Lompat ke isi

Kabupaten Bantul

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Bantul
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀
Searah jarum jam dari atas: Kebun Buah Mangunan, Gapura Desa Wisata Kasongan, Hutan Pinus Mangunan, Tradisi Gejog Lesung, Tradisi Pisungsung Jaladri, Pantai Parangtritis, Gapura Bantul saat malam hari, Curug Pulosari
Lambang resmi Kabupaten Bantul
Julukan: 
Motto: 
ꦲꦩꦩꦪꦸꦲꦪꦸꦤꦶꦁꦧꦮꦤ
Hamemayu hayuning bawana
(Jawa) Memperindah keindahan dunia
Peta
Peta
Kabupaten Bantul di Jawa
Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul
Peta
Kabupaten Bantul di Indonesia
Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul (Indonesia)
Koordinat: 7°53′05″S 110°20′03″E / 7.88461°S 110.33411°E / -7.88461; 110.33411
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
Tanggal berdiri8 Agustus 1950
Dasar hukumUU No.15 Tahun 1950
Hari jadi20 Juli 1831 (umur 193)
Ibu kotaBantul
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kapanewon: 17
  • Kalurahan: 75
Pemerintahan
 • BupatiAbdul Halim Muslih
 • Wakil BupatiJoko B. Purnomo
 • Sekretaris DaerahAgus Budiraharjo
Luas
 • Total609,56 km2 (235,35 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[1]
 • Total976.573
 • Kepadatan1,600/km2 (4,100/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 96,04% Islam
  • 0,08% Hindu
  • 0,02% Buddha
  • 0,01% Lainnya[1][2]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Jawa (utama)
 • IPMKenaikan 80,69 (2022)
Sangat Tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3402 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 274
Pelat kendaraanAB
Kode Kemendagri34.02 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 1.025.870.924.000,- (2020) [4]
Semboyan daerahProjotamansari
(Produktif-Professional, Ijo Royo-royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri)
Flora resmiSawo kecik[5]
Fauna resmiDederuk jawa[5]
Situs webwww.bantulkab.go.id


Kabupaten Bantul (bahasa Jawa: ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀, pelafalan dalam bahasa Indonesia: [ˈbantʊl]) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kapanewon Bantul. Pada pertengahan tahun 2024, jumlah penduduk Bantul sebanyak 976.573 jiwa.[1]

Semboyan pembangunan kabupaten ini adalah Projotamansari, yang merupakan singkatan dari Produktif-Profesional, Ijo royo royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri. Pada 27 Mei 2006, gempa bumi besar berkekuatan 5,9 skala Richter mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap daerah ini dan kematian sedikitnya 3.000 penduduk Bantul. Daerah yang terkena dampak terparah dari gempa tersebut adalah Pundong dan Imogiri.

Bantul memang tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan, seperti perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambarketawang, upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret, dan perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong. Kisah perjuangan pionir penerbangan Indonesia yaitu Adisutjipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa penting yang dicatat dalam sejarah adalah Perang Gerilya melawan pasukan Belanda. Saat itu, pasukan Indonesia berada di bawah kepemimpinan Jenderal Sudirman (1948) dan mereka banyak bergerak di sekitar wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan Oemoem 1 Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Tolok awal pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai meredam perjuangan Diponegoro, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vortenlanden. Komisi tersebut bertugas menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik dalam hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif.

Pemerintah Hindia Belanda dan sultan Yogyakarta pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831 mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti pembagian wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 Sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal bernama Bantulkarang tersebut di atas. Seorang nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai bupati Bantul.

Berdasarkan peristiwa tersebut, tanggal 20 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Selain itu, tanggal 20 Juli juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli 1825.

Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus. Kabupaten memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom). Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Akan tetapi, Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948. dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia.

Pusaka dan Identitas Daerah

[sunting | sunting sumber]
Tombak Kyai Agnya Murni

Tombak Kiai Agnya Murni berasal dari kata agnya berarti perintah atau pemerintahan dan murni adalah suci/bersih. Sehingga dengan tegaknya pusaka itu membawa pesan ditegakkannya nilai kehidupan berperadaban sebagai pilar utama membangun pemerintahan yang bersih. Tombak pusaka Kiai Agnya-murni mengisyaratkan pamoring kawula Gusti. Dalam khazanah Jawa, dikenal istilah budaya berpamor agama. Sehingga dalam dimensi vertikal memiliki makna pasrah diri dan tunduk patuh insan ke haribaan Sang Khalik. Dalam dimensi horizontal mengisyaratkan luluhnya pemimpin dengan rakyat.

Tombak pusaka ini diberikan oleh sultan Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Peringatan Hari Jadi ke-169 Kabupaten Bantul, Kamis 20 Juli 2007. Tombak ini memiliki dapur Pleret, yang mengisyaratkan Kabupaten Bantul agar mengingat keberadaan Pleret sebagai historic landmark yang menandai titik awal pembaruan pemerintahan Mataram Sultan Agungan yang cikal bakalnya berada di Kerta Wonokromo. Tombak yang memiliki pamor wos wutah wengkon (melimpahnya kemakmuran bagi seluruh rakyat), dapat eksis bila ditegakkan pada landeyan (dasar) kayu walikukun. Landeyan itu simbul keluhuran budaya berbasis ilmu berintikan keteguhan iman.

Wilayah Kabupaten Bantul terletak pada titik koordinat 07°44′04″–08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110°12′34″–110°31′08″ Bujur Timur.[6] Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 508,85 km2.[7] Persentase luas Kabupaten Bantul terhadap luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 15,91%.[8]

Batas Wilayah

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Bantul berbatasan dengan beberapa wilayah berikut:[9]

Utara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Timur Kabupaten Gunungkidul
Selatan Samudra Hindia
Barat Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman

Topografi

[sunting | sunting sumber]
Sungai Oyo Dilihat dari Kebun Buah Mangunan

Topografi Kabupaten Bantul sebesar 40% merupakan dataran rendah.[10] Sedangkan 60% wilayah Kabupaten Bantul merupakan perbukitan yang kurang subur.[11] Wilayah Kabupaten Bantul dapat dibedakan menjadi wilayah bagian barat, bagian tengah, bagian timur, dan bagian selatan. Bagian barat mencakup wilayah seluas 89,86 km2 atau 17,73% dari luas Kabupaten Bantul yang berupa dataran rendah dengan kemiringan yang landai serta perbukitan yang membujur dari utara ke selatan. Bagian tengan merupakan dataran subur yang landai seluas 210,94 km2 atau seluas 41,62 % dari luas Kabupaten Bantul dan dijadikan sebagai lahan pertanian. Bagian timur meliputi daerah yang landai, miring dan terjang seluas 206,05 km2 (40,65%). Sementara bagian selatan merupakan bagian berpasir dan memiliki laguna yang termasuk bagian tengah Kabupaten Bantul. Bagian selatan Kabupaten Bantul membentang di sepanjang pantai dari Kecamatan Srandakan, Kecamatan Sanden dan Kecamatan Kretek.[12]

Sebanyak enam sungai mengalir melalui Kabupaten Bantul yang berfungsi sebagai kawasan hilir.[13] Panjang aliran sungai dari keenam sungai ialah 114 km.[butuh rujukan] Keenam sungai tersebut ialah Sungai Oyo, Sungai Opak, Sungai Code, Sungai Winongo, Sungai Bedog, dan Sungai Progo.[14] Sungai Oyo melintasi wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 35 km.[15] Sungai Opak melintasi wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 40 km.[16] Sungai Code melintasi wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 7 km.[17] Sungai Winongo melintasi wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 17 km.[18] Sungai Bedog melintasi wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 15 km.[19] Sungai Progo melintasi wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 27 km.[20]

Iklim dan Cuaca

[sunting | sunting sumber]

Iklim yang terbentuk di wilayah Kabupaten Bantul menurut klasifikasi iklim Koppen adalah iklim muson tropis.[21] Sama seperti kabupaten lain di Indonesia, musim hujan di Bantul dimulai bulan November hingga April dan musim hujan ini dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat yang bersifat lembab dan basah. Sementara itu, musim kemarau yang diakibatkan oleh angin muson tenggara–timur yang bersifat kering dan dingin berlangsung pada bulan Mei hingga Oktober. Curah hujan di Bantul adalah 1942 mm per tahun dengan hari hujan berkisar antara 100–130 hari hujan, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Januari dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata berkisar pada 22° hingga 31° derajat Celsius.

Data iklim Bantul, DIY, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.4
(86.7)
30.7
(87.3)
31
(88)
31.7
(89.1)
31.5
(88.7)
31.3
(88.3)
30.5
(86.9)
31
(88)
31.2
(88.2)
32
(90)
31.8
(89.2)
30.6
(87.1)
31.14
(88.13)
Rata-rata harian °C (°F) 26.8
(80.2)
27
(81)
27.2
(81)
27.7
(81.9)
27.3
(81.1)
26.5
(79.7)
25.6
(78.1)
26
(79)
26.6
(79.9)
27.4
(81.3)
27.1
(80.8)
27
(81)
26.85
(80.42)
Rata-rata terendah °C (°F) 23.3
(73.9)
23.2
(73.8)
23.4
(74.1)
23.6
(74.5)
23.1
(73.6)
21.8
(71.2)
20.8
(69.4)
21
(70)
22
(72)
23
(73)
23.4
(74.1)
23.3
(73.9)
22.66
(72.79)
Presipitasi mm (inci) 320
(12.6)
324
(12.76)
282
(11.1)
186
(7.32)
82
(3.23)
51
(2.01)
25
(0.98)
15
(0.59)
28
(1.1)
89
(3.5)
223
(8.78)
289
(11.38)
1.914
(75,35)
Rata-rata hari hujan 22 20 17 14 8 5 2 1 3 8 16 18 134
% kelembapan 86 86 86 84 83 82 79 78 80 81 83 85 82.8
Rata-rata sinar matahari harian 5.7 6.2 6.5 7.5 7.8 7.8 8.3 8.4 7.8 7.7 6.7 6.3 7.23
Sumber #1: Climate-Data.org [22] & BMKG[23]
Sumber #2: Weatherbase [24]

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]
No. Bupati Mulai Menjabat Akhir Menjabat Wakil Bupati
32. H. Abdul Halim Muslih 26 Februari 2021 Petahana Joko B. Purnomo

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bantul dalam lima periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2004–2009[25] 2009–2014[26] 2014–2019[27] 2019–2024[28] 2024–2029
PKB 6 Penurunan 3 Kenaikan 4 Kenaikan 6 Kenaikan 7
Gerindra (baru) 3 Kenaikan 6 Kenaikan 8 Penurunan 6
PDI-P 16 Penurunan 11 Kenaikan 12 Penurunan 11 Kenaikan 12
Golkar 5 Steady 5 Steady 5 Steady 5 Kenaikan 6
NasDem (baru) 2 Penurunan 1 Penurunan 0
PKS 5 Steady 5 Penurunan 4 Steady 4 Kenaikan 6
PAN 7 Steady 7 Penurunan 6 Penurunan 5 Penurunan 2
PBB 0 Steady 0 Kenaikan 1 Steady 1 Penurunan 0
Demokrat (baru) 1 Kenaikan 5 Penurunan 1 Kenaikan 2 Kenaikan 3
PPP 3 Kenaikan 4 Steady 4 Penurunan 2 Steady 2
Ummat (baru) 1
PKPB (baru) 2 Steady 2
Jumlah Anggota 45 Steady 45 Steady 45 Steady 45 Steady 45
Jumlah Partai 8 Kenaikan 9 Kenaikan 10 Steady 10 Penurunan 9

Kapanewon

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Bantul memiliki 17 kapanewon dan 75 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 931.356 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 508,13 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 1.832 jiwa/km².[29][30]

Daftar kapanewon dan kalurahan di Kabupaten Bantul, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kapanewon Hanacaraka Kodepos[31] Jumlah
Kalurahan
Daftar
Kalurahan
34.02.05 Bambanglipuro ꦧꦩ꧀ꦧꦁꦭꦶꦥꦸꦫ 55764 3
34.02.12 Banguntapan ꦧꦔꦸꦤ꧀ꦠꦥꦤ꧀ 55798 8
34.02.08 Bantul ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ 55711-55715 5
34.02.11 Dlingo
ꦢ꧀ꦭꦶꦔ 55783 6
34.02.10 Imogiri ꦲꦶꦩꦒꦶꦫꦶ 55782 8
34.02.09 Jetis ꦗꦼꦛꦶꦱ꧀ 55781 4
34.02.16 Kasihan ꦏꦱꦶꦃꦲꦤ꧀ 55799 4
34.02.03 Kretek ꦏꦿꦺꦠꦺꦏ꧀ 55772 5
34.02.07 Pajangan ꦥꦗꦁꦔꦤ꧀ 55751 3
34.02.06 Pandak ꦥꦤ꧀ꦝꦏ꧀ 55761 4
34.02.14 Piyungan ꦥꦶꦪꦸꦁꦔꦤ꧀ 55792 3
34.02.13 Pleret ꦥ꧀ꦭꦺꦫꦺꦠ꧀ 55791 5
34.02.04 Pundong ꦥꦸꦤ꧀ꦝꦺꦴꦁ 55771 3
34.02.02 Sanden ꦱꦤ꧀ꦢꦺꦤ꧀ 55763 4
34.02.17 Sedayu ꦱꦼꦢꦪꦸ 55752-55753 4
34.02.15 Sewon ꦱꦺꦮꦺꦴꦤ꧀ 55797 4
34.02.01 Srandakan ꦱꦿꦤ꧀ꦢꦏꦤ꧀ 55762 2
TOTAL 75


Tiga anak perempuan di Bantul, sekitar tahun 2011.

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, jumlah penduduk kabupaten Bantul sebanyak 954.706 jiwa. Penduduk tersebut dengan wilayah terbanyak ada di Kapanewon Banguntapan berjumlah 113.298 jiwa, dan paling sedikit berada di Kapanewon Srandakan berjumlah 31.082 jiwa.[1][32]

Mayoritas mata pencaharian penduduk di bidang pertanian (25 %), perdagangan (21 %), industri (19 %) dan jasa (17 %).

Transportasi

[sunting | sunting sumber]
Jembatan Kretek 2, dibangun di atas Sungai Opak di wilayah Kecamatan Kretek.

Kabupaten Bantul dilintasi oleh Jalan Nasional sebagai jalan arteria primer, di antaranya Jalan Pantai Selatan melewati Kapanewon Srandakan, Sanden, dan Kretek. Jalan Nasional lintas tengah dan selatan Jawa penghubung Kota Yogyakarta melewati Jalan Bantul segmen utara, Jalan Lingkar Timur Kota Bantul, Jalan Bakulan, serta Jalan Parangtritis segmen selatan. Dan juga Jalan Nasional lintas selatan–tengah Jawa penghubung Kota Yogyakarta dengan Jakarta/Bandung di kawasan Jalan Wates segmen Sedayu, serta sebagian segmen Jalan Nasional di lingkar luar Yogyakarta. Untuk jalan daerah istimewa di antaranya Jalan Srandakan, Jalan Bantul segmen selatan, Jalan Parangtritis segmen utara, Jalan Wonosari segmen Banguntapan dan Piyungan, Jalan Imogiri Timur, Jalan Imogiri Barat, dan Jalan Lingkar Luar Selatan SedayuPandakBantulImogiriJetisPleretBanguntapan. Jalur perkeretaapian di Bantul sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda. Jalur kereta api di Bantul terdiri atas jalur utama lintas selatan dan tengah Jawa di Kapanewon Sedayu dengan Stasiun Rewulu (hanya digunakan untuk angkutan BBM Pertamina), serta jalur rel kereta mati yang direncanakan akan dihidupkan kembali antara YogyakartaBantulBrosot dengan stasiun di Madukismo, Cepit, Bantul Kota, Palbapang, dan Srandakan, dan juga jalur mati YogyakartaKotagedePleretPundong.

Pada Januari 2021, mulai dibangun sebuah jembatan Jembatan Kretek 2 di wilayah Kecamatan Kretek. Jembatan yang menghubungkan antara Kalurahan Parangtritis dan Kalurahan Tirtohargo di Kecamatan Kretek ini berdiri di atas Sungai Opak. Jembatan ini memiliki panjang keseluruhan 2,6 kilometer dengan panjang jembatan utama sepanjang 554 meter dan lebar 24 meter, dibangun untuk mengkoneksikan Jalan Lintas Selatan (JLS) Jawa yang merupakan bagian dari Jalur Pantai Selatan (Pansela) di Kabupaten Bantul. Jembatan ini rampung pada tahun 2023 dan diresmikan pada 2 Juni 2023 oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.[33][34]

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]
City branding Kabupaten Bantul, dirancang untuk mewakili Kabupaten Bantul melalui visualisasi kondisi geografis dan potensi unggulan wilayah. Dengan penggambaran ini, pembaca atau pengamat logo dapat mengasosiasikannya dengan Kabupaten Bantul dengan atributatribut fisik, lingkungan hidup, ekonomi, sosial dan budayanya.[35]

Wisata Pantai

[sunting | sunting sumber]
Sandboarding di gumuk pasir Parangtritis.
Pantai Parangtritis saat senja.

Kabupaten Bantul memang terkenal akan wisata pantainya yang indah dan sangat luas, contohnya Pantai Parangtritis, Pantai Parangtritis merupakan objek wisata yang paling terkenal di Kabupaten Bantul. Selain itu terdapat beberapa objek wisata pantai seperti :

Wisata Alam

[sunting | sunting sumber]
Curug Pulosari.

Objek wisata alam di Kabupaten Bantul memang sangat populer di kalangan wisatawan saat ini, karena wisata alamnya menawarkan keindahan yang jarang ditemui di tempat lain. Wisata alam di Kabupaten Bantul terdiri dari goa, air terjun, hutan pinus, bukit dan lain-lain. Beberapa objek wisata alam diantaranya :

Wisata Religi/Sejarah

[sunting | sunting sumber]
Masjid Pathok Negara Taqwa, di Pleret.
Museum Sejarah Purbakala, di Pleret.

Selain wisata pantai dan wisata alam, Kabupaten Bantul juga memiliki wisata religi dan sejarah. Wisatawan dapat mengunjungi objek wisata religi, wisata religi yang terkenal di Kabupaten Bantul adalah Pemakaman Imogiri. Selain Pemakaman Imogiri, Kabupaten Bantul juga memiliki beberapa wisata religi/sejarah lain dan beberapa museum diantaranya :

Desa Wisata

[sunting | sunting sumber]
Gapura Desa Wisata Kasongan, penghasil gerabah di Kabupaten Bantul

Sementara itu, terdapat berbagai desa wisata di Kabupaten Bantul yang umumnya merupakan desa penghasil kerajinan, kerajinan tersebut juga dapat diperoleh di Pasar Seni Gabusan yang berada di Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul. Desa-desa wisata tersebut diantaranya :

Perayaan (Event)

[sunting | sunting sumber]
Pawai HUT RI di Lapangan Trirenggo

Kabupaten Bantul memiliki beberapa event, yaitu:

  • Kirab Budaya HUT RI
  • Kirab Budaya HUT Bantul
  • Lomba Pawai Paskibra HUT RI
  • Lomba Pawai Drumband HUT RI
  • Festival Layang-layang Bantul
  • Kirab Budaya Dlingo
  • Bantul Expo[36]

Media Massa

[sunting | sunting sumber]

Terdapat beberapa stasiun radio di Bantul seperti Radio Persatuan 94.2 FM dan lain-lain

Stadion Sultan Agung

[sunting | sunting sumber]
Stadion Sultan Agung di Kabupaten Bantul

Stadion Sultan Agung atau yang biasa disebut SSA atau Stadion Pacar, stadion ini terletak di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stadion Sultan Agung memiliki kapasitas kurang lebih 35.000 penonton. Stadion ini pertama diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 2007. Stadion Sultan Agung merupakan markas dari klub sepak bola Persiba Bantul (berdiri tahun 1967) dan klub amatir Protaba Bantul.

Stadion Dwi Windu

[sunting | sunting sumber]

Stadion Dwi Windu terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya di sisi selatan Masjid Agung Manunggal Bantul. Stadion ini sering digunakan sebagai tempat untuk menggelar event-event tertentu di Kabupaten Bantul. Stadion Dwi Windu juga sering juga digunakan untuk latihan atau pertandingan sepakbola di Kabupaten Bantul.

Kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Puskesmas

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Bantul memiliki beberapa Puskesmas, diantaranya adalah :

Rumah sakit

[sunting | sunting sumber]

Kuliner Khas

[sunting | sunting sumber]
Geplak
Sate Klathak

Kabupaten Bantul memiliki makanan khas, yaitu:

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]
Kesenian Sholawat Montro.

Sholawat Montro

[sunting | sunting sumber]

Sholawat Montro adalah kesenian religius dari Kabupaten Bantul. Kesenian ini pertama kali ditemukan di Kauman, Pleret dan diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Yudhonegoro, atau menantu dari Sultan Hamengkubuwono VIII. Kesenian ini berisi sekelompok penampil dan pengiring musik yang semuanya laki-laki, mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan cara nembang, diiringi musik tradisional gamelan dan terbangan.

Jathilan Diponegaran

[sunting | sunting sumber]

Jathilan Diponegaran adalah salah satu kesenian tradisional yang menjadi ikon Kabupaten Bantul. Kesenian ini mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro saat perang. Penarinya terdiri dari seorang pria yang menjadi Pangeran Diponegoro dan beberapa wanita yang membawa keris yang menjadi pasukannya.

Reog Wayang

[sunting | sunting sumber]

Reog Wayang juga merupakan kesenian tradisional khas Kabupaten Bantul. Reog Wayang adalah kesenian tari yang dimainkan oleh beberapa orang yang berkostum dan memerankan tokoh dalam cerita pewayangan. Reog Wayang biasanya dimainkan oleh 20 lebih penari, dengan mengangkat tema kisah-kisah pewayangan.

Pek Bung adalah kesenian yang seluruh alat musiknya berasal dari bambu. Nama tersebut berasal dari bambu yang dipukul dan berbunyi "pek", serta ban karet yang dipasang di tembikar (bahasa Jawa: klenthing) dan berbunyi "bung".[37]

Motif Batik

[sunting | sunting sumber]
Batik Ceplok Kembang Kates dalam tiga jenis warna; merah, hijau, dan biru.

Batik Ceplok Kembang Kates

[sunting | sunting sumber]

Batik Ceplok Kembang Kates merupakan motif batik yang identik dengan Kabupaten Bantul. Motif ini menggunakan ide dasar tanaman kates atau pepaya, motif utamanya biji dan bunga, dengan motif tambahan putik, terdapat isen-isen cecek dan sawut. Warna yang diterapkan pada motif ini merah, hijau, dan biru. Makna simbolik Ceplok Kembang Kates sebagai simbol semangat mempertahankan bangsa, negara, dan kesejahteraan masyarakat.

Batik Gringsing

[sunting | sunting sumber]

Batik Grigsing adalah salah satu motif batik khas Kabupaten Bantul. Motif batik Gringsing berupa bulatan-bulatan kecil seperti sisik ikan yang saling bersinggungan. Warna asli batik Gringsing adalah sogan, tetapi sekarang menggunakan warna-warna lain seperti merah, hijau, kuning atau lainnya. Makna simbolik dari motif Gringsing adalah doa atau harapan agar terhindar dari pengaruh buruk dan kehampaan.

Kota Geplak

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Bantul memiliki kuliner khas dan legendaris yaitu Geplak. Geplak terbuat dari parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa, rasanya yang manis membuat masyarakat dan wisatawan yang berkunjung suka akan makanan ini. Industri Geplak umumnya dapat ditemui di seluruh penjuru Kabupaten Bantul. Geplak juga dapat ditemui di pasar-pasar tradisional di Kabupaten Bantul dan sering juga dijadikan oleh-oleh jika berkunjung ke Kabupaten Bantul.

Geplak, yang dijual sebagai oleh-oleh di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta.

Kota Gerabah

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Bantul memiliki daerah tujuan wisata yaitu Kasongan. Kasongan merupakan daerah industri gerabah terbesar di Kabupaten Bantul. Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci, pot, hiasan dinding, meja, kursi dan lain-lain. Hasil kerajinan tersebut telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

Gerabah di kawasan Desa Wisata Kasongan.

Sahara van Java

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Bantul memang layak dijuluki sebagai Sahara van Java, karena di Bantul terdapat objek wisata yang cukup terkenal yaitu Gumuk Pasir Parangkusumo. Tak jauh dari Gumuk Pasir Parangkusumo terdapat Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo, kedua pantai ini memiliki pasir berwarna hitam yang mirip seperti gurun pasir, hal ini yang menambah kesan Bantul memang layak dijuluki Sahara van Java.

Gumuk Pasir Parangkusumo, yang ramai akan wisatawan.

Gumuk Pasir ini sangat istimewa dan langka, karena hanya ada sedikit di dunia. Karena tempatnyanya yang mirip Gurun Sahara di Afrika maka Kabupaten Bantul dijuluki Sahara van Java atau Saharanya Pulau Jawa.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan dan Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) An-Nur terletak di kabupaten ini. Beberapa perguruan tinggi lain juga melakukan pembangunan kampusnya di wilayah Kabupaten Bantul, antara lain Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Dan adapula kampus dibawah naungan Kementerian Perindustrian yaitu Politeknik ATK yang terdapat di Jalan Ringroad Selatan untuk Kampus 2 dan di Jalan Ateka untuk Kampus 1.

Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Bantul.[38] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Bantul.[39] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Bantul adalah bahasa Indonesia.

Tokoh terkenal

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 23 Agustus 2024. 
  2. ^ "Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Bantul". www.kependudukan.jogjaprov.go.id. Pemprov Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Februari 2020. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 4 Desember 2021. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 29 Juli 2021. 
  5. ^ a b Keputusan Bupati Bantul No. 567/B/Kep/BT/1998
  6. ^ Wulandari, Septiana (2023). Jakaria, Rio, ed. Statistik Daerah Kabupaten Bantul 2023. Bantul: BPS Kabupaten Bantul. hlm. 1. ISSN 2797-3514. 
  7. ^ Sari, N. P., dkk. (2023). Kabupaten Bantul Dalam Angka 2023. Bantul: BPS Kabupaten Bantul. hlm. 5. ISSN 0215-5184. 
  8. ^ Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (2018). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2018. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. hlm. 5. ISSN 0215-2185. 
  9. ^ Probosari, N., Kussujaniatun, S., dan Hartati, A. S. (2019). Strategi Pemasaran Wisata Berbasis E-Tourisme: Khususnya Strategi Promosi Wisata di Dlingo, Bantul dengan berbasis E-Tourism (IOS dan Android) (PDF). Sleman: LPPM UPN Veteran Yogyakarta. hlm. 1. ISBN 978-602-5534-88-1. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-05-19. Diakses tanggal 2023-05-19. 
  10. ^ Profil Kependudukan Kabupaten Bantul Tahun 2018 (PDF). Bantul: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul. 2019. hlm. 9. 
  11. ^ Profil Kependudukan Kabupaten Bantul Tahun 2017 (PDF). Bantul: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul. 2018. hlm. 9. 
  12. ^ Profil Kependudukan Kabupaten Bantul Tahun 2016 (PDF). Bantul: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2017. hlm. 10–11. 
  13. ^ Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) Kabupaten Bantul Tahun 2019 (PDF). Bantul: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul. 2020. hlm. II–38. 
  14. ^ Sari, N. P., Rahmawati, P. D., dan Kuntoro, E. (2021). Kabupaten Bantul Dalam Angka 2021. Bantul: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. hlm. 8. ISSN 0215-5184. 
  15. ^ Sari, N. P., Rahmawati, P. D., dan Kuntoro, E. (2022). Kabupaten Bantul Dalam Angka 2022. Bantul: BPS Kabupaten Bantul. hlm. 8. ISSN 0215-5184. 
  16. ^ Rahmawati, P. D., Kuntoro, E., dan Sari, N. P. (2020). Susanto, ed. Kabupaten Bantul Dalam Angka 2020. Bantul: BPS Kabupaten Bantul. hlm. 8. 
  17. ^ Rahmawati, P. D., dan Sari, N. P. (2019). Kabupaten Bantul Dalam Angka 2019. Bantul: BPS Kabupaten Bantul. hlm. 10. ISSN 0215-5184. 
  18. ^ Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul (2018). Kabupaten Bantul Dalam Angka 2018. Bantul: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. hlm. 15. ISSN 0215-5184. 
  19. ^ Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul (2017). Seksi Integrasi Pengolahan & Diseminasi Statistik, ed. Kabupaten Bantul Dalam Angka 2017. Bantul: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. hlm. 15. ISSN 0215-5184. 
  20. ^ Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul (16). Kabupaten Bantul Dalam Angka 2016. Bantul: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. hlm. 15. ISSN 0215-5184. 
  21. ^ Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul (2022). Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2023 (PDF). Bantul: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. hlm. II–14. 
  22. ^ "Bantul, DIY, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 17 September 2020. 
  23. ^ "Buku Prakiraan Musim Hujan 2023-2024 – Rerata Curah Hujan Kabupaten Bantul Zona Musim 270, 271, dan 274 periode 1991-2020" (PDF). BMKG. hlm. 133. Diakses tanggal 17 September 2023. 
  24. ^ "Bantul, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 17 September 2020. 
  25. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2004-2009
  26. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2009-2014
  27. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2014-2019
  28. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2019-2024
  29. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  30. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  31. ^ Kode Pos Kabupaten Bantul
  32. ^ "Kabupaten Bantul Dalam Angka 2019". www.bantulkab.bps.go.id. BPS Bantul. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-25. Diakses tanggal 25 Februari 2020. 
  33. ^ Hasanudin, Ujang (2 Juni 2023). Budi Cahyana, ed. "Jokowi Resmikan Jembatan Kretek 2 Bantul, JJLS Banten ke Banyuwangi Rampung Tahun Ini". Harian Jogja. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-19. Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  34. ^ Hasanudin, Ujang (2 Juni 2023). "Diresmikan Presiden Jokowi, Jembatan Kretek 2 Kini Jadi Ikon Bantul, Ini Profil dan Penampakannya". Harian Jogja. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-19. Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  35. ^ "Logo City Brand Bantul". ppid.bantulkab.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-15. Diakses tanggal 2021-05-18. 
  36. ^ Bantul Ekspo merupakan sebuah pameran pembangunan wilayah se kabupaten Bantul, even tahunan yang diadakan di kabupaten Bantul, diselenggarakan di Pasar Seni Gabusan (PSG), yang menampilkan produk-produk lokal juga sebuah ajang pameran dari instansi pemerintahan kabupaten Bantul. Bantul Ekspo atau sering disingkat dengan BE biasanya di adakan pada bulan Juli seminggu sehabis hari jadi Kbupaten Bantul, diselelnggarakan selama kurang lebih 10 hari.
  37. ^ "Musik Pek-Bung Mati Suri". Kompas.com. 2009-05-23. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-05. Diakses tanggal 2021-10-05. 
  38. ^ "Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-01. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 
  39. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 4. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-23. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]