Teori orbital molekul
Teori orbital molekul adalah teori yang menjelaskan ikatan kimia melalui diagram orbital molekul. Sifat magnet dan sifat-sifat molekul dapat dengan mudah dijelaskan dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum lain yang disebut dengan teori orbital molekul. Salah satu contohnya teori orbital molekul yang dapat menjelaskan sifat paramagnetisme dari molekul O₂ sesuai hasil percobaan, bahwa oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan dan bukan diamagnetik seperti yang dijelaskan dengan menggunakan teori ikatan valensi. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi. Teori orbital molekul menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital orbital atom dari atom yang berikatan dengan molekul secara keseluruhan. Seperti halnya untuk menjelaskan sifat-sifat ion kompleks, teori orbital molekul juga dapat dijadikan pendekatan yang baik karena teori orbital molekul dapat menjelaskan fakta bahwa ikatan antara ion logam dan ligan bukan hanya merupakan ikatan ion yang murni tetapi juga terdapat ikatan kovalen pada ion atau senyawa kompleks. Perkembangan teori orbital molekul pada mulanya dipelopori oleh Robert Sanderson Mulliken dan Friedrich Hund pada tahun 1928.
Orbital Molekul Ikatan dan Orbital Molekul Antiikatan
[sunting | sunting sumber]Menurut teori orbital molekul, orbital molekul dihasilkan dari interaksi antara dua atau lebih orbital atom. Terjadinya tumpang tidih suatu orbital mengarah pada pembentukan dua orbital atom: satu orbital molekul ikatan dan satu orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan (bonding molecular orbital) memiliki energi yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Orbital molekul antiikatan (antibonding molecular orbital) memiliki energi yang lebih tinggi dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital-orbital atom pembentuknya.
Perbandingan Teori Orbital Molekul dengan Teori Ikatan Valensi
[sunting | sunting sumber]Teori orbital molekul memperhatikan semua elektron dalam pendistribusian energi untuk menentukan ikatan suatu senyawa diamagnetik atau paramagnetik. Jika dibandingkan dengan teori ikatan valensi yang hanya memperhatikan elektron yang berada di kulit terluarnya teori orbital molekul lebih valid . Hal ini dapat dilihat pada penentuan ikatan oksigen (O2). Teori ikatan valensi menunjukan bahwa oksigen bersifat diamagnetik karena semua elektron pada kulit terluarnya berpasangan. Pada kenyataannya oksigen merupakan paramagnetik. Pendekatan orbital molekul dapat menjelaskan mengapa oksigen paramagnetik karena terdapat elektron yang tidak berpasangan pada pendistribusian energi.[1]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ [Atkins. 2010. Inorganic Chemistry.New York: W.H Freeman and Company].