Kesultanan Ajuran
Kesultanan Ajuran Saldanadda Ajuuraan اٍمارة أجوران | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Abad ke-13–Akhir abad ke-17 | |||||||||
Bendera | |||||||||
Ibu kota | |||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Somali · Arab | ||||||||
Agama | Islam Sunni | ||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||
Sultan, Imam | |||||||||
Sejarah | |||||||||
• Pendirian | Abad ke-13 | ||||||||
1538–57 | |||||||||
1580–89 | |||||||||
• Invasi Oromo | Pertengahan abad ke-17 | ||||||||
• Kemunduran | Akhir abad ke-17 | ||||||||
Mata uang | Mogadishu | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Somalia Ethiopia | ||||||||
Kesultanan Ajuran (bahasa Somali: Saldanadda Ajuuraan, bahasa Arab: سلطنة أجوران), juga dieja Kesultanan Ajuuraan,[1] atau Ajuran,[2] adalah kesultanan Muslim Somali[3][4][5] yang menguasai sebagian besar Tanduk Afrika pada abad pertengahan. Melalui pemerintahan tersentralisasi yang kuat dan posisi militer yang agresif terhadap penyerang, Kesultanan Ajuran berhasil melawan serangan Oromo dari barat dan serangan Imperium Portugal di timur. Rute perdagangan dari zaman kuno dan abad pertengahan awal diperkuat atau didirikan kembali, dan perdagangan di provinsi-provinsi pesisir berkembang dengan kapal-kapal datang dan pergi dari berbagai negara di Asia Timur, Asia Selatan, Eropa, Timur Dekat, Afrika Utara, dan Afrika Timur.[6]
Kesultanan ini meninggalkan banyak warisan arsitektur, dan menjadi salah satu kekuatan Somali yang membangun kastil dan benteng. Banyak reruntuhan fortifikasi di Somalia selatan yang dibuat oleh insinyur-insinyur Ajuran,[7] termasuk sejumlah makam monumental, nekropolis, dan reruntuhan kota. Pada masa Ajuran, banyak orang di bagian selatan Tanduk Afrika yang memeluk agama Islam karena pemerintahan Ajuran bersifat teokratik.[8] Keluarga kerajaan Ajuran, yaitu Wangsa Garen, memperluas wilayahnya dan menetapkan hegemoni melalui peperangan, perdagangan, dan aliansi.[9]
Sebagai kekaisaran hidrolik, Kesultanan Ajuran memonopoli sumber daya air sungai Shebelle dan Jubba. Dengan teknik hidroliknya, negara ini juga membangun banyak sumur kapur dan tadah yang masih beroperasi hingga kini. Penguasa-penguasa Ajuran mengembangkan sistem agrikultur dan perpajakan yang baru, yang masih berlaku di sebagian Tanduk Afrika hingga abad ke-19.[1] Namun, kekuasaan pemimpin-pemimpin Ajuran yang bersifat tirani mengakibatkan pemberontakan, dan pada akhir abad ke-17 negara Ajuran mengalami perpecahan.[10]
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "The History of Somalia". hlm. 40. Diakses tanggal 2014-02-14.
- ^ Encyclopedia Britannica: Ajuran
- ^ Virginia Luling, Somali Sultanate: the Geledi city-state over 150 years, hlm. 17
- ^ Luc Cambrézy, Populations réfugiées: de l'exil au retour, hlm.316
- ^ Mohamed Haji Mukhtar, "The Emergence and Role of Political Parties in the Inter- River Region of Somalia from 1947–1960, Ufahamu: Volume 17, hlm. 98
- ^ "Nation Shapes: The Story Behind the World's Borders". hlm. 358. Diakses tanggal 2014-02-16.
- ^ Shaping of Somali Society hlm. 101
- ^ "Cultural Sociology of the Middle East, Asia, and Africa: An Encyclopedia". hlm. xxxiv. Diakses tanggal 2014-02-16.
- ^ Horn and Crescent: Cultural Change and Traditional Islam on the East African Coast, 800–1900 (African Studies) by Pouwels Randall L – hlm. 15
- ^ "The History of Somalia". hlm. 41. Diakses tanggal 2014-02-16.