Lompat ke isi

Terunyan, Kintamani, Bangli

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Terunyan
Desa adat Trunyan di tepi Danau Batur, Kintamani, Bali.
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenBangli
KecamatanKintamani
Kode pos
80652
Kode Kemendagri51.06.04.2023 Edit nilai pada Wikidata
Luas19,63 km²
Jumlah penduduk2.716 jiwa (2016)[1]
2.776 jiwa (2010)[2]
Kepadatan141 jiwa/km² (2010)
Jumlah RW5 Banjar
Jumlah KK--


Terunyan atau Trunyan adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, provinsi Bali, Indonesia.[3] Terunyan terletak di dekat Danau Batur.

Sosial Budaya

[sunting | sunting sumber]

Tradisi Pemakaman

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Trunyan mempunyai tradisi pemakaman di mana jenazah dimakamkan di atas batu besar yang memiliki cekungan 7 buah.

Adat Desa Terunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga Terunyan meninggal secara wajar, mayatnya ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan (Styrax benzoin)[4], di sebuah lokasi bernama Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda (Rumah Miarta Yasa)

Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema (kuburan) itu tidak menimbulkan bau padahal secara alamiah, tetapi terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut, disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.

Seni Pertunjukan

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Trunyan memiliki kesenian barong sakral unik dan sangat berbeda dengan jenis barong lainnya, namanya barong brutuk. Barong ini dibawakan sendirian, tidak seperti barong ket dan barong macan yang dibawakan berdua.

Barong Brutuk adalah sebuah sepasang arca atau barong khas Bali. Umat Hindu Bali mempercayai bahwa Barong Brutuk adalah simbol penguasa di Desa Trunyan, Ratu Sakti Pancering Jagat (laki- laki / di dalam prasati disebut Ratu Datonta) dan Ida Ratu Ayu Pingit Dalem Dasar (perempuan). Barong brutuk menanamkan pengetahuan tentang leluhur kepada generasi penerus mereka. Barong Brutuk dikatakan pula sebagai simbol pertemuan perempuan dengan laki–laki sebagai proses kehidupan manusia dalam Agama Hindu disebut Purusa dan Pradana.

Pada umumnya, tari barong brutuk dibawakan oleh 21 pemuda. Sebelum tampil, mereka dikarantina atau menjalani penyucian diri selama 42 hari di area pura. Selama masa karantina tersebut, mereka tidak diperbolehkan meninggalkan area pura dan berhubungan seks dengan perempuan. Selain itu, mereka tidak diperbolehkan untuk berjudi, minum minuman keras atau minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-obatan.

Sebagai seni sakral, Barong Brutuk di Desa Trunyan hanya dipentaskan pada upacara Ngusaba di Pura Pancering Jagat Desa Trunyan yang jatuh pada bulan purnama bulan keempat dalam penanggalan Bali (sekitar bulan Oktober).

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Penduduk desa Trunyan sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 1.389 laki-laki dan 1.327 perempuan dengan rasio jenis kelamin manusia bernilai 104.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Kecamatan Kintamani dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik. hlm. 25. Diakses tanggal 15 September 2019. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 15 September 2019. 
  3. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  4. ^ Sukayasa, I Made (Oktober 2023). "Kajian Etnosains pada Tradisi Pemakaman di Desa Adat Terunyan sebagai Suplemen Pembelajaran IPA SMP". JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI). 6 (2).  line feed character di |title= pada posisi 62 (bantuan)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]