Al-Watsiq II
Al-Watsiq II | |
---|---|
Khalifah Abbasiyah | |
Berkuasa | 1340 – 1341 |
Pendahulu | Al-Mustakfi I |
Penerus | Al-Hakim II |
Wangsa | Abbasiyah |
Dinasti | Abbasiyah |
Ayah | Muhammad bin Al-Hakim I |
Abu Ishaq Al-Watsiq Billah Ibrahim bin Waliyyi al-'Ahdi al-Mustamsik Billah Abu Abdillah Muhammad bin al-Hakim Biamrillah Abu al-'Abbas Ahmad' (bahasa Arab: أبو إسحاق الواثق بالله إبراهيم بن ولي العهد المستمسك بالله أبو عبد الله محمد بن الحاكم يأمر الله أبو العباس أحمد) atau lebih dikenal dengan Ibrahim dan memiliki gelar Al-Watsiq II adalah seorang Khalifah Abbasiyah di Kairo, Mesir pada tahun 1340-1341.
Al-Hakim I, sang kakek, menjadikan putranya yang bernama Muhammad, yang bergelar al-Mustamsik Billah sebagai khalifah setelahnya nanti. Tetapi Muhammad meninggal terlebih dahulu. Maka Ibrahim yang ia angkat sebagai putra mahkota, dengan anggapan bahwa cucunya itu mampu mengemban tugas-tugas khalifah. Namun setelah dicoba, ternyata ia tidak mampu, sehingga al-Hakim I segera mencopotnya dari jabatan putra mahkota, lalu diberikan kepada putranya yang lain, yaitu Al-Mustakfi II, paman Ibrahim. Ibrahim tidak layak menjadi calon khalifah karena dikenal sebagai sosok yang banyak bermain dan berakhlak rendah. Ibrahim inilah yang kemudian menyebarkan fitnah tentang Khalifah al-Mustakfi II, yang tidak lain adalah pamannya, kepada sultan sehingga timbul konflik dan perseteruan antara khalifah dengan sultan yang sebelumnya mereka berdua seperti dua bersaudara.[1]
Ketika al-Mustakfi II meninggal dunia di kota Qush. maka Ahmad, putranya, menggantikannya menjadi khalifah sesuai dengan wasiat ayahnya. Namun sultan mengabaikan putusan al-Mustakfi II, ia malah membai'at Ibrahim sebagai khalifah dengan diberi gelar Al-Watsiq Billah.[1]
Saat ajalnya menjelang, sultan menyesali keputusannya itu. Maka ia memecat Ibrahim dari jabatan khalifah dan mengangkat Ahmad sebagai penggantinya dengan gelar al-Hakim II. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 742 H.[1]
Dituturkan oleh Ibnu Hajar Al 'Asqalani, Orang-orang menyatakan protes kepada sultan atas pengangkatan Ibrahim sebagai khalifah, tetapi sultan bersikukuh dengan keputusannya, sehingga orang-orang membai'atnya dengan terpaksa. Masyarakat umum memberinya gelar al-Musta'thi Billah.[1]
Ibnu Fadhlullah berkata dalam kitabnya Al-Masalik tentang biografi al-Watsiq Billah, ucapnya, Kakeknya mengangkat Ibrahim sebagai putra mahkota dengan harapan ia mampu mengemban amanah khilafah, atau mampu mengubah dirinya menjadi orang yang baik setelah diangkat menjadi khalifah. Ternyata ia tetap hidup foya-foya dan bermoral rendah, leha-leha dan bergaul dengan orang-orang yang berakhlak bejat. Dia tidak memiliki kehormatan diri dan prilaku busuknya dianggap sebagai kebaikan di matanya yang tetap tidak bercahaya. Dia tidak mampu membedakan yang baik dengan yang buru. Kerjanya hanya mengurus burung merpati, membeli domba dan ayam jago untuk diadu, di samping prilaku lainnya yang menghancurkan nama baik dan kepribadiannya.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e As-Suyuthi, Jalaluddin (2013). Rekam Jejak Para Khalifah Berdasarkan Riwayat Hadits. @as-prima pustaka, Jakarta. ISBN 978-602-14145-2-1. Halaman 632, 633, 634
Al-Watsiq II
| ||
Didahului oleh: Al-Mustakfi II |
Khalifah Kairo 1340-1341 |
Diteruskan oleh: Al-Hakim II |