Pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mengutamakan perolehan pengetahuan melalui proses pengamatan, penyelidikan dan penyelesaian masalah oleh individu secara mandiri. Pengembangan pembelajaran inkuiri didasari oleh asumsi bahwa manusia memiliki keingintahuan untuk memperoleh pengetahuan sejak lahir melalui dirinya sendiri.
Tahapan pembelajaran inkuiri diawali oleh perumusan masalah dan hipotesis, dan dilanjutkan dengan pembuktian dan pemberian kesimpulan sementara. Terakhir, diadakan pengujian atas kesimpulan sementara dan menetapkan kesimpulan akhir. Pembimbingan dalam pembelajaran inkuiri memiliki frekuensi yang tinggi di awal pembelajaran lalu menurun selama proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
Asumsi dasar
[sunting | sunting sumber]Pembelajaran inkuiri dikembangkan berdasarkan asumsi dasar bahwa manusia telah memiliki keinginan untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri sejak dilahirkan ke dunia. Asumsi ini didasari oleh adanaya rasa keingintahuan manusia tentang keadaan alam di sekelilingnya. Rasa keingintahuan manusia dicapai utamanya melalui indra pengecapan, pendengaran, dan penglihatan. Pembelajaran inkuiri dikembangkan melalui pemberian makna atas pengetahuan dengan rasa keingintahuan dari manusia yang dicapai melalui pikiran dengan memanfaatkan otak manusia.[1]
Tahapan
[sunting | sunting sumber]Pembelajaran inkuiri menargetkan peserta didik untuk mampu mengetahui cara berpikir. Karena itu, kegiatan awal dalam model pembelajaran inukiri ialah perumusan masalah dan pengembangan hipotesis. Lalu kegiatan dilanjutkan dengan pengumpulan bukti dan pengujian hipotesis. Setelah itu diadakan penetapan kesimpulan sementara dan pengujiannya. Tahap akhir dari pembelajaran inkuiri ialah perolehan kesimpulan yang telah diyakini kebenarannya.[2]
Pembimbingan
[sunting | sunting sumber]Pembelajaran inkuiri menerapkan pembimbingan dengan penurunan frekuensi bimbingan secara bertahap. Frekuensi bimbingan terbanyak hanya diadakan pada awal pembelajaran. Setelah itu, pembimbingan dikurangi sehingga peserta didik dapat secara aktif melakukan pembelajaran secara mandiri. Proses ini membuat peserta didik berperan langsung sebagai penyelidik untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat ilmiah.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Nilakusmawati, D. P. E., dan Asih, N. M. (2012). Kajian Teoretis Beberapa Model Pembelajaran (PDF). Denpasar: Jurusan Matematika, Universitas Udayana. hlm. 18–19.
- ^ Widodo, W., dkk. (2018). Model Pembelajaran ALLR (Active Based – Lesson Learn – Reflection) untuk Penguatan Sikap Toleransi dan Keadilan Sosial (PDF). Surabaya: Unesa University Press. hlm. 43. ISBN 978-602-449-272-4.
- ^ Nurdyansyah dan Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013 (PDF). Sidoarjo: Nizamial Learning Center. hlm. 136–137.