Pakaian akademik
Pakaian akademik merupakan pakaian yang digunakan dalam acara atau kegiatan akademik biasanya disebut toga atau gown. Penggunaan pakaian akademik ini awalnya dilakukan di Eropa pada zaman pertengahan. Dimana dengan menggunakan ini orang ingin menunjukkan kelasnya dan dapat diketahui melalui pakaian akademik ini. Pada mulanya pakaian akademik terdiri dari:
- Jubah hitam atau toga
- Jubah yang digunakan oleh guru besar yang mirip paderi gereja katolik yang berbentuk seperti mantel yang merupakan pakaian luar warga Roma
- Penutup kepala atau cap adalah penutup kepala berbentuk persegi empat dilengkapi dengan tassel atau rumbai-rumbai yang biasanya di geser pada saat wisuda.
- Hood adalah penutup kepala yang menyatu dengan toga. Namun karena sudah ada penutup kepala maka penggunaannya cukup di klimprukkan di bahu.
Di Indonesia ketika masih menggunakan sistem kontinental, toga hanya digunakan oleh profesor. Saat ini penggunaan toga tidak hanya digunakan oleh profesor namun digunakan oleh wisudawan dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari diploma hingga strata-3 (doktor). Penggunaan pakaian akademik sangat beragam tergantung dari aturan masing-masing universitas. Jenis-jenis dari pakaian akademik berbeda-beda dari segi ukuran dan bentuk pakaian menyesuaikan dengan tingkatannya.[1]
Filosofi Pakaian Akademik
[sunting | sunting sumber]Pakaian Akademik pula mempunyai arti filosofis yang kental, salah satunya yakni arti warna hitam.
Pemilihan warna hitam gelap pada toga adalah simbolisasi yaitu misteri serta kegelapan telah berhasil dikalahkan ketika mereka menempuh pendidikan di bangku kuliah, tak hanya itu sarjana pula diharapkan mampu memisahkan kegelapan dengan ilmu pengetahuan yang selama ini didapat saat kuliah. warna hitam pula melambangkan keagungan, sebab itu, tak hanya sarjana, ada hakim serta separuh pemuka agama pula memakai warna hitam pada jubahnya.
tak hanya itu, ternyata ada pula arti filosofis dari bentuk persegi pada topi toga atau cap. sudut-sudut persegi pada topi menyimbolkan yaitu seorang sarjana dituntut untuk berpikir rasional serta memandang segala sesuatu hal dari beraneka sudut pandang.
Dan juga arti dari seremoni kuncir tali di topi toga yang dipindah dari kiri ke kanan yaitu berarti waktu masa kuliah lebih banyak otak kiri yang digunakan semasa kuliah, diharapkan sesudah lulus tak sebatas memakai otak kiri saja (hardskills), tetapi pula dapat menggunakan otak kanan (softskills) yang berhubungan dengan aspek kreativitas, imajinasi, serta inovasi, dan aspek lainnya.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Djojodibroto, Rahardjo Darmanto (2004). Tradisi kehidupan akademik. Galangpress Group. ISBN 9789799341945.
- ^ Haris (2012-07-21). "Sejarah dan filosofi toga". kabarnesia. Diakses tanggal 2018-04-29.