Transportasi hewan ternak
Transportasi hewan ternak adalah usaha memindahkan binatang hidup dengan kapal, kereta rel, jalan raya, dan kapal udara. Hewan ternak ditransportasikan dengan berbagai alasan, termasuk namun tidak terbatas pada, penjualan, pelelangan, pengembangbiakan, pameran hewan ternak, rodeo, bazaar, penyembelihan, dan penggembalaan hewan.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Catatan pertama transportasi hewan ternak terjadi pada tahun 1607, yaitu kapal Inggris bernama Susan Constant, yang pernah digunakan untuk mengangkut para kolonis dari Jamestown. Ketika itu, kapal digunakan untuk mengangkut hewan ternak dan daging ke Plymouth dan Philadelphia. Pada tahun 1700, ekspor sapi mulai biasa terjadi dari Philadelphia ke wilayah lain. Kematian hewan ternak ketika pengiriman terjadi dengan persentase mencapai 50% dari total pengiriman, disebabkan oleh suplai pakan ternak yang tidak baik dalam hal kualitas dan kuantitas, terlalu sesak, dan kondisi laut.
Pada tahun 1800an, Texas mengawali ekspor hewan ternaknya dengan menggunakan angkutan darat, yaitu memanfaatkan kereta rel jalur Kansas Pacific Railway menuju Chicago. Sapi-sapi tersebut dikirimkan kepada pemelihara, industri pemrosesan dan pengepakan daging. Gerbong yang mengangkut sapi-sapi tersebut dipilih secara khusus untuk mempertahankan atau meningkatkan berat sapi selama perjalanan dan mengurangi risiko kematian sapi. Hal ini juga didukung oleh peningkatan panjang lintasan rel kereta api dan pengembangan teknologi pendingin. Kebutuhan akan pengiriman hewan ternak melalui rel, perlahan menghilang hingga akhirnya benar-benar berhenti pada tahun 1889, tetapi pengembangan transportasi berpendingin memberikan peluang bagi industri daging dalam melakukan pengiriman jarak jauh. Hal ini menjadikan pengiriman hewan hidup menjadi tidak lagi ekonomis dibandingkan pengiriman daging.
Di awal abad ke 20, jalur rel kereta mendominasi pengiriman daging dan pengiriman menggunakan truk baru saja dimulai. Di pertengahan abad ke 20, trailer yang menggunakan pendingin dikembangkan untuk memudahkan pengiriman melalui jalur non-rel. Hal ini menambah kemunduran bagi pengiriman hewan ternak. Pengiriman hewan ternak hanya dilakukan untuk keperluan khusus, misalnya untuk digemukkan di tempat lain, pelelangan, atau yang lainnya.
Efek pengiriman hewan ternak
[sunting | sunting sumber]Pengiriman hewan ternak tentu saja merupakan hal yang cukup membahayakan bagi hewan ternak dan industri hewan ternak yang dapat mengakibatkan loss dari produksi total.
Efek buruk dari pengiriman hewan ternak diantaranya stress, hilangnya pengendalian diri dari hewan ternak, sesak napas, dehidrasi, keracunan, kelelahan, luka akibat kondisi transportasi yang kurang baik atau perkelahian antar sesama hewan ternak, hingga gagal jantung.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- [1] Diarsipkan 2009-06-12 di Wayback Machine.