Rockwool
Rockwool merupakan salah satu media tanam yang banyak digunakan oleh para petani hidroponik. Media tanam ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya terutama dalam hal perbandingan komposisi air dan udara yang dapat disimpan oleh media tanam ini.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Rockwool pertama kali dibuat pada tahun 1840 di Wales oleh Edward Parry, namun karena massa jenis yang ringan dan kondisi penyimpanan yang tidak baik, tiupan angin yang sedikit dapat menerbangkan rockwool yang telah diproduksi dan membahayakan lingkungan kerja. Sehingga produksi ketika itu harus dihentikan.[1]
Produksi
[sunting | sunting sumber]Rockwool terbuat dari bebatuan, umumnya kombinasi dari batuan basalt, batu kapur, dan batu bara[2] , yang dipanaskan mencapai suhu 1.600 derajat Celcius sehingga meleleh menjadi seperti lava, dalam keadaan mencair ini, batuan tersebut disentrifugal membentuk serat-serat. Setelah dingin, kumpulan serat ini dipotong dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]Roockwool digunakan sebagai media tanam hidroponik yang mampu menyerap banyak pupuk cair sekaligus udara yang membantu pertumbuhan akar dalam penyerapan unsur hara, mulai dari tahap persemaian sampai pada fase produksi. Keunggulan pemanfaatan rockwool sebagai media tanam yaitu:
- Ramah lingkungan
- Tidak mengandung patogen penyebab penyakit
- Mampu menampung air hingga 14 kali kapasitas tampung tanah[2]
- Dapat meminimalkan penggunaan disinfektan
- Dapat mengoptimalkan peran pupuk.
Namun karena terbuat dari bebatuan yang biasanya mengandung mineral alkali dan alkali tanah dalam jumlah besar, pH dari rockwool cenderung tinggi bagi beberapa jenis tanaman (antara 7.8 hingga 8.0[2] ) sehingga dibutuhkan perlakuan khusus sebelum dijadikan media tanam atau dengan memanfaatkan pupuk yang bersifat asam.
Selain sebagai media tanam, rockwool juga digunakan sebagai insulasi termal dan penyerap suara yang baik.[3][4] Tergantung dari asal bahannya, temperatur yang dapat diterima oleh rockwool sebelum meleleh ada pada kisaran:[5]
Bahan | Temperatur |
---|---|
Kaca | 230 - 260 °C |
Batu | 700 - 850 °C |
Keramik | 1200 °C |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Spon, Ernest. Workshop Receipts ... London: E. & F. N. Spon, 18831892. Page 439
- ^ a b c Tom Alexander, Don Parker (1994). The Best of Growing Edge. 1. New Moon Publishing, Inc. ISBN 9780944557013.
- ^ Weiner, Ethan. Acoustic Treatment and Design for Recording Studios and Listening Rooms. "Without question, the most effective absorber for midrange and high frequencies is rigid fiberglass."http://www.ethanwiner.com/acoustics.html#rigid%20fiberglass.
- ^ Houghton, Matt. Sound On Sound. "What is the best density for a good, fairly wide-spectrum absorber? . . .try looking for mineral wool in the region of 45-75kg/m3." http://www.soundonsound.com/sos/oct10/articles/qa-1010-2.htm
- ^ "Competition Commission Alternatives to Glass Mineral Wool" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-19. Diakses tanggal 2014-04-11. 090820 competition-commission.org.uk, 2.2 Mineral Wools