiaan manusia dalam kehidupan yang mendatang. [1]
Produksi intelektual Bazargan dapat dibagi ke dalam dua periode. DAlam periode pertama ia berusaha membuktikan bahwa misi utama dari para nabi adalah mengarahkan urusan-ursan manusia di dalam dunia. Pada periode kedua, yang terdiri atas delapan tahun terakhir hidupnya, Bazargan berubah pikiran dan mengambil pandangan berikut: misi utama para nabi adalah memberitahukan kepada manusia tentang Allah dan kehidupan setelah kematian. Misi para nabi bukanlah mengajarkan manusia bagaimana mengelola masyarakat, atau jenis pemerintahan apa yang harus mereka miliki. Artinya, umat Muslim tidak harus merujuk kepada al-Quran untuk menemukan hukum-hukum untuk politik, ekonomi dan masyarakat, atau teori-teori matematika atau ilmu alamiah, dst. Untuk menemukan hukum-hukum ini, umat Muslim, seperti halnya kaum non-Muslim, harus merujuk kepada nalar kolektif; artinya, mengandalkan keberhasilan-keberhasilan di bidang sains dan filsafat.[2]
Kutipan dari Mehdi Bazargan
suntingImam [Khomeini] menginginkan Iran untuk Islam sementara kita menginginkan Islam untuk Iran.
Lihat pula
suntingDidahului oleh: Shapour Bakhtiar |
Perdana Menteri Iran 1979 |
Diteruskan oleh: Mohammad Ali Rajai |