Kiamat
Ma'rifatullah | |
---|---|
Tauhid | Tauhid Dzati • Tauhid Sifat • Tauhid Af'al • Tauhid Ibadah |
Furuk | Tawasul • Syafa'at • Tabarruk • |
Keadilan Ilahi | |
Kebaikan dan keburukan • Bada' • Amrun bainal Amrain • | |
Kenabian | |
Keterjagaan • Penutup Kenabian • Nabi Muhammad Saw • Ilmu Gaib • Mukjizat • Tiada penyimpangan Alquran | |
Imamah | |
Keyakinan-keyakinan | Kemestian Pelantikan Imam • Ismah Para Imam • Wilayah Takwini • Ilmu Gaib Para Imam • Kegaiban Imam Zaman as • Ghaibah Sughra • Ghaibah Kubra • Penantian Imam Mahdi • Kemunculan Imam Mahdi as • Raj'ah |
Para Imam | |
Ma'ad | |
Alam Barzah • Ma'ad Jasmani • Kebangkitan • Shirath • Tathayur al-Kutub • Mizan • Akhirat | |
Permasalahan Terkemuka | |
Ahlulbait • Empat Belas Manusia Suci • Taqiyyah • Marja' Taklid |
Kiamat (bahasa Arab: القيامة) menurut ajaran Islam adalah nama hari dimana semua manusia dikumpulkan di sisi Allah atas kehendak-Nya untuk dihitung amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia. Oleh karenanya, hari itu disebut juga Kiamat Besar (kubra). Sebelum hari itu, beberapa peristiwa besar akan terjadi di bumi dan langit yang dikenal dengan Tanda-Tanda Kiamat (Asyrāth al-Sāah). Alquran dan riwayat menekankan bahwa zaman terjadinya kiamat tidak akan diketahui siapapun selain Allah.
Untuk penghitungan perbuatan manusia selain ditunjukkan perbuatan-perbuatan yang kasat mata di depan matanya, ditunjukkan pula buku catatan yang merekam semua perbuatannya. Siapa yang buku catatan amalnya diberikan ke tangan kirinya akan menempati neraka, sementara siapa yang buku catatan amalnya diberikan ke tangan kanannya adalah orang baik, penghuni surga dan beruntung. Para saksi yang telah menyaksikan amal manusia akan hadir pula untuk memberikan kesaksiannya.
Pada hari itu, semua amal manusia akan diukur dengan para pemimpin agama (Nabi saw, para Imam as dan orang-orang saleh). Setiap orang yang amal dan keyakinannya lebih banyak memiliki keserupaan dengan amal dan keyakinan mereka maka akan lebih beruntung dan bahagia.
Nama-Nama Kiamat
Di dalam Alquran ada sekitar 70 nama dan sifat kiamat, yang paling terkenal adalah: as-Sā'ah, Yaumul Qiyamah, Yaumul Ākhar, Yaumul Hisab, Yaumuddin, Yaumul Jam'i, Yaumul Fashl, Yaumul Khuruj, Yaumul Mau'ud, Yauml Khulud, Yaumul Hasrah, Yaumut Taghabun, Yaumul Ba'ts.[1] Selain itu, kiamat disebut juga dengan Kiamat Kubra (besar) lawan dari Kiamat Sughra (kecil) atau barzah yang dimulai langsung setelah manusia meninggal dan berlangsung hingga tiba waktu Kiamat Kubra.[2]
Pendahuluan dan Tanda-tanda Kiamat
Sebelum hari kiamat, akan terjadi beberapa peristiwa yang disebut dengan "Asyrāt as-Sāah. Alquran mengisyaratkan sebagian tanda-tanda tersebut, antara lain:
- Hancurnya gunung-gunung[3]
- Meluapnya lautan[4]
- Guncangan besar dan menghancurkan[5]
- Gelapnya matahari[6]
- Gelapnya bulan[7]
- Gelapnya bintang-bintang[8]
- Terbelahnya langit[9]
- Ditiupnya sangkakala Israfil[10]
Waktu Kiamat
Hanya Allah yang tahu waktu datangnya Hari Kiamat. Oleh karena itu, datangnya kiamat bersifat tiba-tiba dimana sekian banyak dari manusia hidup terlengah.
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"[11]
Tidak diketahuinya waktu terjadinya kiamat disamping ketiba-tibaannya, dengan mengingat keagungannya, maka itu menjadi penyebab manusia tidak akan pernah menganggap kiamat jauh dan senantiasa menantinya. Maka dari itu ia menyiapkan dirinya untuk selamat di dalamnya dan ketidaktahuan tersebut akan berpengaruh positif bagi mereka dalam mendidik jiwa dan memperhatikan tanggung jawab serta menjauhi dosa.[12]
Tempat Kiamat
Berdasarkan ayat-ayat Alquran, di hari kiamat semua orang yang telah meninggal akan hidup kembali secara tiba-tiba dengan kekuatan Allah, keluar dari dalam kubur dan berkumpul di padang mahsyar serta dihitung amal perbuatannya. Tempat kehadiran dan penghitungan amal mereka adalah suatu ruang yang esensi dan realitanya tidak begitu jelas bagi kita. Tapi berdasarkan ayat-ayat Alquran poin ini jelas bahwa langit dan bumi pada hari itu akan berubah. Kelak akan diciptakan ruang lain (menurut beberapa pandangan, ruang itu non materi) dimana kiamat terbentuk di sana dan semua makhluk akan hadir di haribaan Allah. Alquran menggambarkan perubahan dan pergantian langit dan bumi demikian:
"(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." [13]
Jumlah Hari Kiamat
Ada dua ayat di dalam Alquran terkait jumlah hari kiamat: seribu tahun[14] dan lima puluh ribu tahun[15]. Berdasarkan sebuah hadis dari Imam Shadiq as, hari kiamat mempunyai lima puluh halte dan stasiun yang mana melewati setiap stasiun menghabiskan waktu seribu tahun.[16]
Peristiwa-peristiwa Kiamat
Manusia Hidup Kembali
Dalam banyak ayat Alquran dijelaskan bagaimana manusia hidup kembali di hari kiamat. Ayat 68 surah Az-Zumar menjelaskan bahwa dengan ditiupnya sekali sangkakala Israfil semua makhluk akan mati kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian sangkakala ditiup sekali lagi, maka secara tiba-tiba semua mereka bangkit kembali dan menunggu penghitungan.
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)."[17]
Penghitungan
Pekerjaan terpenting di hari kiamat adalah pemeriksaan perbuatan semua hamba dan penghitungannya. Pemeriksaan ini berdasarkan aturan-aturan yang disampaikan para Nabi kepada manusia dalam bentuk pelajaran akidah dan hukum fikih. Setiap orang akan bertanggung jawab atas kinerjanya dan tak seorang pun mampu memikul beban dosa orang lain di pundaknya.[18] dan tak seorang pun akan dizalimi.
Ada sejumlah perkara yang diajukan saat penghitungan amal, antara lain adalah:
- Pertanyaan-pertanyaan kiamat: di hari kiamat akan ditanyakan beberapa perkara yang sebagiannya telah disinggung oleh Alquran:
- Kenikmatan materi dan maknawi Allah[19]
- Para pendosa akan ditanyakan tentang dosa-dosa keyakinan, perbuatan dan etika[20]
- Orang-orang musyrik akan ditanyakan tentang tingkah lakunya kepada para nabi[21])
- Akan dipertanyakan soal putri-putri yang dikubur hidup hidup[22]
- Mengenai umur
- Mengenai harta
- Mengenai perbuatan dan tindakan
- Mengenai kecintaan kepada Ahlulbait as.
Dalam hal ini Nabi saw bersabda:
- Di hari kiamat tak satu pun akan melangkahkan kakinya hingga ditanyakan empat hal: umurnya dihabiskan untuk apa? Hartanya dapat dari mana dan digunakan pada jalan apa? Perbuatannya dan apa yang telah diperbuat? Dan kecintaan kepada kami Ahlulbait.
- Perbuatan baik non muslim: semua perbuatan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan lalu melakukan perbuatan dengan niat mendekatkan diri kepada-Nya, akan diterima dan diberi pahala serta balasan. Adapun non muslim yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, kemudian melakukan amal kebajikan dengan niat taqarrub, jika dalam ketidakberimanannya tidak bersalah, maka ia akan mengambil keuntungan dari segala perbuatan baiknya yang tidak berhubungan dengan iman. Namun jika dalam ketidakberimanannya bersalah, yakni mengenal Islam dan ajaran-ajarannya tapi menolaknya tanpa didasari suatu dalil dan hanya dikarenakan egonya, maka semua kebajikannya itu akan sia-sia.[23]
- Keadaan orang-orang lemah: yang dimaksud dengan orang-orang lemah (mustadh'afun) adalah mereka yang dilihat dari sisi pemikiran, tubuh/raga dan ekonomi sedemikian lemahnya sehingga tidak mampu membedakan kebenaran dari kebatilan, atau sekalipun mampu mengidentifikasi akidah yang benar, tapi akibat lemahnya raga atau lemahnya harta dan atau keterbatasan-keterbatasan yang dipaksakan lingkungan atasnya, ia tidak mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara sempurna serta tidak mampu berhijrat, misalnya orang yang tinggal di sebuah negeri yang mayoritas mereka kafir dan kekuatan ada di tangan mereka dan tidak ada orang yang mengerti tentang agama yang menyampaikan ajaran-ajaran agama dan atau berada di lingkungan orang-orang kafir sehingga kondisi yang menakutkan tidak memperkenankannya untuk mengamalkan pengetahuan-pengetahuan tadi dan di sisi lain ia tidak mampu keluar dari sana dan pergi ke lingkungan orang-orang Islam dan atau tidak terlintas sama sekali di benaknya bahwa ada agama yang benar, maka mereka semacam inilah terliputi ampunan dan maaf Allah swt dan tidak akan masuk neraka.[24]
"Kecuali mereka yang lemah baik laki-laki atau wanita atau pun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah)."[25]
- Keadaan orang gila: orang gila yang selama berada di dunia tidak berakal dan tidak mampu mengidentifikasi kebenaran, maka tidak punya taklif (tugas) dan di akhirat tidak akan diperiksa. Sebab, salah satu syarat taklif adalah akal. Imam Shadiq as dalam satu riwayat bersabda:
- Allah swt di hari kiamat akan memeriksa para hamba dengan teliti dan ketat sesuai kadar akal yang diberikan kepada mereka di dunia.[26]
- Keadaan anak-anak kecil: mereka yang masih kecil dan belum mampu mengidentifikasi kebenaran dan orang tua mereka muslim, maka akan bergabung bersama orang tua mereka dan masuk surga:
وَ الَّذينَ آمَنُوا وَ اتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإيمانٍ أَلْحَقْنا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَ ما أَلَتْناهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِما كَسَبَ رَهين; "Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."[27]
Bentuk perlakuan Allah kepada anak-anak yang orang tua mereka kafir tidak jelas, meskipun menurut akidah Syiah dan berdasarkan ayat-ayat Alquran mereka pasti tidak akan diazab, sebab azab akan dijatuhkan kepada seseorang ketika pesan Allah sampai kepadanya dan dia mencapai usia taklif dan berakal, kemudian dengan ikhtiyarnya melanggar perintah Allah. Oleh sebab itu, orang yang meninggal di masa kecil tidak punya taklif sehingga bisa dijebloskan ke dalam neraka.
Kebangkitan Binatang
Dari sebagian ayat[28] dan riwayat dapat disimpulkan bahwa binatang-binatang sebagaimana manusia akan dibangkitkan di hari kiamat dan diperiksa sesuai pengetahuan dan tanggung jawabnya. Tentu, berbeda dengan manusia yang setelah penghitungan akan masuk surga atau neraka, semua binatang seusai pemeriksaan dan pelakasanaan keadilan akan mati kembali dan menjadi debu, yakni jika mereka pernah berbuat zalim, pada hari kiamat langsung dikisas.
Dinukilkan sebuah hadis dari Abu Dzar, pada suatu hari sahabat berada di sisi Rasulullah saw dan di hadapan mereka ada dua ekor kambing yang satu dengan yang lain saling menanduk. Rasul bertanya kepada mereka: Tahukah kalian mengapa mereka saling menanduk? Mereka menjawab: tidak! Rasul bersabda: tapi Allah Maha Tahu dan Ia dengan cepat akan menghukum diantara mereka.[29]
Buku Catatan Amal
Semua perbuatan yang dilakukan setiap manusia sepanjang hidupnya terekam di satu buku yang terkenal dengan buku catatan amal. Buku ini sedemikian teliti dan detail dimana seseorang tak kan mampu mengingkarinya.[30]
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun", QS. Al-Kahf: 49.[31]
Menurut ayat-ayat Alquran[32] buku catatan amal orang-orang baik diberikan di tangan kanan mereka sementara buku catatan amal orang-orang jahat diberikan di tangan kiri mereka.
Tajassum A'mal
Maksud "Tajassum A'mal" (perwujudan amal) adalah segala perbuatan manusia yang dilakukan di dunia ini, akan tampak dan menjelma di dunia lain dalam satu bentuk sesuai dengan kondisi dunia tersebut. Dengan kata lain, semua balasan, hukuman, nikmat dan kesulitan adalah realita perbuatan manusia yang telah dilakukan di dunia dan di kehidupan akhiratnya akan tampak hakikat yang sebenarnya. Atas dasar ini, perbuatan yang dilakukan manusia memiliki dua bentuk. Satu bentuk duniawi yang kita saksikan dan satu bentuk ukhrawi yang sekarang tidak tampak. Pada hari akhir, setelah terjadi perubahan bentuk, maka hakikat ukhrawi dari perbuatan manusia akan tampak dan bentuk duniawinya akan hilang sehingga menjadi penyebab kelezatan dan kebahagiaan pemilik amal atau penyebab kesengsaraan dan kesedihannya. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, balasan semua perbuatan setiap manusia adalah perbuatan-perbuatannya itu sendiri.
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya.[33]
Para Saksi
Pada hari kiamat, semua manusia akan berkumpul untuk penghitungan perbuatan dan pembalasan yang layak. Selain buku catatan amal terdapat pula para saksi yang menjadi saksi perbuatan-perbuatan kita dan di padang mahsyar yang akan memberikan kesaksiannya. Menurut teks-teks agama, semua perbuatan kita memiliki beberapa saksi, antara lain:
- Allah swt[34]
- Para Nabi terkhusus Nabi Muhammad saw[35]
- para Imam Maksum as[36]
- Para malaikat[37]
- Bumi[38]
- Anggota dan organ tubuh[39]
- Zaman[40]
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".[41]
Timbangan Amal
Di hari kiamat semua perbuatan manusia akan ditimbang dengan timbangan khusus, bukan timbangan yang serupa dengan timbangan duniawi.[42] Penimbangan ini artinya penimbangan dan pembandingan perbuatan setiap individu dengan satu contoh dan neraca. Berdasarkan riwayat, yang dimaksud dari "neraca" adalah perbuatan-perbuatan para nabi, para Imam as dan orang-orang saleh. Di hari kiamat semua perbuatan hamba akan ditimbang dan dibandingkan dengan perbuatan para pemuka tersebut. Setiap kadar perbuatan manusia memiliki kemiripan dengan keyakinan, kriteria dan perbuatan mereka maka timbangan perbuatannya akan semakin berat.[43]
Berkenaan dengan penjelasan neraca dan timbangan hari kiamat, Imam Shadiq as bersabda:
- Neraca timbangan pada hari kiamat adalah para nabi dan wasi-wasi mereka.[44] Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa neraca kiamat adalah Amirul Mukminin as dan para Imam setelahnya.[45]
Ihbath dan Takfir
Dalam istilah ilmu teologi, terdapat istilah ihbath dan Takfir. Ihbath adalah bahwa dosa dapat menghancurkan semua amal ibadah dan pahala, sementaraTakfir artinya adalah bahwa semua ibadah yang pernah dilakukan manusia akan menutupi dosa-dosa sebelumnya dan menghapusnya. Mayoritas teolog Muktazilah pendukung teori "Ihbath" dan "Takfir", sementara teolog Imamiyah membantahnya dengan argumen tekstual (naqli) dan rasional (aqli).[46]
Berdasarkan pandangan Syiah, manusia akan berhak mendapatkan pahala atau sanksi bila mana pengaruh perbuatannya tidak dihilangkan dengan melakukan tindakan lain. Maka itu, jika manusia membantu seorang fakir tapi menyebut-nyebutnya, maka efek perbuatan baiknya itu telah dihancurkan. Atau jika manusia kafir atau musyrik, tapi sebelum meninggal menjadi beriman, maka dia telah menghancurkan pengaruh kekafirannya dan tidak akan diazab dengan kekafiran sebelumnya. Namun, perbuatan baik atau buruknya itu tidak hilang tapi hanya pengaruhnya yang hilang.[47]
Dalil batilnya teori ihbath dan takfir adalah akal memandang perbuatan ini sebagai misdak (contoh kongkrit) kezaliman. Selain itu, berdasarkan ayat-ayat Alquran tidak ada perbuatan baik dan buruk manusia sekecil apapun yang hilang.[48]
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula."[49]
Jadi berbeda dengan pandangan Muktazilah, sama sekali tidak ada perbuatan manusia yang hilang dan di hari kiamat manusia akan melihat semua perbuatannya, apalagi berdasarkan pandangan Tajassumi A'mal (perwujudan amal), maka yang ditunjukkan kepada seseorang adalah perbuatannya itu sendiri bukan berkas perbuatannya.
Jembatan (Shirath)
Berdasarkan teks dan literatur Islam, Shirath adalah nama jembatan yang membentang di atas neraka dan surga yang manusia semuanya akan menyeberanginya. Orang-orang yang baik perbuatannya akan melewatinya dengan cepat dan orang-orang yang buruk perbuatannya akan jatuh darinya ke dalam neraka. Dalam beberapa riwayat dinyatakan bahwa kecepatan manusia melewati jembatan tersebut bergantung kepada kadar timbangan iman, ikhlas dan kabajikan-kebajikannya.[50]
Nabi saw dalam menyifati jembatan itu bersabda: "Di atas neraka terpasang sebuah jembatan yang lebih kecil daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang".[51] Di riwayat lain dari Nabi saw dinukilkan pula: "Pada hari kiamat ketika jembatan dipasang di atas neraka, yang akan melewatinya hanyalah orang-orang yang telah mendapatkan izin dan izin tersebut adalah (meyakini dan menerima) wilayah Ali bin Abi Thalib as".[52]
Catatan kaki
- ↑ Makarim Syirazi, Ma'ad dan Quran, jld.5, hlm.3-5 dan 122-123
- ↑ Sajjadi, Farhang Ma'ārif Islami", jld.2, hlm.974; Faidh Kasyani, Ilmu al-Yaqin, jld.2, hlm.1033.
- ↑ QS. Al-Haqqah: 14; QS. Al-Waqiah: 5 dan 6
- ↑ QS. Al-Infithar: 3; QS. Al-Takwir: 6
- ↑ QS. Al-Haj: 1 dan 2; QS. Al-Zalzalah: 1 dan 2
- ↑ QS. Al-Syams: 1 dan 2
- ↑ QS. Al-Mursalat: 8
- ↑ QS. Al-Infithar: 2
- ↑ QS. Al-Insyiqaq: 1; QS. Al-Naba: 19
- ↑ QS. Al-Zumar: 68; QS. Al-Naml: 87
- ↑ Q.S. Al-A'raf: 187
- ↑ Makarim Syirazi, jld.7, hlm.43.
- ↑ QS. Ibrahim: 48
- ↑ QS. Al-Sajdah: 5
- ↑ QS. Al-Ma'arij: 2
- ↑ Thusi, Amali, hlm.110
- ↑ QS. Az-Zumar: 68
- ↑ QS. Fathir: 18
- ↑ Qummi, jld.2, hlm.440.
- ↑ QS. Al-Takwir: 8 dan 9.
- ↑ QS. Al-Qashash: 65.
- ↑ QS. Al-Takwir: 8 dan 9.
- ↑ Hasyimi, Pursemon-e Qurani, Ma'ad, hlm.121
- ↑ Thabathabai, al-Mizan, jld.5, hlm.50-51
- ↑ QS. An-Nisa: 98.
- ↑ Kulaini, jld.1, hlm.11.
- ↑ QS. Al-Thur: 21
- ↑ QS. Al-An'am: 48; QS. At-Takwir: 5.
- ↑ Thabrisi, Majma al-Bayan, jld.4, hlm.49
- ↑ QS. An-Nisa: 98
- ↑ [1]
- ↑ QS. Al-Haqqah: 19 dan 25; QS. Al-Insyiqaq: 7 dan 10.
- ↑ QS. Ali Imran: 30.
- ↑ QS. An-Nisa: 79 dan 105; QS. Al-Ankabut: 52.
- ↑ QS. An-Nisa: 41.
- ↑ QS. At-Taubah: 105.
- ↑ QS. Qaf: 21.
- ↑ QS. Az-Zilzal: 4 dan 5.
- ↑ QS. An-Nur: 24.
- ↑ Kulaini, jld.2, hlm.523.
- ↑ QS. At-Taubah: 105.
- ↑ Tehrani, jld.8, hlm.157.
- ↑ Hasyimi, hlm.137.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.7, hlm.251.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.7, hlm.252.
- ↑ Hilli, Kasyf al-Murad, hlm.272-273.
- ↑ Lihat: Syaikh Thusi, al-Iqtishad, hlm.193.
- ↑ Hilli, Kasyfl al-Murad, hlm.272.
- ↑ QS. Az-Zalzalah: 7-8
- ↑ Shaduq, Amali, majlis 33.
- ↑ Muhammad Rai Syahri, Mizan al-Hikmah, jld.5, hlm.348
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.8, hlm.68, hadis no.11.
Daftar Pustaka
- Faidh Kasyani, Muhammad. Ilm al-Yaqin. Qom: Nasyr Bidar, 1418 H.
- Hasyimi, Ali. Pursemane Qurani-e Ma'ad. Qom: Bustan Kitab, 1384 HS.
- Hilli, Hasan bin Yusuf. Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqād. Dikomentari oleh: Jakfar Subhani. Qom: Muassasah Imam Shadiq as, 1382 HS.
- Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi. Diedit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1407 H.
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, 1403 H.
- Makarim Syirazi, Nasir. Tafsir Nimuneh. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1374 HS.
- Muhamma Ray Syahri, Muhammad. Mizan al-Hikmah. Qom: Dar al-Hadits, 1384 HS.
- Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir Qummi. Diedit oleh:Musawi Jazairi. Qom: Dar al-Kitab, 1404 H.
- Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Amali. Teheran: Kitabchi, cet.6, 1376 HS.
- Subhani, Jakfar. Farhang Ma'arif Islami. Teheran: Nasyr Kaumisy, 1373 HS.
- Tehrani, Muhammad Husain. Ma'ad Syenasi. Masyhad: Nur Malakut, 1423 h.
- Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan. Riset: Muhammad Jawad Balaghi. Teheran: Nasir Khosru, cet. 3, 1375 HS.
- Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. Al-Mizan fi Tafsir al-Quran. Qom: Nasyr Islami, 1417 H.
- Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Iqtishad fima Yata'allaq bi al-I'tiqad. Beirut: Dar al-Adhwa, 1406 H.