Litologi
Litologi dari unit batuan adalah deskripsi karakteristik yang fisiknya terlihat di singkapan, bisa dipegang, sampel inti atau dengan menggunakan mikroskop perbesaran rendah. Karakteristik fisiknya meliputi warna, tekstur, ukuran butir dan komposisi.[1][2][3] Litologi dapat merujuk pada deskripsi terperinci dari karakteristik ini atau ringkasan karakter fisik kasar batuan.[4]
Litologi merupakan dasar pengelompokan sekuens batuan menjadi unit individu litostratigrafik guna keperluan pemetaan dan korelasi antar wilayah. Dalam aplikasi tertentu, seperti investigasi geoteknik, litologi dideskripsikan menggunakan terminologi standar seperti dalam standar geoteknik Eropa yaitu Eurocode 7.
Dasar ilmu
[sunting | sunting sumber]Stratigrafi
[sunting | sunting sumber]Stratigrafi adalah ilmu yang membahas mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif dari suatu perlapisan batuan. Ilmu ini juga membahas mengenai distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan. Tujuan dari stratigrafi adalah untuk menjelaskan sejarah Bumi. Kajian stratigrafi berkembang menjadi litologi ketika telah membahas mengenai hasil perbandingan atau hubungan antar lapisan yang berbeda.[5]
Identifikasi satuan
[sunting | sunting sumber]Satuan litologi dapat diidentifikasi menggunakan pemindaian fluoresensi sinar-X. Alat ini melakukan pemindaian inti batuan untuk menetapkan karakterisasi bagi inti batuan tersebut. Pemindaian inti batuan dengan fluoresensi sinar-X juga digunakan untuk penentuan variasi tekstur batuan dan tekstur secara mineralogi. Kelebihan alat pemindaian ini adalah proses yang cepat dengan hasil analisis yang rinci. Pemindaian inti batuang menggunakan fluoresensi sinar-X berguna pada identifikasi lapisan sedimen untuk keperluan penyelidikan dan penanggalan yang memerlukan informasi yang sangat rinci.[6]
Komposisi litologi yang berbeda pada sedimen juga dapat diketahui menggunakan metode polarisasi terimbas. Metode ini dapat digunakan utamanya untuk eksplorasi mineral.[7] Metode polarisasi terimbas merupakan salah satu metode geofisika yang dibuat dari hasil pengembangan metode geolistrik.[8]
Penafsiran
[sunting | sunting sumber]Peta kontur dan peta topografi
[sunting | sunting sumber]Penafsiran terhadap jenis litologi dapat dilakukan menggunakan peta kontur. Indikasi yang dijadikan sebagai acuan adalah kerapatan kontur. Batuan yang keras diwakiliki oleh kontur yang rapat, sedangkan batuan yang lunak diwakili oleh kontur yang renggang. Kontur yang rapat menandakan bahwa batuan dalam kondisi resisten. Sedangkan kontur yang renggang menandakan bahwa batuan dalam kondisi kurang resisten.[9]
Penafsiran terhadap jenis litologi juga dapat dilakukan menggunakan peta topografi. Indikasi yang dijadikan sebagai acuan adalah kerapatan garis kontur. Batuan yang keras diwakiliki oleh garis kontur yang rapat, sedangkan batuan yang lunak diwakili oleh garis kontur yang renggang. Garis kontur yang rapat menandakan bahwa batuan dalam kondisi resisten. Sedangkan garis kontur yang renggang menandakan bahwa batuan dalam kondisi kurang resisten. Penafsiran menggunakan pola kontur dan kerapatan garis konturnya menghasilkan sedikitnya 7 jenis batuan.[10]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Penetapan komposisi sedimen
[sunting | sunting sumber]Litologi batuan asal dapat digunakan untuk mengetahui komposisi sedimen. Pengetahuan ini diperoleh dari gabungan pengetahuan litologi dengan komposisi mineral dan susunan kimiawi dari batuan asal. Hal ini membuat terdapat dua makna mengenai lempung. Pertama, lempung dipakai sebagai ukuran besar butir. Sedangkan yang kedua, lempung digunakan sebagai komposisi mineral penyusun batuan.[11]
Penentuan pola aliran sungai
[sunting | sunting sumber]Litologi batuan dasar merupakan salah satu penanda pada perbedaan pola aliran sungai.[12] Secara umum, litologi batuan yang bersifat homogen menjadi pengendali dari pola aliran dendritik. Pola aliran ini memiliki anak-anak sungai yang bentuknya menyerupai struktur pohon.[12]
Pembagian litostratigrafi
[sunting | sunting sumber]Beberapa keseragaman litologi menjadi persyaratan umum dalam penetapan satuan litostratigrafi.[13] Ciri-ciri litologi dijadikan sebagai dasar bagi satuan-satuan bernama pada pembagian litostratigrafi. Pembagian ini bertujuan untuk penggolongan batuan di Bumi secara bersistem. Penentuan satuan di dalam litostratigrafi didasarkan pada ciri-ciri batuan yang dapat diamati di lapangan.[14] Dasar pembeda bagi dua jenis satuan litostratigrafi adalah ciri-ciri litologi. Ciri-ciri ini juga ditetapkan sebagai batas satuan litostratigrafi. Perubahan litologi hanya dijadikan sebagai pembatas jika bidang yang menjadi batas satuan merupakan bidang yang nyata. Kelanjutan dari ciri-ciri litologi yang menjadi penentu satuan kemudian menjadi dasar bagi penyebaran satuan-satuan litostratigrafi.[14]
Penentuan kerentanan longsor
[sunting | sunting sumber]Fakto litologi merupakan salah satu faktor alamiah yang menjadi penyebab tanah longsor.[15] Data litologi merupakan bagian dari data geologi yang umum digunakan pada penilaian kerentanan terjadinya longsor.[16] Jenis litologi penyusun batuan merupakan faktor pemicu longsor secara statis ditinjau dari faktor batuan.[17]
Penamaan bahan induk
[sunting | sunting sumber]Bahan induk adalah bahan awal dari pembentukan tanah yang berupa massa yang bersifat lunak. Ada dua jenis bahan induk, yaitu bahan induk organik dan bahan induk anorganik. Bahan induk organik tersusun dari senyawa organik. Sedangkan bahan induk anorganik tersusun dari pelapukan batuan induk. Pengetahuan mengenai litologi dan informasi geologi diperlukan untuk menetapkan nama bahan induk. Alasannya adalah penamaan harus dilakukan secara cermat dengan informasi mengenai asal-usul dan sifat bahan.[18]
Hasil klasifikasi bahan induk secara litologi menghasilkan lima jenis batuan, yaitu batuan plutonik, batuan ultramafik, batuan metamorf, batuan vulkanik dan batuan sedimen. Sifat dari batuan plutonik adalah felsik, intermedier, mafik atau basik. Sifat dari batuan ultramafik adalah ultramafik. Batuan metamorf tidak memiliki sifat khusus. Batuan vulkanik bersifat tuf intermedier, lava intermedier atau felsik. Sementara batuan sedimen bersifat felsik halus atau felsik kasar.[19]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ "Lithology". Earthquake Glossary. US Geological Survey. Diakses tanggal 29 October 2010.
- ^ Bates, R. J.; Jackson, J. A., ed. (1984). Dictionary of Geological Terms (edisi ke-3). American Geological Institute. hlm. 299. ISBN 0-385-18101-9.
- ^ Allaby, Ailsa; Allaby, Michael (1999). Oxford Dictionary of Earth Sciences (edisi ke-2). Oxford University Press. hlm. 320. ISBN 0-19-280079-5.
- ^ American Heritage Dictionary, ed. (2005). The American heritage science dictionary. Houghton Mifflin Harcourt. hlm. 364. ISBN 978-0-618-45504-1.
- ^ Noor 2012, hlm. 246.
- ^ Hidayanti, Fitria (2021). Karakterisasi Material: Mikro X Ray Fluorescence (PDF). Jakarta Selatan: LP UNAS. hlm. 97. ISBN 978-623-7376-97-2.
- ^ Syukri 2020, hlm. 94.
- ^ Syukri 2020, hlm. 93.
- ^ Noor 2012, hlm. 197.
- ^ Noor 2012, hlm. 198.
- ^ Noor 2012, hlm. 84.
- ^ a b Noor 2012, hlm. 140.
- ^ Noor 2012, hlm. 249.
- ^ a b Noor 2012, hlm. 248.
- ^ Muzani 2021, hlm. 1-2.
- ^ Muzani 2021, hlm. 22.
- ^ Muzani 2021, hlm. 20.
- ^ Balai Penelitian Tanah 2004, hlm. 44.
- ^ Balai Penelitian Tanah 2004, hlm. 45.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Badan Penelitian Tanah (2004). Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah (PDF). Badan Penelitian Tanah.
- Muzani (2021). Bencana Tanah Longsor: Penyebab dan Potensi Longsor (PDF). Sleman: Deepublish. ISBN 978-623-02-2174-3.
- Noor, Djauhari (2012). Pengantar Geologi (edisi ke-2). Pakuan University Press.
- Syukri, Muhammad (2020). Pengantar Geofisika (PDF). Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. ISBN 978-623-264-111-2. [pranala nonaktif permanen]