Daftar sultan Utsmaniyah
Sultan Utsmaniyah | |
---|---|
Bekas Kerajaan | |
Imperial | |
Lambang Kesultanan | |
Suleiman I (1520–1566) | |
Penguasa pertama | Osman Gazi |
Penguasa terakhir | {{{last_monarch}}} |
Gelar | Sapaan:
|
Kediaman resmi | Istana Topkapı (1460an–1853) Istana Dolmabahçe (1853–1889; 1909-1922) Istana Yıldız (1889–1909) |
Pendirian | 27 Juli 1299 |
Pembubaran | 1 November 1922 |
Para sultan Wangsa Utsmaniyah menguasai wilayah kekuasaan transkontinental yang sangat luas mulai dari tahun 1299 hingga 1922. Pada puncak kejayaannya, Kesultanan Utsmaniyah berkuasa mulai dari Hungaria hingga ke bagian utara Somalia di sebelah selatan, dan dari Aljazair di sebelah barat hingga Irak di sebelah timur. Ibu kotanya mula-mula adalah Bursa di Anatolia, kemudian dipindahkan ke Edirne pada tahun 1366 dan ke Konstantinopel atau Istanbul pada tahun 1453 setelah kejatuhan Konstantinopel yang merupakan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur.[1] [2] Pada tahun 1617, hukum pergantian keturunan dalam kesultanan ini diubah dari "siapa yang kuat akan menang" menjadi suatu sistem yang didasarkan atas tingkat senioritas agnatik (ekberiyet), yaitu tahta akan diteruskan oleh laki-laki tertua dalam keluarga. Ini menyebabkan sejak abad ke-17 sultan yang meninggal jarang digantikan oleh putranya, tetapi biasanya oleh seorang paman atau saudara laki-laki.[3] Sistem "senioritas agnatik" (agnatic seniority) dipertahankan sampai pembubaran kesultanan, meskipun pada abad ke-19 ada usaha yang gagal untuk mengganti dengan sistem "primogeniture" (keturunan tertua).[4]
Status
[sunting | sunting sumber]Kesultanan Utsmaniyah adalah monarki mutlak pada hampir sepanjang sejarahnya. Pemimpin Utsmaniyah berada di puncak hierarki dan berperan sebagai pemimpin politik, militer, kehakiman, sosial, dan keagamaan, dan itu tercermin dalam berbagai gelar yang disandangnya. Secara teori, pemimpin Utsmaniyah hanya bertanggung jawab kepada Allah dan syariat-Nya yang mana dia adalah pelaksana dari syariat tersebut.
Meski pemimpin Utsmaniyah secara teori adalah pemimpin absolut, pada kenyataannya, pengaruhnya terbatas pada beberapa hal. Keputusannya sangat dipengaruhi oleh anggota penting dinasti, para pejabat, pihak militer, dan pemuka agama.[5] Mulai akhir abad keenam belas, sebagian besar kewenangan pemimpin Utsmaniyah dalam pemerintahan mulai dialihkan kepada wazir agung (setara perdana menteri). Para wanita dalam harem istana, biasanya ibu suri (valide sultan) atau permaisuri (haseki sultan) juga menjadi salah satu pihak paling berpengaruh dalam memandu kebijakan pemimpin Utsmaniyah. Pada masa yang disebut sebagai Kesultanan Wanita, para wanita harem bahkan memiliki pengaruh sangat besar dalam pemerintahan dan menjadi penguasa dari balik tirai.[6]
Gelar
[sunting | sunting sumber]Para pemimpin Utsmaniyah menyandang berbagai gelar yang tiap-tiap gelar memiliki makna tersendiri. Beberapa gelar tersebut antara lain 'sultan', 'khan', 'padişah', dan 'khalifah'.
Sebagai kepala negara
[sunting | sunting sumber]Meskipun daftar Sultan Utsmaniyah selalu dimulai dari Osman I yang merupakan bapak dari Wangsa Utsmaniyah, gelar sultan baru secara resmi digunakan pada masa Murad I, cucu Osman, yang berkuasa 1362 sampai 1389. Dua pemimpin Utsmaniyah sebelumnya, Osman dan Orhan, menggunakan gelar bey, gelar Turki yang dapat disejajarkan dengan adipati.
Di Indonesia dan Barat, pemimpin Utsmaniyah lebih dikenal dengan 'sultan'. Sultan adalah gelar pemimpin Islam yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna "kewenangan" atau "kekuatan". Gelar ini mulai digunakan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah dan perlahan digunakan untuk berbagai pemimpin Muslim berdaulat.Kedudukan gelar sultan lebih tinggi dari 'amir' dan tidak dapat dibandingkan dengan 'malik', gelar bahasa Arab untuk raja. Sejak abad keenam belas, gelar sultan tidak hanya digunakan oleh pemimpin Kesultanan Utsmaniyah, tetapi juga semua anggota Wangsa Utsmaniyah, juga permaisuri dan ibu suri, dengan laki-laki menggunakan gelar sultan di depan namanya, sedangkan wanita di belakang namanya. Misalnya, Şehzade Sultan Mehmed dan Mihrimah Sultan, putra dan putri Sultan Suleiman Al Qanuni. Penggunaan ini menegaskan konsep Utsmani terkait kekuasaan sebagai kewenangan keluarga.[7]
Bersama sultan, para pemimpin Utsmaniyah juga menggunakan gelar khan di belakang namanya (misal, Sultan Suleiman Khan). Khan adalah gelar bagi pemimpin bangsa Turki yang berasal dari Asia Tengah. Salah satu tokoh terkenal yang juga menggunakan gelar ini adalah Jengis Khan. Penggunaan gelar ini menunjukkan keterikatan Utsmaniyah dengan para pendahulu mereka yang berasal dari Asia Tengah.[7]
Gelar yang sering digunakan di kalangan masyarakat Utsmaniyah sendiri untuk merujuk pemimpin mereka adalah padişah (پادشاه, dibaca pa-di-syah)[8] yang berarti 'kaisar'. Hal ini sebagai pernyataan bahwa status Utsmaniyah berada di atas kerajaan sebagaimana status kaisar berada di atas raja. Gelar ini diadopsi dari bahasa Persia dan mulai digunakan pada masa Sultan Mehmed II.
Setelah penaklukan Konstantinopel pada 1453, Sultan Mehmed II juga menyandang gelar Kaysar-i-Rûm atau 'Kaisar Romawi'. Gelar ini menyatakan bahwa para pemimpin Utsmaniyah adalah pewaris dari Kekaisaran Romawi. Sultan Mehmed II juga menyatakan dirinya sebagai pelindung bagi Gereja Ortodoks.
Semua gelar kepala negara ini terus dipegang pemimpin Wangsa Utsmaniyah sampai dibubarkannya Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1922.
Sebagai pemimpin dunia Islam
[sunting | sunting sumber]Pemimpin Utsmaniyah juga menyandang gelar khalifah yang merupakan gelar bagi pemimpin dunia Islam. Gelar ini mulai diklaim oleh Murad I, meski pada saat itu Wangsa Abbasiyah yang berada dalam perlindungan Kesultanan Mamluk Mesir masih menyandang gelar khalifah secara resmi. Setelah penaklukan Kesultanan Mamluk oleh Utsmaniyah pada tahun 1517 di masa Sultan Selim I, Wangsa Abbasiyah menyerahkan gelar khalifah kepada pemimpin Utsmaniyah. Dengan ini, pemimpin Utsmaniyah secara simbolis berperan sebagai pemimpin dunia Islam, meski bukan pemimpin dalam artian kepala negara seluruh dunia Islam karena semua negara Islam memiliki pemimpin berdaulatnya sendiri.
Pada keberjalanannya, gelar khalifah tidak digunakan oleh pemimpin Utsmaniyah hampir selama dua abad sampai Utsmaniyah kalah perang dengan Kekaisaran Rusia yang saat itu dipimpin oleh Maharani Yekaterina II. Dalam Perjanjian Küçük Kaynarca (1774) antara Utsmaniyah dengan Rusia, pemimpin Utsmaniyah kemudian menggunakan statusnya sebagai khalifah (bukan sebagai sultan) untuk menegaskan kepemimpinan relijiusnya atas umat Muslim di Rusia.[9] Ini adalah pertama kalinya di masa Utsmaniyah, gelar khalifah digunakan di luar batas Kesultanan Utsmaniyah dan diakui oleh pihak Eropa.[10] Gelar ini lebih sering digunakan dan lebih nyata pengaruhnya pada masa Sultan Abdul Hamid II yang berusaha menyatukan dunia Islam untuk melawan pengaruh Barat yang semakin menguat. Dengan statusnya sebagai khalifah, Abdul Hamid II meminta pihak Kesultanan Sulu untuk tunduk dengan kekuasaan Amerika demi menghindari konflik yang lebih besar antara Barat dan Islam.[11] Kerjasama yang tercipta antara angkatan bersenjata Amerika dan Kesultanan Sulu tidak lain adalah bujukan Khalifah Utsmaniyah kepada pihak Kesultanan Sulu.[12]
Setelah Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan pada 1922, pemimpin Wangsa Utsmaniyah masih mempertahankan gelar khalifahnya selama dua tahun sampai kemudian lembaga kekhalifahan juga dibubarkan pada 1924. Dengan ini, Wangsa Utsmaniyah adalah keluarga besar terakhir yang menyandang gelar khalifah.
Daftar sultan
[sunting | sunting sumber]Tabel di bawah ini berisi informasi para sultan Utsmaniyah, juga kalifah Utsmaniyah, diurutkan berdasarkan kronologi. Tughra adalah lambang atau tanda kaligrafi yang digunakan oleh para sultan Utsmaniyah yang dituliskan pada semua dokumen resmi dan uang koin, dan lebih melambangkan sang sultan daripada portret sang sultan. Kolom "Catatan" berisi informasi mengenai orang tua dan nasib tiap sultan. Bila pemerintahan seorang sultan tidak berakhir dengan kematian wajar, alasannya ditandai dengan cetak tebal.
# | Nama Masa kekuasaan |
Gambar | Tughra | Orangtua | Catatan | |
---|---|---|---|---|---|---|
Masa Kebangkitan (27 Juli 1299 – 20 Juli 1402) | ||||||
1 | Osman I Ghazi (ksatria) sekitar 1299 – 1323/1324 |
— [c] |
Ertuğrul |
| ||
2 | Orhan I Ghazi (ksatria) 1323/1324 – Maret 1362 |
Berkuasa sampai wafat.[16] | ||||
3 | Murad I Hüdavendigâr (penguasa) Maret 1362 – 15 Juni 1389 |
|
| |||
4 | Bayezid I Yıldırım (petir) Juni 1389 – 20 Juli 1402 |
|
| |||
Perang Saudara[d] (20 Juli 1402 – 5 Juli 1413) | ||||||
— | İsa Çelebi (tuan) Sultan Anatolia Barat: 1403 – 1405/1406 |
— |
|
| ||
— | Süleyman Çelebi (tuan) Sultan Rumelia pertama: 20 Juli 1402 – 17 Februari 1411[19] |
— | Bayezid I |
| ||
— | Musa Çelebi (tuan) Sultan Rumelia kedua: 18 Februari 1411 – 5 Juli 1413[21] |
— |
Bayezid I |
|||
— | Mehmed Çelebi (tuan) Sultan Anatolia Timur: 1403–1406 Sultan Anatolia: 1406–1413 |
— |
|
| ||
Masa Kebangkitan (5 Juli 1413 – 29 Mei 1453) | ||||||
5 | Mehmed I Kirişci (putra tuan) 5 Juli 1413 – 26 Mei 1421 |
|
| |||
6 | Murad II Koca (Agung) 26 Mei 1421 – Agustus 1444 |
|
||||
7 | Mehmed II Agustus 1444 – September 1446 |
|
||||
— | Murad II Koca (Agung) September 1446 – 3 Februari 1451 |
|||||
Masa Keemasan (29 Mei 1453 – 11/12 September 1683) | ||||||
— | Mehmed II Fatih (sang penakluk) Qayser-i Rûm (Kaisar Romawi) 3 Februari 1451 – 3 Mei 1481) |
| ||||
8 | Bayezid II Veli (wali) 22 Mei 1481 – 24 April 1512) |
|
||||
9 | Selim I Yavuz (tegas) 24 April 1512 – 22 September 1520) |
|
| |||
10 | Suleiman I Al Qanuni (pemberi hukum) Muhteşem (yang luar biasa/yang agung) 30 September 1520 – 6 September 1566 |
|
| |||
11 | Selim II Sari (pirang) 29 September 1566 – 21 Desember 1574 |
|
| |||
12 | Murad III 22 Desember 1574 – 16 Januari 1595 |
|
| |||
13 | Mehmed III Adli (adil) 27 Januari 1595 – 20 atau 21 Desember 1603 |
|
| |||
14 | Ahmed I Bakhti (Keberuntungan) 21 Desember 1603 – 22 November 1617 |
|
| |||
15 | Mustafa I Deli (gila) 22 November 1617 – 26 Februari 1618 |
|
| |||
16 | Osman II Genç (yang muda) 26 Februari 1618 – 19 Mei 1622 |
|
||||
— | Mustafa I Deli (gila) 19 Mei 1622 - 10 September 1623 |
| ||||
17 | Murad IV Ghazi (ksatria) 10 September 1623 - Februari 1640 |
|
| |||
18 | Ibrahim I Deli (gila) 9 Februari 1640 - 8 Agustus 1648 |
|
||||
19 | Mehmed IV Avci (pemburu) 8 Agustus 1648 - 8 November 1687 |
|
||||
Masa Stagnasi dan Reformasi (11/12 September 1683 – 20 Oktober 1827) | ||||||
20 | Suleiman II 8 November 1687 - 22 Juni 1691 |
|
| |||
21 | Ahmed II Khan Ghazi (khan ksatria) 22 Juni 1691 - 6 Februari 1695 |
|
| |||
22 | Mustafa II Ghazi (ksatria) 6 Februari 1695 – 22 Agustus 1703 |
|
||||
23 | Ahmed III 22 Agustus 1703 – 1/2 Oktober 1730 |
|
||||
24 | Mahmud I Ghazi (ksatria) Kambur (bungkuk) 2 Oktober 1730 – 13 Desember 1754 |
|
| |||
25 | Osman III Sofu (saleh) 13 Desember 1754 – 29/30 Oktober 1757 |
|
| |||
26 | Mustafa III Yenilikçi (inovatif pertama) 30 Oktober 1757 – 21 Januari 1774 |
|
| |||
27 | Abd-ul-Hamid I 21 Januari 1774 – 6/7 April 1789 |
|
| |||
28 | Selim III Bestekar (komposer) 7 April 1789 – 29 Mei 1807 |
|
| |||
29 | Mustafa IV 29 Mei 1807 – 28 Juli 1808 |
|
||||
Masa Modernisasi (1827 – 24 Juli 1908) | ||||||
30 | Mahmud II Islahatçı (reformator) 28 Juli 1808 – 1 Juli 1839 |
|
||||
31 | Abd-ul-Mejid I Tanzimatçı (reformis kuat) 1 Juli 1839 – 25 Juni 1861 |
|
| |||
32 | Abd-ul-Aziz I 25 Juni 1861 – 30 Mei 1876 |
|
| |||
33 | Murad V 30 Mei 1876 – 31 Agustus 1876 |
|
| |||
34 | Abd-ul-Hamid II Ulu Han (khan yang luhur) 31 Agustus 1876 – 27 April 1909 |
|
| |||
35 | Mehmed V Reşad (pengikut jalan kebenaran) 27 April 1909 – 3 Juli 1918 |
|
| |||
36 | Mehmed VI Vahideddin (pemersatu agama (Islam)) 4 Juli 1918 – 1 November 1922 |
|
| |||
Kekhalifahan Republik (18 November 1922 – 3 Maret 1924) | ||||||
— | Abd-ul-Mejid II 18 November 1922 - 3 Maret 1924 |
— [c] |
|
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Stavrides 2001, p. 21
- ^ Quataert 2005, p. 91
- ^ Quataert 2005, p. 92
- ^ Karateke 2005, pp. 37–54
- ^ Glazer 1996, "Ottoman Institutions"
- ^ Peirce, Leslie. "The sultanate of women". Channel 4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-03. Diakses tanggal 2009-04-18.
- ^ a b Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire. New York: Oxford University Press, Inc. ISBN 0-19-507673-7.
- ^ M'Gregor, J. (July 1854). "The Race, Religions, and Government of the Ottoman Empire". The Eclectic Magazine of Foreign Literature, Science, and Art. Vol. 32. New York: Leavitt, Trow, & Co. hlm. 376. OCLC 6298914. Diakses tanggal 2009-04-25.
- ^ Glassé, Cyril, ed. (2003). "Ottomans". The New Encyclopedia of Islam. Walnut Creek, CA: AltaMira Press. hlm. 349–351. ISBN 978-0-7591-0190-6. OCLC 52611080. Diakses tanggal 2009-05-02.
- ^ The Cambridge History of Islam I: The Central Islamic Lands (dalam bahasa Turki). Cambridge University Press. 1970.
- ^ Mustafa Akyol (18 July 2011). Islam without Extremes: A Muslim Case for Liberty. W. W. Norton. hlm. 159–. ISBN 978-0-393-07086-6.
- ^ J. Robert Moskin (19 November 2013). American Statecraft: The Story of the U.S. Foreign Service. St. Martin's Press. hlm. 204–. ISBN 978-1-250-03745-9.
- ^ "Sultan Osman Gazi". Kementerian Budaya dan Pariwisata Republik Turki. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ Sakaoğlu, Necdet (2008). Bu mülkün kadın sultanları: Vâlide sultanlar, hâtunlar, hasekiler, kadınefendiler, sultanefendiler. Oğlak Publications. hlm. 29. ISBN 978-9-753-29623-6..
- ^ "Consorts Of Ottoman Sultans (in Turkish)". Ottoman Web Page.
- ^ "Sultan Orhan Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan Murad Hüdavendigar Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan Yıldırım Beyezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul,2009,ISBN 975-6480-17-3 p 314
- ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans:Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul, 2009, ISBN 975-6480-17-3 p 314
- ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p 58-60.
- ^ Prof. Yaşar Yüce-Prof. Ali Sevim: Türkiye tarihi Cilt II, AKDTYKTTK Yayınları, İstanbul, 1991 p 74-75
- ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p. 58-60.
- ^ "Sultan Mehmed Çelebi Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ a b "Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ a b "Chronology: Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-04-07.
- ^ "Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ Kafadar 1996, p. xix
- ^ "Chronology: Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2010-07-15.
- ^ "Sultan II. Bayezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Yavuz Sultan Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Kanuni Sultan Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan II. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan III. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan III. Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan I. Ahmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ a b "Sultan I. Mustafa". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan II. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan IV. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan İbrahim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan IV. Mehmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan II. Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan II. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan II. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan III. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan I. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan III. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan III. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan I. Abdülhamit Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan III. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan IV. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan II. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan Abdülmecid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan Abdülaziz Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan V. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan II. Abdülhamid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan V. Mehmed Reşad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ "Sultan VI. Mehmed Vahdettin Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06.
- ^ As̜iroğlu 1992, p. 13
- ^ As̜iroğlu 1992, p. 17
- ^ As̜iroğlu 1992, p. 14
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- As̜iroğlu, Orhan Gâzi (1992). Son halife, Abdülmecid. Tarihin şahitleri dizisi (dalam bahasa Turkish). Istanbul: Burak Yayınevi. ISBN 9789757645177. OCLC 32085609.
- Duran, Tülay (1999). Padişah Portreleri (Portraits of the Ottoman Empire's Sultans) (dalam bahasa Turkish). Sirkeci: Association of Historical Research and Istanbul Research Centre. ISBN 9789756926079. OCLC 248496159.
- Findley, Carter V. (2005). The Turks in World History. New York: Oxford University Press US. ISBN 9780195177268. OCLC 54529318. Diakses tanggal 2009-04-29.
- Glazer, Steven A. (1996) [Research completed January 1995]. "Chapter 1: Historical Setting". Dalam Metz, Helen Chapin. A Country Study: Turkey. Country Studies (edisi ke-5th). Washington, D.C.: Federal Research Division of the Library of Congress. ISBN 9780844408644. OCLC 33898522. Diakses tanggal 2009-04-22.
- Kafadar, Cemal (1996). Between Two Worlds: The Construction of the Ottoman State. Berkeley, CA: University of California Press. ISBN 9780520206007. OCLC 55849447. Diakses tanggal 2009-04-18.
- Karateke, Hakan T. (2005). "Who is the Next Ottoman Sultan? Attempts to Change the Rule of Succession during the Nineteenth Century". Dalam Weismann, Itzchak; Zachs, Fruma. Ottoman Reform and Muslim Regeneration: Studies in Honour of Butrus Abu-Manneb. London: I. B. Tauris. ISBN 9781850437574. OCLC 60416792. Diakses tanggal 2009-05-02.
- d'Osman Han, Nadine Sultana (2001). The Legacy of Sultan Abdulhamid II: Memoirs and Biography of Sultan Selim bin Hamid Han. Foreword by Manoutchehr M. Eskandari-Qajar. Santa Fe, NM: Sultana Pub. OCLC 70659193. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-05. Diakses tanggal 2009-05-02.
- Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire. New York: Oxford University Press US. ISBN 9780195086775. OCLC 243767445. Diakses tanggal 2009-04-19.
- Quataert, Donald (2005). The Ottoman Empire, 1700–1922 (edisi ke-2nd). Cambridge University Press. ISBN 9780521839105. OCLC 59280221. Diakses tanggal 2009-04-18.
- Stavrides, Theoharis (2001). The Sultan of Vezirs: The Life and Times of the Ottoman Grand Vezir Mahmud Pasha Angelović (1453–1474). Leiden: Brill Publishers. ISBN 9789004121065. OCLC 46640850. Diakses tanggal 2009-04-18.
- Sugar, Peter F. (1993). Southeastern Europe under Ottoman Rule, 1354–1804 (edisi ke-3rd). Seattle: University of Washington Press. ISBN 9780295960333. OCLC 34219399. Diakses tanggal 2009-04-18.
- Toprak, Binnaz (1981). Islam and Political Development in Turkey. Leiden: Brill Publishers. ISBN 9789004064713. OCLC 8258992. Diakses tanggal 2009-04-19.
- Uğur, Ali (2007). Blue Imperialism (dalam bahasa Turkish). Istanbul: Çatı Publishing. ISBN 9758845873 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan). OCLC 221203375. Diakses tanggal 2009-04-19.
- Toynbee, Arnold J. (1974). "The Ottoman Empire's Place in World History". Dalam Karpat, Kemal H. The Ottoman State and Its Place in World History. Social, Economic and Political Studies of the Middle East. 11. Leiden: Brill Publishers. ISBN 9789004039452. OCLC 1318483. Diakses tanggal 2009-05-02.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) "Website of the 700th Anniversary of the Ottoman Empire". Diakses tanggal 2009-02-06.
- (Inggris) "Official website of the immediate living descendants of the Ottoman Dynasty". Diakses tanggal 2009-02-06.