Daftar petinju Indonesia
Tampilan
Petinju legendaris Indonesia adalah nama-nama dari petinju Indonesia dan kiprahnya yang sudah dimulai sejak tahun 1920-an, pada waktu itu olahraga tinju diperkenalkan oleh bangsa Eropa. Pada mulanya, petinju Indonesia banyak bertanding di pasar malam, baik melawan sesama petinju lokal, maupun melawan petinju dari Eropa.
Nama-nama legendaris dalam sejarah pertinjuan Indonesia
[sunting | sunting sumber]Dari sekian lama sejarah pertinjuan Indonesia, hanya sedikit petinju Indonesia yang berhasil meraih gelar juara yang bergengsi serta layak disebut sebagai petinju legendaris Indonesia, di antaranya:
Petinju Amatir
[sunting | sunting sumber]- Dimas anggara Juara Karate Di dunia dan peringkat 1 Olimpiade Dirgantara 1988 Wuhan, China
- Ferry Moniaga — juara Asia 1980 dan peringkat 5 Olimpiade Munich 1972.
- Pino Bahari — medali emas kelas menengah Asian Games 1990 di Beijing, Tiongkok.
- Frans van Bronkhorst — juara Asia tahun 1973 kelas welter di Bangkok, Thailand.
- Wiem Gommies — Medali Emas Kelas Menengah Asian Games 1970 di Bangkok, Thailand, Juara Asia 1971 Teheran, Medali Emas Kelas Menengah Asian Games 1978 di Bangkok, Thailand
- Syamsul Anwar — meski tidak pernah merebut gelar juara Asia, tetapi kemenangannya atas petinju Amerika Serikat Thomas Hearns pada tahun 1976 di final kejuaraan Piala Presiden yang pertama di Jakarta, membuatnya abadi dikenal sebagai salah satu petinju (amatir) Indonesia yang terbaik. Thomas Hearns kemudian melesat kariernya sebagai juara dunia tinju profesional di lima kelas yang berbeda, dan menjadi salah satu petinju legendaris dunia.
- Armstrong M.S — Nama Amstrong M.S tampak tidak biasa dalam era saat ini, tetapi dia adalah salah satu petinju amatir kelas bantam ringan dari DKI Jakarta. Dia juga merupakan salah satu petinju amatir terkemuka yang dimiliki Indonesia pada era 80-90an. Awalnya, dia berlatih di sasana Boxing Sarwi Gading di Jakarta Utara. Pada puncak kariernya, banyak petinju terbaik lainnya, seperti Adrianus Taroreh dan Nico Thomas, juga muncul.
- Rudy Kairupan - Salah satu petinju amatir Indonesia yang bertanding di kelas welter ringan saat mewakili negara Indonesia di dalam ASIAN Games tahun 1962 di Jakarta bersama Johnny Bolang, Alex Rugebrecht, Masduki, dan Frans Soplanit (kelas bantam)
- Johnny Bolang - Merupakan kakak dari promotor tinju legendaris Indonesia, yaitu Boy Bolang. Dan Johnny Bolang sebagai petinju amatir di kelas welter ringan berhasil memberikan medali perunggu untuk Indonesia di dalam ASIAN Games tahun 1962 di Jakarta. Di tahun 1963, Johnny Bolang meraih medali perak untuk kelas welter ringan dalam GANEFO Games di Jakarta. Selain itu, Johnny Bolang juga pernah bertanding tinju mewakili negara Indonesia di Olimpiade XVII tahun 1960 di Roma, Italia.
Petinju Profesional
[sunting | sunting sumber]- Wongso Suseno — juara OPBF kelas welter tahun 1975. Ia merupakan petinju profesional Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar bergengsi tingkat internasional.
- Thomas Americo — juara OPBF kelas welter yunior, dan petinju Indonesia pertama yang menantang juara dunia, sayang Thomas Americo kalah angka melawan juara kelas welter yunior WBC, Saoul Mamby pada tahun 1981 di Jakarta yang juga merupakan pertandingan perebutan gelar juara dunia yang pertama kali di Indonesia.
- Ellyas Pical — juara dunia IBF kelas terbang junior (1985—1989). Petinju Indonesia pertama yang meraih gelar juara dunia.
- Nico Thomas — juara dunia IBF kelas terbang mini (1989)
- Yehonya Letluhur — juara dunia kelas terbang pada rentang waktu (1984—1986).
- Suwito Lagola — juara dunia kelas welter (welterweight) versi WBF (1995-1997).
- Ajib Albarado — juara dunia Kelas Ringan Super (Super Lightweight) versi WBF pada rentang waktu 1996-2000.
- Chris John — juara dunia kelas bulu WBA (2003—2013). Memegang rekor sebagai petinju Indonesia yang paling lama memegang gelar juara dunia, tanpa pernah kalah, dan sampai Mei 2012, Chris John sudah mempertahankan gelar sebanyak 16 kali.
- Muhammad Rachman — juara dunia kelas terbang mini IBF (2004—2007), dan juga juara dunia kelas terbang mini WBA (2011).
- Daud Yordan — juara dunia di 3 kelas berbeda, juara dunia di Kelas bulu (featherweight) versi IBO (2012—2013), juara dunia di Kelas Ringan (Lightweight) versi IBO (2013), dan juara dunia di Kelas Ringan Super (Super lightweight) versi IBA (2019- ).
- Hendrik Barongsay — Juara WBC Asian Boxing Council Continental Super Bantam (2012), dan tercatat sebagai salah satu dari sekian petinju Indonesia yang yang merebut gelar dengan kemenangan ko di luar negeri.
- Tibo Monabesa — juara dunia Kelas Terbang Ringan (Light Flyweight) versi IBO (2019- ).
- Ongen Saknosiwi - juara dunia Kelas bulu (featherweight) versi IBA (2019- ) merupakan petinju profesional Indonesia tercepat yang menjadi juara dunia (8 pertarungan) pada masanya.
Nama-nama petinju profesional Indonesia yang pernah bertanding dalam kejuaraan dunia
[sunting | sunting sumber]Yang berhasil dalam pertandingan perebutan gelar kejuaraan dunia
[sunting | sunting sumber]- Ellyas Pical — 3 kali juara dunia kelas bantam yunior versi IBF - menang KO ronde ke-8 atas Ju-do Chun (Korsel) di kejuaraan bantam junior (52,1 kg) IBF di Jakarta, 3 Mei 1985. Namun, Pical kalah KO ronde ke-14 saat menantang juara versi WBA, Kaosai Galaxy (Thailand), di Jakarta, 28 Februari 1987.
- Nico Thomas — juara dunia kelas terbang mini versi IBF - menang angka 12 ronde atas Samuth Sithnaruepol di perebutan gelar kelas jerami IBF di Jakarta, 17 Juni 1989. Gelar ini akhirnya direbut oleh Eric Chavez (Filipina), masih pada tahun 1989.
- Yehonya Letluhur — juara dunia kelas terbang. Yehonya meraih gelar pertamanya pada tahun 1984 di Indonesia. Selanjutnya ia dikirim ke Amerika Serikat, Spanyol, Korea, Jepang, Meksiko, dan berbagai negara lainnya untuk bertarung dengan petinju profesional lainnya. Pada tahun 1988, Yehonya berhenti sebagai petinju dan meraih 5 gelar.
- Chris John — Juara dunia kelas bulu versi WBA - meraih gelar pertama kali pada tanggal 26 September 2003 saat menundukkan Oscar Leon dari Kolombia di Denpasar, Bali. Sampai kini sudah beberapa kali mempertahankan gelar baik di Indonesia maupun di luar negeri.
- Muhammad Rachman — Juara dunia kelas terbang mini versi IBF - merebut gelar pertama kali pada 14 September 2004 setelah mengalahkan Daniel Reyes dari Kolombia. Rachman sudah beberapa kali mempertahankan gelar juaranya, sebelum akhirnya dikalahkan dengan angka oleh Florante Condes (Filipina) di Jakarta, Juli, 2007. Tahun 2010 dia berhasil menjadi juara versi WBA setelah menang KO di ronde 9 atas Kwanthai Sithmorseng di Thailand
- Suwito Lagola, meraih gelar juara dunia kelas welter versi WBF dan sempat beberapa kali mempertahankan gelarnya.
- Daud Yordan, setelah gagal merebut gelar kelas bulu WBA dari Chris John, akhirnya meraih gelar juara dunia versi IBO pada tahun 2012
Yang gagal dalam pertandingan perebutan gelar kejuaraan dunia
[sunting | sunting sumber]- Thomas Americo, kalah angka 15 ronde dari Saoul Mamby (Amerika Serikat) di kejuaraan welter junior (62,5 kg) WBC di Jakarta, 29 Agustus 1981.
- Joko Arter, kalah KO ronde ke-2 dari Min-keun Oh (Korsel) di kejuaraan kelas bulu (57,1 kg) IBF di Seoul, 4 Maret 1984.
- Yani Hagler, kalah TKO ronde ke-3 dari Dodie Boy Penalosa (Filipina) dalam kejuaraan kelas terbang junior (48,9 kg) IBF di Jakarta, 12 Oktober 1985.
- Azadin Anhar kalah KO ronde ke-3 dari Jum-hwan Choi (Korsel) dalam kejuaraan terbang junior IBF di Jakarta, 9 Agustus 1987.
- Polly Pasireron, kalah KO ronde ke-5 dari Chong-pal Park (Korsel) dalam kejuaraan kelas menengah super (76,2 kg) WBA di Chonju, Korsel, 1 Maret 1988.
- Udin Baharuddin, kalah KO ronde ke-7 dari Myung-woo Yuh (Korsel) di kejuaraan terbang junior WBA di Seoul, 6 November 1988.
- John Arief, kalah angka 12 ronde dari Napa Kiatwanchai (Thailand) dalam upaya merebut gelar kelas jerami (47,6 kg) WBC di Korat, Thailand, 11 Februari 1989.
- Abdi Pohan, dua kali menjajal juara IBF namun semua gagal. Pertama dia kalah angka 12 ronde dari Muangchai Kittikasem (Thailand) dalam upaya merebut gelar kelas terbang junior IBF di Bangkok, 10 April 1990. Satu lagi ia dikalahkan Fahlan Lukmingkwan (Thailand) dalam perebutan gelar kelas jerami IBF di Bangkok, 2 Juli 1991. Abdi juga kalah KO ronde ke-7 dari Jose de Jesus (Puerto Riko) dalam upaya merebut gelar kelas terbang terbang junior WBO di Medan, 10 November 1990.
- Husni Ray, kalah angka 12 ronde dari Rafael Torres (Rep. Dominika) dalam upaya merebut gelar kelas terbang mini WBO di Jakarta, 31 Juli 1990.
- Said Iskandar, kalah TKO ronde ke-8 dari Fahlan Lukmingkwan dalam perebutan gelar kelas jerami IBF di Bangkok, 14 Juni 1992.
- Dominggus Siwalete, kalah TKO ronde ke-4 dari Ratanapol Sor Vorapin (Thailand) dalam perebutan gelar kelas jerami IBF di Bangkok, 26 September 1993.
- Muhammad Nurhuda, dikalahkan dengan angka 12 ronde oleh Vuyani Bungu (Afsel) saat mencoba merebut gelar kelas bulu junior (55,3) IBF di Cape Town, Afsel, 4 Maret 1995.
- Boy Aruan, kalah KO ronde ke-3 dari Hiroshi Kawashima (Jepang) saat mencoba merebut gelar kelas bantam junior (52,1 kg) WBC di Tokyo, 8 November 1995.
- Andrian Kaspari, kalah TKO ronde ke-3 dari Tim Austin (AS) saat mencoba merebut gelar kelas bantam (53,5 kg) IBF di Las Vegas, 30 Mei 1998.
- Anis Roga, dua kali gagal merebut gelar juara dunia. Technical Draw melawan Manuel Herrera di Surabaya, 30 Agustus 1997 dan kalah TKO dari Mauricio Pastrana (Kolombia) dalam kejuaraan IBF kelas terbang yunior di Florida, AS, 30 April 1998
- Faisol Akbar kalah angka dari Zolani Pethelo (Afrika Selatan) dalam kejuaraan IBF kelas terbang mini di Afrika Selatan, 21 Maret 1998
- Adrianus Taroreh Kalah KO ronde 4 dari Orzubek Nazarov dalam kejuaraan WBA kelas ringan di Tokyo, Jepang, 15 April 1996
- Angky Angkota bertanding dalam kejuaraan dunia versi WBO kelas terbang super (52,2 kg) di Mexico melawan Jorge Arce pada tanggal 30 Januari 2010. Dalam pertandingan itu Angky kalah technical decision. Pertandingan dihentikan pada ronde 7 karena benturan kepala yang mengakibatkan pelipis mata Angky pendarahan
- Noldi Manakane, kalah angka 12 ronde dari Koki Kameda (Jepang) di kejuaraan bantam (53.5 kg) WBA di Yokohama Jepang, 4 April 2012.