Minyak kelapa (Inggris: coconut oil) adalah minyak nabati yang diekstrak dari daging buah kelapa (spesies: Cocos nucifera). Berdasarkan teknik ekstraksinya, minyak kelapa bisa dikelompokkan atas tiga jenis: Minyak Kelapa Virgin (Virgin Coconut Oil - VCO), Minyak Kelapa Non-RBD, dan Minyak Kelapa RBD (Refine, Bleach, Deodorize).

Minyak Kelapa Virgin (Virgin Coconut Oil)

sunting

Minyak kelapa virgin (VCO) adalah minyak kelapa yang diperoleh dengan ekstraksi atau pengempaan pada suhu tidak lebih dari 100 °Celsius, sehingga minyak yang dihasilkan berwarna bening seperti air dan kandungan nutrisi, aroma, dan rasa kelapa tetap terjaga dengan baik.

Minyak kelapa virgin memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada minyak kelapa jenis lain. Biasa digunakan untuk bahan baku kosmetik dan juga dikonsumsi langsung sebagai asupan gizi berkalori tinggi. Pada bulan April 2021, peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian untuk menjajaki potensi minyak kelapa virgin sebagai terapi pelengkap bagi penderita COVID-19.[1]

Untuk keperluan komersial, Badan Standardisasi Nasional (BSN), telah menetapkan standar mutu untuk minyak kelapa virgin, sebagaimana dituangkan dalam SNI 7381-2008.[butuh rujukan]

Pada dasarnya, teknik ekstraksi minyak kelapa virgin (VCO) bisa dilakukan dengan dua metode, yakni metode basah dan metode kering.[butuh rujukan]

Metode Basah

sunting

Metode basah menggunakan bahan baku santan kelapa cair. Minyak dari santan cair ini diekstrak dengan cara pengendapan, fermentasi atau menggunakan mesin sentrifugal. Setelah itu, minyak yang sudah terpisah dari air dan padatan lainnya selanjutnya dipindahkan untuk disaring supaya jernih.[butuh rujukan]

Metode Kering

sunting

Metode kering dilakukan dengan memarut dan mengeringkan daging kelapa sehingga kadar airnya di bawah 3%. Pengeringan harus dilakukan pada suhu di bawah 60 derajat Celsius sehingga kelapa tidak berubah warna menjadi kuning. Selanjutnya kelapa parut kering tersebut dikempa dengan menggunakan tenaga hidrolik sehingga minyaknya keluar.

Minyak Kelapa Non-RBD

sunting

Minyak kelapa jenis ini diproduksi dari proses pemanasan santan untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga kandungan air dalam santan menguap dan minyak kelapa muncul di permukaan wadah. Selanjutnya minyak kelapa di permukaan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit sehingga tersisa ampasnya yang biasa disebut: blondo, galendo, cirik minyak, dll.

Akibat proses pemanasan yang cukup lama ini, minyak yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan namun wangi aroma kelapanya sangat kuat sehingga sering digunakan untuk memasak menu khusus khas daerah di Indonesia.

Di beberapa daerah, minyak kelapa non-RBD ini biasa juga dinamakan: minyak klentik (Jawa), minyak tanak (Minang), atau lengis tandusan (Bali).

Minyak Kelapa RBD

sunting

RBD adalah singkatan dari Refine (pemurnian), Bleach (pemutihan), Deodorize (penghilangan bau). Proses RBD diperlukan karena minyak kelapa jenis ini diperoleh dari pemerasan kopra (kelapa kering) yang biasanya sudah hangus dan tengik dengan kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yang tinggi.

Dari pemerasan kopra pada suhu tinggi, diperoleh minyak kelapa mentah (Crude Coconut Oil) yang selanjutnya dimurnikan melalui proses RBD sehingga bisa digunakan sebagai minyak goreng. Akibat proses RBD ini, minyak kelapa RBD terlihat jernih dan berwarna cerah, namun aroma kelapanya hampir tak tercium.

Pemanfaatan minyak kelapa sebagai bahan bakar

sunting

Minyak kelapa dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi bahan bakar selayaknya solar. Minyak kelapa memiliki kekentalan 50-60 centi stokes, sedangkan solar 5 centi stokes. Pada suhu antara 80-90 derajat celcius, minyak kelapa memiliki kekentalan yang setara dengan solar. Salah satu inovasi yang dikembang Departemen Teknik Pertanian IPB yaitu dengan memanfaatkan suhu knalpot untuk mengubah kekentalan minyak kelapa agar sama dengan solar. Gas buang knalpot memiliki temperatur 350-360 derajat celcius sehingga diperlukan koil pendingin untuk menurunkan temperatur knalpot. Kemudian minyak kelapa melalui sebuah selang dialirkan melalui knalpot sebelum menuju ke ruang pembakaran mesin diesel.

Cara seperti ini tentunya lebih murah dibandingkan dengan memanfaatkan kokodiesel, yaitu minyak kelapa yang telah melalui proses industri untuk diubah menjadi biodiesel. Harga kokodiesel saat ini berkisar Rp. 10.000 per liter, sedangkan minyak kelapa yang tidak melalui proses pengolahan bisa jauh lebih murah. Selain itu, kelapa merupakan tanaman yang umum tumbuh di daerah pesisir, menjadikannya sumber bahan bakar yang potensial bagi nelayan setempat yang cenderung mengalami kesulitan bahan bakar, baik masalah harga maupun ketersediannya.

Minyak kelapa yang dimanfaatkan adalah minyak kelapa yang telah melalui proses pemanasan guna menghilangkan asam lemak bebasnya.[2][3]

Referensi

sunting
  1. ^ Pulmonologi FKKMK UGM. "VCO Sebagai Terapi Adjuvan Covid-19". 
  2. ^ "Kokodiesel dari Knalpot Daerah Pesisir" (Siaran pers) (dalam bahasa Bahasa Indonesia). Imatetani. Juli 2010. Diarsipkan dari versi asli (htm) tanggal 2010-07-25. Diakses tanggal 22 Juli 2010.  "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-25. Diakses tanggal 2010-07-24. 
  3. ^ "Knalpot Ubah Minyak Kelapa" (Siaran pers) (dalam bahasa Bahasa Indonesia). BEM Fateta IPB. Juli 2010. Diakses tanggal 24 Juli 2010.  "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-26. Diakses tanggal 2010-07-24.