Imam Husain bin Ali as

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Imam Husain bin Ali As)
Imam Husain bin Ali as
Imam ketiga Syiah
Lahir3 Sya'ban 4 H/625
Tempat lahirMadinah
Syahadah10 Muharram 61 H/681
Masa hidup57 Tahun
Tempat dimakamkanKarbala, Irak
AyahImam Ali as
IbuSayidah Fatimah sa
Istri-istriRubab • Laila • Ummu Ishaq • Syahr Banu
Putra putriImam Sajjad asAli al-Akbar as • Ja'far • Ali al-AsgharSukainahFatimah
KunyaAbu Abdillah • Abu Ali • Abu al-Syuhada • Abu al-Ahrar • Abu al-Mujahidin
GelarZaki • Thayyib • Wafi • Sayid • Mubarak • Nafi'• al-Dalil 'Ala Dzatillah • Rasyid • al-Tabi' li Mardhatillah

Husain bin Ali bin Abi Thalib as (bahasa Arab:الحسین بن علي بن أبي طالب ) (tahun 4 H/625-61 H/681) adalah Imam ke 3 Syiah, putra ke-2 Imam Ali as dan Fatimah Zahra sa dan cucu Nabi Muhammad saw yang mengemban tugas imamah selama 10 tahun dan syahid di peristiwa Karbala.

Berdasarkan laporan sejarah Syiah dan Ahlusunah, Nabi menangis ketika Imam Husain as lahir dan mengabarkan tentang kesyahidannya serta memilihkan nama Husain bagi bayi mungil itu. Rasulullah saw, sangat mencintai Hasanain dan berpesan kepada semua orang supaya mencintai keduanya. Imam Husain as termasuk Ashab al-Kisa', ikut hadir dalam peristiwa mubahalah dan salah satu Ahlulbait nabi dimana ayat Tathir turun atas peristiwa itu. Riwayat-riwayat telah dinukilkan dari Nabi Muhammad saw tentang fadhilah dan keutamaan Imam Husain as, diantaranya Hasan dan Husain penghulu pemuda surga dan Husain adalah pelita hidayah dan bahtera penyelamat.

Terdapat laporan yang relatif sedikit tentang kehidupan Imam ke-3 Syiah selama 30 tahun setelah wafatnya Rasul. Selama masa kepemimpinan Amirul Mukminin, ia berada di samping ayahandanya dan ikut serta dalam berbagai peperangan. Pada zaman keimamahan Imam Hasan as, ia adalah pengikut dan pendukung Imam Hasan dan mendukung keputusan Imam Hasan untuk mengadakan perdamaian dengan Muawiyah. Setelah Imam Hasan as syahid, hingga Muawiyah masih hidup, Imam Husain tetap setia terhadap perjanjian kakandanya. Imam menjawab surat-surat yang dikirimkan oleh warga Kufah untuk menjadi pemimpin dalam gerakan melawan Muawiyah, Imam Husain mengajak mereka supaya bersabar hingga kematian Muawiyah.

Masa keimamahan Imam Husain bin Ali as satu zaman dengan pemerintahan Muawiyah. Meskipun ketiga khalifah secara lahir menghormati Imam Husain as, namun Imam Husain banyak memprotes kebijakan Muawiyah seperti setelah terbunuhnya Hujr bin 'Adi menulis surat protes atas perbuatan ini. Imam Husain as juga menolak untuk memberikan baiat kepada Yazid ketika Yazid diangkat menjadi putra mahkota. Ketika Imam Husain as berkhotbah di hadapan Muawiyah dan masyarakat, ia mencela tindakan ini dan menilai bahwa Yazid adalah orang yang tidak layak atas penunjukan ini dan beliaulah yang layak untuk menduduki khilafah ini. Khutbah Imam Husain as di Mina juga termasuk sikap politik Imam Husain terhadap kebijakan kaum Umawi.

Setelah kematian Muawiyah, pemberian baiat kepada Yazid merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan. Imam Husain as meninggalkan Mekah menuju Madinah pada tanggal 7 Rajab tahun 60 H/680 karena Yazid memerintahkan untuk membunuh Imam Husain as jika tidak mau membaiat dirinya. Selama empat bulan, beliau tinggal di Mekah, Imam Husain banyak menerima surat dari penduduk Kufah supaya menerima kekhalifahan dan setelah Muslim bin Aqil menerangkan kesetiaan orang Kufah kepada Imam Husain, pada tanggal 8 Dzulhijjah setelah orang-orang Kufah mengkhianati janji setia dan setelah menerima kabar kematian Muslim, Imam Husain as pergi ke Kufah.

Ketika Ibnu Ziyad menerima kabar tentang kepergian Imam Husain as ke Kufah, ia mengirim pasukan dan setelah pasukan Hur bin Yazid menutup jalan Imam Husain, Imam Husain as terpaksa mengubah rute ke arah Karbala. Pada hari Asyura antara Imam Husain as dan penolongnya dan pasukan Kufah di bawah komando Umar bin Sa'ad terjadi pertempuran yang tidak seimbang dan mengakibatkan kesyahidan Imam Husain as dan kira-kira 72 orang dari pasukan Imam Husain. Setelah itu, para perempuan, anak-anak dan Imam Sajjad as yang saat itu sedang sakit, dijadikan sebagai tawanan dan dibawa ke Kufah dan kemudian dikirim ke Suriah. Jasad Imam Husain as dan para penolongnya pada hari ke 11 atau 13 Muharram dikuburkan oleh bani Asad di Karbala.

Terkait dengan perginya Imam Husain dari Madinah ke Karbala terdapat banyak pendapat mengenai hal ini. Berdasarkan sebuah pandangan, Imam Husain bergerak ke Karbala demi untuk membentuk pemerintahan dan menurut sebagian pendapat lain, gerakan ini untuk menjaga jiwa.

Kesyahidan Imam Husain as memberikan pengaruh yang penting dalam sejarah Islam dan Syiah pada sepanjang zaman dan menjadi ilham bagi peperangan dan gerakan-gerakan pada masa selanjutnya. Kaum Syiah dengan mengikuti Para Imam Syiah memberi perhatian khusus atas kesedihan kepada Imam Hsain as khususnya pada bulan Muharam dan Safar. Dalam riwayat Maksumin as, berziarah kepada Imam Husain as sangat ditekankan. Haram Imam Husain as merupakan tempat ziarah bagi kaum Syiah.

Husain bin Ali as selain memiliki tempat khusus di kalangan kaum Syiah sebagai Imam ke-3 dan penghulu para syahid, menurut Ahlusunah juga dihormati karena memiliki kemuliaan yang dinukilkan oleh Nabi Muhammad saw tentangnya dan juga karena beliau berdiri melawan Yazid.

Kumpulan dari perkataan dan karya-karya Imam Husain as dikumpukan dalam hadis, doa, surat, syair dan khotbah yang ada dalam kitab Mausu'a Kalimat al-Imam Husain dan kitab Musnad al-Imam al-Syahid. Tentang kepribadian dan perikehidupan Imam Husain as telah banyak karya-karya yang ditulis dalam bentuk biografi, maqtal, sejarah analisa kritis dan lain-lainnya.

Kedudukan

Husain bin Ali as adalah imam ketiga Syiah, putra imam Syiah yang pertama dan cucu Nabi saw.[1] Dalam literatur-literatur Islam terdapat banyak riwayat tentang keutamaan-keutamaannya. Dan, Muslim Syiah meyakininya memiliki kedudukan khusus. Husain bin Ali dikalangan Ahlusunah juga mendapat perhormatan tersendiri.

Dalam Sumber-sumber Hadis dan Sejarah

Berdasarkan riwayat Syiah dan Sunni, Husain bin Ali as termasuk Ashab al-Kisa' [2] dan hadir pula dalam peristiwa Mubahalah [3] dan bersama dengan saudaranya, mishdaq dari kata "abnaana" dalam ayat Mubahalah[4]. Beliau juga termasuk Ahlulbait as yang diterangkan dalam Ayat Tathir. [5]

Imam Husain as adalah orang yang paling dihormati di kalangan bani Hasyim setelah syahadah Imam Hasan as meskipun banyak orang yang lebih tua. Berdasarkan perkataan Ya'qubi, setelah Husain bin Ali as syahid, Muawiyah berkata kepada Ibnu Abbas: Semenjak sekarang Anda adalah pembesar kaummu, Ibnu Abbas menjawab: Selama masih ada Husain as, tidak. [6] Demikian juga terdapat laporan sejarah yang mengabarkan tentang pengaruhnya Imam Husain as dalam musyawarah yang diadakan oleh bani Hasyim. [7] Dinukilkan juga bahwa Amr bin Ash menilai bahwa Imam Husain as adalah orang-orang terkasih diantara penghuni bumi dan langit. [8]

Dalam Budaya Syiah

Kesyahidan Husain bin Ali as pada peristiwa Asyura tahun 61 H menyebabkan kepribadiannya dari segi membela kebenaran, keberanian dan kemartiran untuk Syiah dan bahkan untuk selain Syiah semakin menonjol, dan sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik yang disebutkan untuknya dalam berbagai riwayat menjadi terpancari juga.[9] Kenyataan ini minimal dari sisi bahwa itu adalah ketidakhormatan pertama dan kebiadaban nyata terhadap keluarga Nabi saw, memberi pengaruh besar pada sejarah dan budaya Syiah[10] dan berubah menjadi simbol perlawanan dengan kezaliman, kemenangan darah atas pedang, amar makruf-nahi mungkar, pengorbanan dan kesetiaan.[11]

Pengaruh kesyahidan Imam Husain as sampai sejauh dimana sebagian orang berkeyakinan bahwa terbentuknya mazhab Syiah dan terpisahnya Muslim Syiah dari Ahlusunah terjadi paska kesyahidannya.[12] Dalam sepanjang sejarah Islam, beberapa kebangkitan terinspirasi dari kebangkitan dan pergerakan Imam Husain as yang disertai dengan slogan Ya Latsarat al-Husain.[13]

Bulan Muharram dan Shafar memiliki kedudukan khusus dalam budaya Syiah. Dan, khusus pada hari-hari Tasu'a, Asyura dan Arbain Husaini didirikan sejumlah ritual demi mengenang momen-momen tersebut.[14] Muslim Syiah dikala meminum air, mereka mengingat rasa haus Imam Husain dan mengucapkan salam kepadanya.[15]

Menurut Pandangan Ahlusunah

Sumber-sumber riwayat muktabar Ahlusunah menukilkan hadis-hadis dalam jumlah yang banyak terkait dengan keutamaan Husain bin Ali as. [16] [17] [18] Disamping tentang riwayat-riwayat keutamaan, kedudukan Imam Husain as menurut keyakinan kaum Muslimin sangat utama karena beliau telah mengorbankan jiwa, raga, harta dan orang-orang terdekatnya di jalan Allah swt. [19]

Meskipun demikian, diantara Ahlusunah terdapat dua pandangan mengenai Revolusi Imam Husain as. Sekelompok dari mereka mengutuk namun sangat banyak yang memuji. Diantara yang menentangnya adalah Abu Bakar Ibnu Arabi yang mengatakan bahwa Nabi mengatakan tentang perang dengan orang-orang yang hendak memecah belah. [20] Ibnu Taimiyyah juga berkeyakinan bahwa langkah yang diambil Imam Husain as bukan hanya mendatangkan kebaikan dan perbaikan kondisi masyarakat saja, bahkan menimbulkan keburukan dan fitnah. [21]

Ibnu Khaldun memberi reaksi terhadap perkataan Ibnu Arabi dan dengan menetapkan syarat atas adanya sifat adil bagi imam untuk berperang melawan orang-orang yang zalim, Husain as dinilai sebagai pribadi yang paling adil pada zamannya untuk berperang melawan orang-orang zalim. [22] Di tempat lain, ia juga menulis ketika kefasikan Yazid telah terang bagi semua orang, Husain mewajibkan dirinya untuk keluar (ke Kufah) karena memiliki kekuatan untuk melawan Yazid. [23] Alusi juga dalam kitab Ruh al-Ma'ani mengecam Ibnu Arabi dan menilai bahwa perkataan ini adalah kebohongan besar. [24]

Abbas Mahmud Iqad penulis kitab Abu Syuhada, al-Husain bin Ali menulis: Kondisi pada zaman Yazid tidak bisa diselesaikan kecuali dengan syahid. [25] Ia meyakini bahwa pergerakan ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang khusus dan gerakan Imam Husain as tidak bisa disamakan dengan gerakan mana pun karena mereka memahaminya dengan cara yang lain. [26] Thaha Husain penulis kontemporer Ahlusunah percaya bahwa tidak berbaiatnya Imam Husain as kepada Yazid bukan karena sikap bersikeras Imam Husain as. Imam Husain tahu apabila ia membaiat Yazid, maka ia akan melawan hati nuraninya dan melawan agamanya karena menurutnya, memberi baiat kepada Yazid adalah suatu kemaksiatan. [27] Umar Farukh seraya mengatakan bahwa diam dihadapan orang-orang zalim tidak dibolehkan, percaya bahwa kita kaum Muslimin sekarang memerlukan menghidupkan semangat Husaini lagi untuk memberikan panduan kepada kita ke jalan yang benar dalam membela kebenaran. [28]

Terkait dengan kebenaran melaknat Yazid sebagai pembunuh Imam Husain as, terdapat dua pendapat diantara Ahlusunah dan sangat banyak ulama Ahlusunah yang bukan hanya membolehkan untuk melaknat Yazid saja, bahkan mereka mewajibkan. [29]

Nasab, Julukan dan Gelar

Dalam referensi-referensi Syiah dan Ahlusunah Nabi Muhammad-lah yang memberikan nama kepadanya dengan nama Husain. [30] Berdasarkan riwayat, pemberian nama ini adalah atas perintah Allah swt [31]. Dua nama Hasan dan Husain pada masa sebelumnya tidak pernah digunakan oleh masyarakat Arab. [32] Nama ini mirip dengan Syabbar dan Syabair atau syabbair [33] yang merupakan nama anak-anak Nabi Harun as [34]. Laporan-laporan lainnya terkait dengan penamaannya diantaranya pada awalnya Imam Ali menamainya dengan Harb atau Jakfar namun Nabi Muhammad saw memilihkan nama Husain sebagai namanya. [35] Sebagian laporan menyatakan bahwa laporan-laporan ini diada-adakan dan terdapat alasan-alasan untuk menolak hal itu. [36]

Imam Husain as adalah putra Imam Ali as dan Sayidah Fatimah Zahra sa dan cucu Nabi Muhammad saw. Ia adalah keluarga bani Hasyim dan kabilah Quraisy. Imam Hasan Mujtaba, Abbas as Muhammad bin Hanafiyah adalah saudara-saudara Imam Husain sedangkan Sayidah Zainab sa adalah saudari Imam Husain as. [37] Julukannya adalah Abu Abdillah [38], Abu Ali, Abu Syuhada (ayah para syahid), Abu al-Ahrar (Ayah orang-orang yang bebas), Abul Mujahidin (Ayah para pejuang), Imam Husain as juga memiliki julukan-julukan yang lainnya. [39]

Husain bin Ali as memiliki nama-nama panggilan yang banyak, sebagiannya seperti nama panggilan saudaranya (Imam Hasan as) seperti syabab ahlil jannah (penghulu pemuda di surga). Sebagian nama-nama panggilan lainnya adalah Zaki, Thayib, Wafa, Sayid, Mubarak, Nafi', al-Dalil ala Dzat Allah, Rasyid dan al-Tabi' li Mardhatillah. [40] Ibnu Thalhah Syafi'i menilai bahwa dibanding nama-nama julukan yang lainnya, nama julukan yang lebih masyhur bagi Imam Husain as adalah Zaki dan nama julukan yang terpenting adalah Sayyidu Syababi Ahlil Jannah. [41] Dalam sebagian hadis, Husain disebut dengan nama julukan Syahid atau Sayyidu Syuhada [42]. "Tsarallah" dan "Qatil al-Abarat" adalah nama-nama julukan lain yang disebutkan dalam kitab ziarah. [43]

Dalam riwayat yang berasal dari Nabi Muhammad saw yang dinukilkan dalam referensi Syiah dan Ahlusunah menukilkan bahwa Husain sibthan min al-asbath (Husain adalah salah satu asbath). [44] Tentang makna sabath dan asbath dalam riwayat dan juga dalam sebagian ayat-ayat Alquran dikatakan: Asbath adalah Imam dan Naqib yang dipilih oleh Tuhan dan berasal dari keturunan para Nabi. [45]

Peri Kehidupan

Imam Husain as lahir di Madinah. Sebagian menyebutkan beliau lahir pada tahun ke-3 H/624 [46] namun pendapat masyhur mengatakan bahwa kelahiran Imam Husain terjadi pada tahun ke-4 H/625. [47] Terdapat perbedaan pendapat mengenai hari kelahirannya. Sebagian mengatakan Imam Husain as lahir pada tanggal 3 Sya'ban [48] namun Syekh Mufid dalam kitab al-Irsyad mengatakan bahwa Imam Husain as lahir pada tanggal 5 Sya'ban. [49]

Dalam laporan Syiah dan Ahlusunah dikatakan bahwa ketika Imam Husain as lahir, Nabi saw menangis dan mengabarkan tentang kesyahidannya. [50] Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada dalam kitab Kafi, Imam Husain as tidak menyusu dari ibundanya dan ibu susu-ibu susu yang lainnya, [51] melainkan dinukilkan bahwa Ummu Fadhil, istri Abbas bin Abdul Mutthalib mimpi bahwa potongan dari badan Nabi diletakkan di paha Ummu Fadhil. Nabi dalam menakwilkan mimpi itu berkata: Fatimah akan melahirkan seorang putra dan kau akan menjadi ibu susu baginya. Ketika Imam Husain as lahir, Imam Husian as menyusu darinya. [52] Sebagian riwayat menyatakan bahwa ibu Abdullah bin Yaqthar juga menjadi ibu susu bagi Imam Husain as. Namun ada juga riwayat yang mengatakan bahwa Imam Husain as tidak menyusu dari kedua ibu susuan tersebut. [53]

Dalam sumber Ahlusunah dikatakan bahwa Rasulullah saw lebih menyukai Hasan dan Husain diantara Ahlulbait yang lainnya. [54] Kecintaan ini kadangkala menyebabkan berhentinya khutbah Nabi di masjid ketika mereka berdua masuk ke masjid, Nabi turun dari mimbar dan menggendong mereka. [55] Dinukilkan dari Nabi saw bahwa kecintaanku kepada keduanya membuatku tercegah untuk mencintai yang lainnya. [56] Husain as hadir dalam peristiwa Ashabul Kisa dan dalam peristiwa Mubahalah. [57] Ketika Nabi Muhammad saw meninggal, Imam Husain as masih berusia 7 tahun, oleh itu, Imam Husain as termasuk dalam golongan terakhir para sahabat Nabi. [58]

Pada Masa Tiga Khalifah

Imam Husain as hidup pada masa tiga kekhalifahan (Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan) selama kurang lebih 25 tahun. Pada permulaan khilafah atau pemerintahan khalifah pertama usia Imam Husain as tujuh tahun. Pada awal pemerintahan khalifah kedua berusia sembilan tahun dan ketika awal pemerintahan khalifah ketiga berusia 19 tahun. [59] Tidak terdapat kisah yang mendetail tentang peri kehidupan Imam ke-3 pada masa ini, boleh jadi sebabnya adalah Imam Ali as dan putra-putranya menjaga jarak dengan kekhalifahan waktu itu. [60]

Berdasarkan lapiran sejarah, pada masa pemerintahan Abu Bakar, Husain bin Ali dan Imam Hasan as bersama dengan ayahanda, ibunda dan saudara-saudaranya, siang malam pergi ke rumah Anshar untuk mengambil hak kekhalifahan Imam Ali as. [61]

Dinukilkan pada masa pemerintahan Umar, pada suatu hari ketika Imam Husain as berusia 9 tahun masuk masjid dan Imam Husain as melihat Umar sedang khutbah di mimbar Nabi. Kemudian Imam Husain naik mimbar dan berkata, "Turunlah Anda dari mimbar ayahku dan duduklah di mimbar ayahmu!" Umar berkata, "Ayahku tidak mempunyai mimbar." [62] Terdapat laporan sejarah tentang bagaimana penghormatan khalifah ke dua kepada Imam Husain as. [63]

Ketika Utsman pada masa kekhalifahannya mengasingkan Abu Dzar ke sebuah tempat bernama Rabadzah dan ketika semua orang dilarang untuk melepas kepergiannya, Imam Husain as beserta ayahandanya (Imam Ali as), Imam Hasan as dan beberapa orang lain menentang keinginnan khalifah, mereka menyertai Abu Dzar. [64]

Dalam sebagian sumber Ahlusunah diisyaratkan tentang hadirnya Hasanain as di perang Afriqiyyah pada tahun 26 H/646 [65] dan perang Tabaristan pada tahun 29 H/649 atau 30 H/650. [66] namun laporan ini tidak dijumpai dalam sumber-sumber Syiah. Sangat banyak laporan sejarah yang menyatakan bahwa peperangan itu dilaksanakan tanpa adanya adu senjata. [67] Laporan kehadiran Hasanain dalam peristiwa itu menjadi pertentangan antara yang setuju dan yang tidak setuju. Sebagian ulama seperti Ja'far Murtadha Amili dengan mempertimbangkan adanya permasalahan pada sanad dan juga karena berlawanan dengan metode para Imam dalam tata cara futuhat (perluasan wilayah) memandang bahwa riwayat itu adalah riwayat yang dibuat-buat dan tidak diijinkannya Hasanain oleh Imam Ali untuk ikut perang Shiffin adalah bukti akan hal ini. [68] Dalam sebagian riwayat mengatakan bahwa kehadiran Hasanain dalam futuhat untuk kemaslahatan umat dan Islam dan bertujuan untuk memberikan informasi yang benar kepada Imam Ali tentang keadaan masyarakat dan demikian juga untuk mengenalkan masyarakat kepada Ahlulbait as. [69]

Berdasarkan sebagian laporan sejarah, pada akhir pemerintahan Utsman ketika sekelompok masyarakat mengadakan perlawanan untuk membunuh Utsman dan bergerak ke arahnya, Imam Hasan Mujtaba as dan Imam Husain diperintahkan oleh Imam Ali as untuk melindungi rumah Utsman meskipun tidak setuju dengan kebijakan yang diambil oleh Utsman. [70] Terkait dengan laporan ini ada sekelompok orang yang menerima dan ada juga sekelompok orang yang menolak. [71]

Masa Pemerintahan Imam Ali as

Berdasarkan laporan singkat yang berkenaan dengan periode ini, Imam Husain as berkhutbah setelah masyarakat memberikan baiatnya kepada Amirul Mukminin as. [72]

Pada perang Jamal Imam Husain as menjadi komando sayap kiri pasukan Imam Ali as. [73] Pada perang Shiffin Imam Husain as membacakan khutbah untuk membangkitkan semangat jihad masyarakat [74] dan berdasarkan laporan sejarah termasuk komando sayap kanan. [75] Dikatakan bahwa dalam perang Shiffin, Imam Husain as turut serta dalam peristiwa pengambilan air dari pasukan Suriah dan setelah itu Amirul Mukminin Ali as bersabda: Ini adalah kemenangan pertama kali karena keberkahan dari Husain as. [76] Menurut sebagian sumber referensi, Imam Husain as juga hadir dalam perang Nahrawan. [77] Berdasarakan laporan yang berkaitan dengan perang Shiffin, Imam Ali as mencegah Imam Husain as untuk ikut dalam perang Shiffin dan sebabnya adalah untuk menjaga keturunan Nabi Muhammad saw. [78]

Sangat banyak referensi yang mengatakan bahwa pada saat Imam Ali syahid, Imam Husain as berada di samping ayahandanya [79] dan ikut menyiapkan dan menghuburkan jasad suci Imam Ali as. [80] Berdasarkan laporan yang ada dalam kitab al-Kāfi dan Ansāb al-Asyrāf, Imam Husain as sedang berada di Madain dalam rangka menjalankan perintah Imam Ali as yang diberikan kepadanya. Beliau mengetahui bahwa Imam Ali as syahid berasal dari surat yang dikirim oleh Imam Hasan as dan oleh karenanya Imam Husain as kembali ke Kufah. [81]

Silsilah keluarga Nabi saw
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qushay
wafat: 400 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Uzza
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdu Manaf
wafat: 430 M
 
 
 
 
 
 
 
Abd al-Dar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Asad
 
 
 
Muththalib
 
 
Hasyim
wafat: 464 M
 
 
 
Nawfal
 
'Abd Shams
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Khuwaylid
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Muththalib
wafat: 497 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Al-'Awwam
 
Khadijah Sa
 
Hamzah
 
 
Abdullah
lahir: 545 M
 
 
 
Abu Thalib
 
Abbas
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Zubair
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nabi Muhammad saw
lahir: 571 M
 
Ali as
llahir: 599 M
 
'Aqil
 
Ja'far
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Fatimah binti Muhammad sa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muslim
 
Abdullah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hasan as
lahir: 625 M
 
 
 
 
 
 
Husain as
lahir: 626 M
 
 
Zainab sa
lahir: 627 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Periode Imam Hasan as

Telah masyhur tentang adab dan penghormatan Imam Husain as kepada saudaranya, Imam Hasan as. Dinukilkan bahwa apabila dalam sebuah majelis Imam Hasan as datang, maka Imam Husain as tidak berkata apa-apa karena menghormati Imam Hasan as. [82] Setelah syahadah Imam Ali as, sekelompok dari Khawarij yang bersikeras berperang melawan masyarakat Suriah, tidak berbaiat kepada Imam Hasan as dan menghampiri Imam Husain as dan berkata: Aku bersumpah demi Tuhan, selama Hasan as masih hidup, aku tidak akan menerima baiat darimu. [83] Dalam peristiwa perdamaian dengan Muawiyah Imam Husain as mendukung saudaranya dihadapan lawan-lawannya dan mendukung tindakan yang diambil oleh Imam Hasan as. [84] Diriwayatkan bahwa Imam Husain as berkata: Ia (Imam Hasan as) adalah imamku. [85]

Berdasarkan laporan sejarah, setelah terjadi perdamaian damai dengan Muawiyah, Imam Husain seperti Imam Hasan as, berbaiat kepada Muawiyah [86] dan bahkan setelah Imam Hasan syahid, Imam Husain as masih tetap memelihara perjanjian Imam Hasan as. [87] Sebaliknya, terdapat pula laporan tentang tidak berbaitnya Imam Husain. [88] Menurut sebagian sumber, Imam Husain as tidak senang dengan perjanjian itu dan Imam Hasan tidak menerima sumpah Muawiyah. [89] Sebagian peneliti melihat ketidaksesuaian laporan ini dengan laporan-laporan lain, [90] hal ini diantaranya bisa dilihat dari perkataan Imam Husain dalam menjawab sekelompok orang yang memprotes adanya perdamaian ini bahwa ia telah dikelilingi pemeluk Syiah untuk menyerang Muawiyah, berkata: Kita sudah mengikat janji, dan kita tidak akan mengkhianati janji yang telah diikrarkan. [91] Dalam laporan lain dituliskan bahwa dihadapan orang-orang yang melakukan protes berkata: Kita akan menunggu hingga Muawiyah hidup, begitu Muawiyah mati, kita akan mengambil tindakan. [92] Setelah perdamaian dengan Muawiyah, Imam Husain as bersama dengan saudaranya meninggalkan Kufah dan kembali ke Madinah pada tahun 41 H/661 [93]

Istri-Istri dan Anak-anak

Terkait dengan jumlah anak Imam Husain as, terdapat perbedaan pendapat. Sebagian sumber menuliskan Imam Husain as memiliki empat anak laki-laki dan dua anak perempuan [94] dan sebagian sumber lainnya mengatakan 6 anak laki-laki dan tiga perempuan. [95]

Dalam kitab Lubab al-Ansab [96] yang merupakan sumber rujukan pada abad ke-6, terdapat catatan tentang putri Imam Husain yang bernama Ruqayyah dan dalam kitab Kamil Bahai sebuah sumber pada abad ke-7 menyebut putri Imam Husain as berusia 4 tahun yang meninggal di Suriah [97]. Dalam referensi yang lebih baru, nama Ruqayyah lebih banyak dikenal. Demikain juga dalam referensi-referensi nama-nama seperti Ali al-Asghar anak Syahr Banu, Muhammad putra Rubab dan Zainab (tanpa menyebut nama Ibunya) juga tercatat sebagai nama-nama anak Imam Husain as. [98] Ibnu Thalhah dalam kitab Mathalib al-Suul fi Manaqib Ali al-Rasul menulis bahwa jumlah anak Imam Husain adalah 10. [99]

Ornamen Hadits "Husain dariku dan Aku dari Husain" pada Dinding Haram Imam Husain as

Masa Imamah

Permulaan imamah Imam Husain bin Ali as bersamaan dengan tahun ke-10 pemerintahan Muawiyah. Muawiyah pada tahun 41 H/661 . [100] setelah perjanjian damai dengan Imam Hasan as, ia mengambil pemerintahan dan membangun dinasti Umawiyyah. Sumber-sumber literatur Ahlusunah menilai bahwa Muawiyah adalah seseorang yang cerdik. [101] Ia secara lahir menjalankan ajaran-ajaran agama dan bahkan untuk memperkuat pemerintahannya, ia memanfaatkan ajaran-ajaran akidah dan menggunakan siasat politik untuk mempertahankan kekuasaannya. [102] Ia menilai bahwa pemerintahannya merupakan karunia Allah dan qadha Ilahi. [103] Ia menganggap memiliki kedudukan seperti Nabi bagi masyarakat Suriah, sebagai orang-orang saleh, sebagai pembela agama dan ahkamnya. [104] Dalam sumber-sumber sejarah dituliskan bahwa Muawiyah telah merubah sistem kekhalifahan menjadi kesultanan dan kerajaan [105] dan secara terang-terangan berkata bahwa ia tidak akan berurusan dengan keagamamaan masyarakatnya. [106]

Akidah Syiah
‌Ma'rifatullah
TauhidTauhid DzatiTauhid SifatTauhid Af'alTauhid Ibadah
FurukTawasulSyafa'atTabarruk
Keadilan Ilahi
Kebaikan dan keburukanBada'Amrun bainal Amrain
Kenabian
KeterjagaanPenutup KenabianNabi Muhammad SawIlmu GaibMukjizatTiada penyimpangan Alquran
Imamah
Keyakinan-keyakinanKemestian Pelantikan ImamIsmah Para ImamWilayah TakwiniIlmu Gaib Para ImamKegaiban Imam Zaman asGhaibah SughraGhaibah KubraPenantian Imam MahdiKemunculan Imam Mahdi asRaj'ah
Para Imam
  1. Imam Ali
  2. Imam Hasan
  3. Imam Husain
  4. Imam Sajjad
  5. Imam Baqir
  6. Imam al-Shadiq
  7. Imam al-Kazhim
  8. Imam al-Ridha
  9. Imam al-Jawad
  10. Imam al-Hadi
  11. Imam al-Askari
  12. Imam al-Mahdi
Ma'ad
Alam BarzahMa'ad JasmaniKebangkitanShirathTathayur al-KutubMizanAkhirat
Permasalahan Terkemuka
AhlulbaitEmpat Belas Manusia SuciTaqiyyahMarja' Taklid


Salah satu masalah yang ada pada masa pemerintahan Muawiyah adalah adanya kepercayaan Syiah diantara masyarakat, khususnya masyarakat Irak. Kaum Syiah adalah musuh Muawiyah sebagaimana Khawarij yang juga merupakan musuh Muawiyah, namun Khawarij tidak memiliki basis massa, tidak seperti kaum Syiah karena adanya pengaruh Imam Ali dan Ahlulbait yang memiliki pelindung yang kuat. Oleh karena itu, Muawiyah dan pegawai kerajaannya, menggunakan cara-cara yang lembut dan keras dalam menghadapi masyarakat. Salah satu tindakan yang diambil oleh Muawiyah adalah menanamkan kebencian masyarakat kepada Imam Ali as seperti dengan cara melaknat Imam Ali pada masa pemerintahannya dan hal ini berlanjut secara terus menerus pada masa dinasti Umawiyyah. [107] Muawiyah setelah memperkuat kekuatannya, mengambil langkah untuk menekan kaum Syiah dan kepada pegawainya memerintahkan untuk menyingkirkan nama-nama pecinta Ali as dan menghapus mereka akan haknya untuk menerima uang dari baitul mal dan tidak menerima kesaksiannya. [108] Ia juga mengancam orang-orang yang mengatakan tentang kebaikan Imam Ali hingga ahli hadis menyebut Imam Ali dengan sebutan 'seorang laki-laki dari suku Quraisy', salah seorang sahabat Nabi saw dan Abu Zainab. [109]

Dalil-Dalil Imamah

Setelah kesyahidan Imam Hasan as sebagai saudaranya, Imam Husain menduduki posisi imamah pada tahun 50 H/670 dan hingga tahun 61 H/681 mengemban amanah pemimpin bagi kaum Syiah.[110] Ulama Syiah disamping memiliki dalil-dalil umum untuk menetapkan keimamahan para Imam, [111] juga memiliki dalil untuk menetapkan keimamahan setiap Imam. Syekh Mufid dalam kitab al-Irsyad menuliskan tentang hadis-hadis yang berkaitan dengan imamah Imam Hasan as diantaranya ketika Nabi Muhammad saw bersabda: Ini kedua anakku (Hasan dan Husain) adalah imam, baik ketika mereka bangkit (melalukan revolusi) maupun duduk (melakukan perdamaian)" [112]

Demikian juga ketika Imam Ali as syahid menjelaskan keimamamahan Imam Husain as setelah imamah Imam Hasan as. [113] Imam Hasan ketika syahid juga mewasiatkan kepada Muhammad bin Hanafiyah bahwa Husain bin Ali as adalah orang yang akan mengemban posisi imamah setelahnya. [114] Syekh Mufid dengan berargumen dengan menggunakan hadis ini menetapkan keimamahan Imam Husain as. Menurut perkataan Syekh Mufid, Imam Husain as karena bertaqiyyah dan karena adanya peristiwa Perjanjian Damai Imam Hasan as dengan Muawiyah, selama Muawiyah masih hidup, Imam Husain as tidak mengajak masyarakat untuk membaiat kepadanya dan keimamahannya tidak ditampakkan, namun setelah Muawiyah meninggal, Imam Husain as menjelaskan keimamahannya kepada orang-orang yang belum memahami. [115]

Dalam sumber-sumber referensi disebutkan bahwa sebelum Imam Husain as keluar dari Madinah pada tahun 60 H/680, sebagian wasiat-wasiat dan wadayi' (tanda-tanda keimamahan) imamah dititipkan kepada Ummu Salamah, istri Nabi [116] dan sebagian lainnya sebelum syahadahnya, pada bulan Muharam tahun 61 H/681 diberikan kepada putrinya, Sayidah Fatimah az-Zahra sa [117] dan selanjutnya diberikan kepada Imam Sajjad as.

Setia kepada Perjanjian Damai Imam Hasan as

Imam Husian as selama masa pemerintahan Muawiyah berlangsung, tetap setia kepada perjanjian perdamain yang dibuat oleh saudaranya. [118] Dalam menjawab surat sebagian pengikut Syiah yang menerima kepemimpinannya dan hendak melawan bani Umayyah berkata: Sekarang keyakinanku tidaklah demikian, bahwa aku harus melawan Muawiyah, selama Muawiyah masih hidup, tetaplah berada di rumah-rumah kalian dan jauhilah tindakan-tindakan yang akan membahayakan kalian. Apabila ia mati, dan aku masih hidup, aku akan menuliskan pendapatku. [119]

Sikap Imam Husain as terhadap Kebijakan Muawiyah

Meskipun Imam Husain as selama masa kekuasaan Muawiyah tidak melakukan tindakan apapun yang menunjukkan perlawanannya kepada Muawiyah, namun menurut Rasul Ja'fariyan[120], seorang sejarawan masa kini, hubungan antara Imam Husain as dan Muawiyah dan perundingan antara keduanya menunjukkan bahwa Imam Husain as secara jelas tidak menerima kekuasaan Muawiyah, adanya surat-surat yang banyak antara Husain bin Ali dan Muawiyah menunjukkan hal itu.

Dari laporan sejarah bisa dipahami bahwa Muawiyah seperti tiga khalifah secara lahir menghormati Imam Husain as [121] dan kepada orang-orangnya berkata bahwa jangan melawan anak Rasulullah dan jangan sampai tidak menghormatinya. [122][123]

Protes Terhadap Pembunuhan Penolong Imam Ali as

Tindakan Muawiyah yang membunuh orang-orang seperti Hujr bin Adi, Amr bin Umq Khazai dan Hadhrami beserta para pengikutnya adalah diantara yang mendapat kritikan dan perlawanan Imam Husain as yang paling sulit dan keras. [124] Berdasarkan laporan sejarah, Imam Husain as menulis surat kepada Muawiyah dan mengecam tindakan brutal yang dilakukan kepada penolong Imam Ali as. Imam Husain as berkata: Aku tidak memiliki cara yang mulia kecuali berjihad melawanmu demi untuk membela jiwaku dan agamaku sendiri. Dalam lanjutan suratnya, Imam Husain as menulis: Aku tidak melihat fitnah terbesar dalam umatku kecuali fitnah atas pemerintahan yang berada di atas pundakmu. [125]

Demikian juga dinukilkan bahwa ketika Muawiyah sedang berhaji [126] ia berhadap-hadapan dengan Imam Husain. Ia berkata: Apakah kamu mendengar tindakan apa yang kami ambil atas Syiah kalian dan penolong ayahmu? Imam menjawab: Apa yang kalian lakukan? Muawiyah menjawab: Mereka kami bunuh, kami kafani, kami salati dan kami kuburkan. Imam Husain as bersabda: Namun apabila kami membunuh pembela kalian, mereka tidak akan kami kafankan, tidak akan kami salatkan dan tidak akan kami kuburkan. [127]

Protes terhadap Pengangkatan Putra Mahkota bagi Yazid

Pada tahun 56 H/676, Muawiyah tidak menepati isi Perjanjian Damai bahwa seharusnya ia tidak mengangkat putra mahkota sebagai penggantinya (Muawiyah menyuruh masyarakat untuk membaiat Yazid sebagai pengganti bagi dirinya). [128] Sebagian tokoh-tokoh seperti Imam Husain as tidak mau memberikan baiatnya kepada Yazid. Muawiyah pergi ke Madinah untuk meminta dukungan supaya pembesar Madinah memberi dukungan kepada keputusannya tentang pengangkatan Yazid sebagai putra mahkotanya. [129] Imam Husain as dalam majelis yang dihadiri oleh Muawiyah, Ibnu Abbas dan sebagian pembesar keluarga Umawiyyah, mengecam Muawiyah dan dengan mengisayaratkan tentang keburukan Yazid, Muawiyah diingatkan supaya hati-hati dalam menentukan penggantinya disamping juga menjelaskan kedudukannya dan membatalkan argumen Muawiyah untuk memberikan baiatnya kepada Yazid. [130]

Demikian juga dalam majelis lain yang dihadiri oleh kebanyakan masyarakat, Imam Husain as dalam memberikan reaksi perkataan Muawiyah tentang kelayakan Yazid, Imam Husain as menilai bahwa dirinya lebih layak untuk memegang tampuk kekhalifahan sedangkan Yazid adalah orang yang gemarnya mabuk-mabukan dan menuruti hawa nafsu. [131]

Khutbah Imam di Mina

Imam Husain as pada tahun 58 H/678, dua tahun sebelum Muawiyah meninggal, berpidato yang isinya pemrotesan terhadap Muawiyah di Mina. [132] Pada masa itu, tekanan yang diberikan Muawiyah kepada pengikut Syiah sangat keras. [133] Dalam khutbah ini, beliau disamping menjelaskan tentang keutamaan Amirul Mukminin as dan Ahlulbait, mengajak untuk melakukan "amar ma'ruf dan nahi munkar" dan menekankan pentingnya kewajiban ini, mengingatkan kewajiban ulama dan gerakan mereka dalam menghadapi kerusakan dan kezaliman atas pemerintahan yang berkuasa serta menjelaskan tentang bahayanya berdiam diri atas perilaku mereka.

Sikap Imam Husain as terhadap Kekhalifahan Yazid

Setelah kematian Muawiyah pada tanggal 15 Rajab tahun 60 H/680, Yazid menempati posisi sebagai khalifah. [134] Ia berkeinginan supaya orang-orang yang tidak menerima dirinya atas pengangkatan yang dilakukan Muawiyah sebagai putra mahkota, diantaranya Husain bin Ali as supaya diambil baiatnya. [135] Namun Imam Husain as tetap tidak mau membaiat Yazid. [136] Imam Husain as meninggalkan Madinah dan pergi ke Mekah pada tanggal 28 Rajab. [137]

Di Mekah, Imam Husain as disambut oleh orang-orang yang sedang melakukan umrah. [138] Lebih dari 4 bulan (semenjak 3 Sya'ban hingga 8 Dzulhijah) Imam Husain as tinggal di Mekah. [139] Selama itu, kaum Kufah mengetahui bahwa Imam ke-3 tidak memberikan baiatnya kepada Yazid. Kemudian mereka mengirim surat kepada Imam Husain untuk diundang ke Kufah. [140] Imam, mengutus Muslim bin Aqil ke Kufah untuk mengetahui kebenaran ini dan nantinya akan dimintai laporan tentang keadaan Kufah kepada Imam Husain as. [141] Imam Husain berangkat ke Kufah pada tanggal 8 Dzulhijjah [142] bersama dengan keluarga dan para sahabatnya. Dari sebagian laporan sejarah memberitakan bahwa Imam Husain as mengetahui telah ada makar untuk membunuh dirinya, oleh karena itu, untuk memelihara kehormatan kota Mekah, beliau keluar dari kota Mekah. [143]

Peristiwa Karbala

Peristiwa Karbala yang telah menyebabkan Imam Husain as dan para sahabat setianya syahid adalah bagian terpenting dari kehidupan Imam Husain as. Berdasarkan sebagian laporan sejarah, Imam Husain as sebelum bergerak ke Irak, telah mengetahui kabar kesyahidannya. "[catatan 1]. Peristiwa ini terjadi karena beliau tidak mau membaiat Yazid. Husain as dengan undangan masyarakat Kufah pergi ke sana bersama dengan keluarga dan para penolongnya. Dalam perjalanannya pasukan beliau bertemu dengan pasukan Hurr bin Yazid Riyahi di sebuah tempat bernama Dzu Husam, oleh karenanya Imam Husain mengubah rute perjalanannya. [144]

Menurut nukilan sebagian besar referensi, rombongan Imam Husain as sampai di Karbala pada hari ke-2 bulan Muharam. [145] Hari besoknya, terdapat pasukan sebanyak empat ribu orang dari pasukan orang Kufah dibawah pimpinan Umar bin Sa'ad memasuki Karbala. [146] Berdasarkan laporan sejarah, beberapa adu argumentasi terjadi antara Husain bin Ali dan Umar bin Sa'ad [147] namun Ibnu Ziyad tidak akan rela selama Imam Husain tidak membaiat kepadanya atau perang. [148]

Sore hari tasu'a Umar Sa'ad telah siap untuk berperang namun Imam Husain as meminta supaya malamnya diberikan kesempatan untuk bermunajat kepada Allah. [149] Pada Malam Asyura Imam Husain as memberi kesempatan kepada para penolongnya untuk meninggalkan beliau, namun mereka justru membuktikan kesetiaannya kepada Imam Husain as. [150] Pagi hari Asyura perang dimulai hingga pada siang hari telah banyak dari para sahabatnya syahid. [151] Pada saat perang berkecamuk, Hurr, komandan pasukan Kufah bergabung dengan pasukan Imam Husain as. [152] Setelah para penolong Imam syahid, keluarga Imam pergi ke medan perang, pertama dari mereka adalah Ali al-Akbar [153]. Para penolong Imam pada akhirnya, satu per satu juga syahid. Kemudian Imam Husain as sendiri pergi ke medan perang, dan pada sore hari Asyura pada tanggal 10 Asyura syahid. Syimr bin Dzil Jausyan [154] dan menurut nukilan lain Sinan bin Anas [155] memenggal kepala Imam Husain as dan mengirimkan kepala itu untuk Yazid. [156]

Umar bin Sa'ad dalam melaksanakan perintah Ibnu Ziyad memerintahkan beberapa kuda untuk menginjak-injak badan suci Imam Husain as, hal ini menyebabkan tulang-tulang jenazah Imam Husain as remuk. [157] Para perempuan dan anak-anak serta Imam Sajjad as yang sedang sakit, ditawan dan dibawa ke Kufah kemudian ke Suriah. [158] Jenazah Imam Husain as dan beberapa penolong setianya kira-kira 72 orang[159], pada hari 11 [160] atau 13 Muharram dikuburkan ditempat itu juga oleh bani Asad dan berdasarkan nukilan lain, Imam Sajad as juga turut serta menguburkan jenazah-jenazah itu. [161]

Pandangan-pandangan dan Pesan-pesan

Tentang pergerakan Imam Husain as dari Madinah ke Mekah dan kemudian berlanjut ke Kufah dan bertempur melawan Pasukan Umar bin Sa'ad di Karbala terdapat banyak pendapat. Menurut sebuah pandangan, gerakan ini bukan sekedar sebuah upaya perlawanan namun hanya untuk menyelamatkan jiwa. (Pandangan Syekh Panah Isytihardi) [162] Sebagian yang lainnya berpendapat bahwa Imam Husain mengadakan pergerakan untuk membentuk sebuah pemerintahan. Ulama-ulama yang memiliki pandangan ini dari kalangan ulama klasik adalah Sayid Murtadha [163] dan dari kalangan ulama kontemporer seperti Salihi Najaf Abadi dalam kitab Syahid Jawid. [164] Terdapat pula ulama-ulama yang tidak setuju dengan pendapat ini seperti Syekh Mufid, Sayid bin Thawus dan Allamah Majlisi. [165]

Kebangkitan Imam Husain as membuat sadar kelompok-kelompok masyarakat dan segera setelah peristiwa Karbala selesai, gerakan revolusi dan perlawanan melawan pemerintah zalim terus berlanjut hingga waktu yang lama. Pertama kali gerakan melawan Yazid adalah gerakan Abdullah bin Afif[166] melawan Ibnu Ziyad. Demikian juga perlawanan tawwabin, perlawanan Mukhtar, Perlawanan Zaid bin Ali dan perlawanan Yahya bin Zaid juga merupakan gerakan-gerakan yang terinspirasi oleh revolusi Karbala. Perlawanan Abu Muslim Khurasani, Perlawanan Pasukan Jamegan dengan semboyan "Ya Latsaratal Husain" [167] yang mengakibatkan kekalahan pada pasukan Umawi juga memperoleh inspirasi dari perlawanan Karbala. Revolusi Islam Iran juga terilhami dari gerakan revolusi Karbala Imam Husain as dan menurut perkataan Imam Khomeini apabila tidak ada majelis-majelis duka yang diadakan untuk memperingati peristiwa Karbala, maka negara kita tidak akan memperoleh kemenangan. Semuanya berada dibawah bendera Imam Husain as mengadakan perlawanan. [168]

Dalam bidang budaya kaum muslimin bahkan pengikut madzhab lain menjadikan Husain bin Ali as sebagai teladan dalam menghadapi kezaliman, mencari kebebasan, mendukung nilai-nilai mulia kehidupan dan mencari kebenaran.[169]

Ilustrasi "Petang Asyura", Karya Mahmud Farsyiyan

Keutamaan-keutamaan

Ciri-ciri lahir

Dalam sebagian sumber hadits, sejarah dan ilmu rijal disebutkan bahwa Imam Husain as memiliki kemiripan dengan Nabi Muhammad saw. [170] Dalam riwayat disebutkan bahwa orang yang paling mirip dengan Nabi Muhammad saw adalah Imam Husain as. [171] Beliau mengenakan amamah dari bulu [172] dan mewarnai janggutnya. [173]

Menurut Tuturan Nabi

  • Hasan dan Husain penghulu pemuda surga. [174]
  • Husain dariku dan Aku dari Husain. [175]
  • Di sebelah kanan "arsy" tertulis Husain pelita hidayah dan bahtera penyelamat. "[catatan 2]
  • Barang siapa yang mencintai keduanya (Hasan dan Husain) maka ia telah mencintaiku dan barang siapa yang memusuhi keduanya, maka ia juga telah memusuhiku. [176]

Perkiraan Syahadah

Terdapat banyak riwayat tentang perkiraan syahadah Husain bin Ali as. [177] Diantaranya dalam Hadis Luh menurut nukilan dari Nabi Muhammad saw bahwa Allah swt menyambut kesyahidan Imam Husain as, Allah menentukan Imam Husain as sebagai sebaik-baik syahid.[178] Majlisi dalam jilid 44 Bihar al-Anwar bab 30 menukilkan riwayat bahwa Allah mengabarkan kesyahadahan Imam Husain as kepada para nabinya: Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakaria as dan Nabi Muhammad saw dan para nabi ini pun menangisi Imam Husain as. [179] Demikian juga dinukilkan bahwa Amirul Mukminin as dalam perjalanan menuju perang Shiffin ketika sampai di Karbala, dengan jari tangannya menunjuk arah itu dan bersabda: Disini adalah tempat bertumpahnya darah mereka. [180]

Karamah-karamah dan sisi-sisi Mukjizat yang dimiliki

Dalam sebagian riwayat, disebutkan ciri-ciri yang khusus bagi Imam Husain as diantaranya beliau meminum susu dari jari jemari Nabi Muhammad saw[181] dan malaikat yang bernama Fetrus ketika sayapnya putus dengan keberkahan Imam Husain mendapatkan keselamatan dan semenjak saat itu, malaikat ini bertugas untuk menyampaikan salam peziarah kepada Imam Husain. [182] Dalam riwayat juga disebutkan tentang turbah Husain as dan kemustahaban berdoa di samping kuburannya (dibawah kubah). [183] Dalam kitab al-Khashaish al-Husainiyyah tertulis banyak keistimewaan Imam Husain as.

Kemuliaan Akhlak

Imam Husain as senantiasa duduk bersama orang-orang miskin. Beliau menerima undangan mereka dan makan bersamanya. Beliau pun mengundang mereka ke rumahnya dan apa saja yang ada di rumah, beliau tidak pelit terhadapnya. [184] Pada suatu hari ada orang miskin meminta pertolongan dan Imam sedang dalam kondisi salat, maka Imam memperpendek salatnya, dan apa saja yang dimilikinya diberikannya. [185]

Beliau membebaskan para budaknya sebagai imbalan atas sikap baik para budak. Dikatakan bahwa seorang budak perempuan menghadiahkan harta dan baju-baju yang banyak dihadiahkan oleh Muawiyah kepada beliau. Sebagai imbalan atas bacaan ayat Alquran dan syair tentang fananya dunia dan kematian manusia, beliau membebaskan budak tersebut dan memberikan seluruh hadiah tersebut kepadanya. [186] Bahkan suatu waktu salah seorang budak laki-lakinya melakukan pebuatan tidak patut yang harus dihukum. Namun, karena budak tersebut membacakan ayat Alquran وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاس (dan memaafkan (kesalahan) orang lain), beliau pun memafkannya. Dan karena budak itu berkata وَاللَّـهُ يحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik), Imam pun membebaskannya di jalan Allah swt. [187]

Imam Husain as sangat gemar memberi kepada orang miskin dan terkenal dengan orang yang memiliki tangan terbuka . [188]

Namun dalam memberi sesuatu beliau berusaha untuk tetap menghormati Imam Hasan as dan memberi bantuan tidak lebih dari bantuan yang diberikan oleh Imam Hasan as [189]. Dalam referensi disebutkan bahwa Imam Husain as menunaikan haji sebanyak 25 kali. [190]

Duka dan Ziarah

Duka Muharram adalah acara yang dilaksanakan oleh pengikut Syiah dan kadang-kadang bahkan diadakan oleh selain Syiah pada bulan Muharram untuk bersedih atas musibah yang menimpa Imam Husain as dan para syahid Karbala. Duka atas Imam Husain as dimulai semenjak awal-awal setelah Hari Asyura. [191] Berdasarkan sebuah nukilan, ketika para tawanan Karbala di Suriah, para perempuan bani Hasyim selama beberapa hari dengan mengenakan pakaian hitam mengadakan majelis duka. [192] Berdasarkan laporan sejarah dan hadits, para Imam Syiah menaruh perhatian khusus terhadap majelis duka ini dan menangis atas syahadah Husain bin Ali as. Para Imam memerintahkan kaum Syiah untuk menghidupkan majelis duka Asyura. [193]

Ziarah Imam Husain as

Membaca Ziarah Imam Husain as juga dalam riwayat Imam Maksum sangat penting untuk diperhatikan dan sangat ditekankan [194] dan dalam sebagian riwayat, sama nilainya dengan haji dan umrah. [195] Dengan berkuasanya pemerintah Syiah dan pengikut Syiah tidak lagi disiksa maka duka terhadap Imam Husain as dijalankan secara resmi dan ritual-ritual duka seperti membaca maktam, menepuk dada dan ta'ziyah (drama Asyura), membaca ziarah seperti ziarah Asyura, Ziarah Nahiyah Muqaddas dilakukan baik secara individu dan maupun bersama-sama.

Arbain Imam Husain as

Empat puluh hari setelah syahadah Imam Husain as yang disebut sebagai Arbain Husaini atau arbain, sangat banyak dari para pengikut Syiah yang pergi berziarah ke makam Imam Husain as. Berdasarkan nukilan sejarah, Jabir bin Abdullah Anshari pada hari ini merupakan peziarah pertama [196] pada kuburan Imam Husain as. Berdasarkan nukilan luhuf, para tawanan Karbala pada tahun 61 H/681 ketika mereka dalam perjalanan pulang dari Suriah ke Madinah pada hari arbain juga menziarahi para syahid Karbala. [197]

Adanya anjuran untuk melakukan ziarah arbain menyebabkan kaum Syiah khususnya penduduk Irak dan juga seluruh pengikut Syiah dari segala penjuru dunia selama setahun berziarah ke Karbala. Acara yang biasanya dilakukan dengan cara berjalan kaki itu, salah satu long marc terbesar yang ada di dunia. Berdasarkan laporan sejarah, pada tahun 1398 (2019) lebih dari 13 juta peziarah ikut dalam long march ini. [198]

Haram dan Hair Husaini

Batasan makam Imam Husain as disebut dengan Hairi Husaini. Tempat-tempat yang masih termasuk Hair memiliki keutamaan-keutamaan dan ahkam fikih khusus dan musafir boleh melakukan salat di tempat ini dengan cara tamam (sempurna dan tidak salat qasar). [199] Terkait tentang luas Hair terdapat beberapa pendapat dan batasan minimalnya adalah 11 meter dari radius kuburan Imam Husain as, dimana jarak ini memiliki fadhilah yang paling utama. [200]

Haram Imam Husain as

Berdasarkan laporan-laporan yang ada, bangunan pertama kali yang ada di makam Imam Husain bin Ali as dibangun pada zaman Mukhtar Tsaqafi berdasarkan perintahnya dan semenjak saat itu hingga saat ini selalu ada renovasi dan perluasan di makam Imam Husain as. [201] Beberapa kali makam Imam Husain as dirusak oleh sebagian khulafa Abbasi [202] dan Wahabi [203]. Bahkan Mutawakkil Abbasi memerintahkan supaya hair Imam Husain as dibajak dan menutup kuburan Imam Husain as dengan air. [204]

Warisan Maknawi Imam Husain as

Dalam berbagai rujukan, baik dari hadis dan sejarah, warisan maknawi Imam Husain as meliputi: perkataan, doa-doa, surat-surat, syair-syair, khutbah-khutbah dan wasiat beliau. Warisan maknawi itu terkumpul dalam kitab Musnad al-Imam al-Syahid karya Azizullah Atharidi dan kitab Mausu'ah Kalimat al-Imam al-Husain.

  • Perkataan: Karena beberapa faktor politik pada periode kekuasan Muawiyah, maka penukilan riwayat dari Imam Husain as tidak banyak.[205] Sebagian besar perkataan Imam Husain as adalah berkaitan dengan masa pergerakannya dari Madinah ke Karbala. [206]Perkataan Imam ke-3 Syiah tentang tema-tema tauhid, Alquran, Ahlulbait, Ahkam, dan Akhlak dinukilkan dalam berbagai referensi. [207]
  • Doa-doa: Dalam kitab Musnad al-Imam al-Syahid kirat-kira terdapat 20 doa dan munajat yang dinukilkan dari beliau. Doa yang paling terkenal adalah Doa Arafah yang dibaca pada hari Arafah di padang Arafah. [208]
  • Syair-syair Mansub: Terdapat syair-syair yang dinisbatkan kepada Imam Husain as. Muhammad Shadiq Karbasi, mengumpulkan syair-syair itu dalam kitab 'Diwan al-Imam Husain dalam dua jilid, sanad dan sisi kebahasaannya telah diteliti. [209]
  • Khutbah-khutbah dan wasiat: Dalam sebagian sumber-sumber referensi dilaporkan mengenai Khutbah Imam Husain di Mina [210] dan Khutbah Imam Husain as pada hari Asyura [211] dan juga wasiat yang ditulis untuk Muhammad Hanafiyah yang menjelaskan tentang tujuan revolusi Karbala. [212]
  • Surat-surat: Dalam kitab Makatib al-Aimmah terkumpul 27 surat dari Husain bin Ali as. [213] Beberapa dari surat-surat ini ditujukan untuk Muawiyah dan sebagian lainnya ditujukan untuk orang-orang banyak dalam tema-tema yang bermacam-macam.

Bibliografi

Mengenai kepribadian dan Peri Kehidupan Imam Husain as, sangat banyak ensiklopedia, biografi, maqtal dan sejarah analitis yang telah ditulis. Lebih dari 40 kitab dan artikel dengan tema Bibliografi Imam Husain as, [214] diantaranya adalah Ketab Syenasi Ikhtishashi Imam Husain as yang memuat 1428 kitab. [215] Agha Buzurg Tehrani dalam kitab al-Dzari'ah mengenalkan buku sebanyak 985 kitab dalam tema ini. [216]

Kitab-kitab paling masyhur dalam tema ini:

1.Ensiklopedia:

  • Ensiklopedia Imam Husain as karya Muhammad Muhammadi Rei Syahri, terdiri dari 14 jilid
  • Dairah al-Ma'arif al-Husainiyyah karya Muhammad Shadiq Karbasi, hingga tahun 1388 telah terbit sebanyak 90 jilid. [217]
  • Farhang Asyura karya Jawad Muhadditsi

2. Biografi

  • Hayat al-Imam al-Husain as karya Baqir Syarif Quraisyi, 3 jilid
  • Terjemah al-Imam al-Husain karya Ibnu Adim, 1 jilid
  • Bagian yang membahas tentang Imam Husain as dalam dua kitab Thabaqat al-Kubra dan Tarikh Madinah Dimasyq yang diberi judul Terjemah al-Imam al-Husain yang dicetak secara terpisah.
  • Peri kehidupan Imam Husain karya Sayid Hasyim Rasuli Mahalati

3. Maqtal: Setiap laporan tertulis yang berisi tentang tema-tema pembunuhan, kisah syahadah salah seorang tokoh sejarah disebut dengan maqtal. [218] Maqtal pertama yang ditulis berkaitan dengan Imam Husain as adalah Maqtal al-Husain as karya Abu Mikhnaf yang ditulis pada abad ke-2. Berikut ini adalah sebagian dari maqtal Imam Husain:

4. Sejarah Analisis

  • Pas az Panjah Sal karya Sayid Ja'far Syahidi
  • Syahid Jawid karya Salihi Najaf Abadi
  • Hamaseh Husaini karya Murtadha Muthahhari
  • Barrasi Tarikh Asyura karya Muhammad Ayati

5. Makalah: Terdapat sangat banyak makalah-makalah yang ditulis berkenaan dengan kepribadian dan peri kehidupan Imam Husain bin Ali as. Sebagiannya disusun dengan cara mengundang para penulis untuk menulis karya tentang Imam Husain as, dua kitab Majmu' Maqalat Konggere Meli Hamaseh Husaini dan Dirasat wa Buhuts Mu'tamar al-Imam Husain as.

Lihat Juga

Didahului oleh:
Imam Hasan as
Imam ke-3 Syiah Imamiyah
50 H-61 H
Diteruskan oleh:
Imam Sajjad as

Catatan

  1. Dalam kitab Luhuf disebutkan bahwa sebelum Imam Husain as bergerak menuju Kufah, ia melihat Rasulullah saw dalam tidur: Tuhan berkehendak melihat kematianmu. (Ibnu Thawus, Luhuf, 1348, hlm. 65. Juga adanya laporan bahwa sebelum bergerak ke arah Irak, Imam Husain as membacakan khutbah: Seolah-olah aku melihat serigala-serigala padang pasir, antara Nawawis dan Karbala, mencabik-cabik diriku. (Arbili, Kasyf al-Ghumah, 1421, jld. 21, hlm. 573.)
  2. فَإِنَّهُ مَكْتُوبٌ عَنْ یَمِینِ الْعَرْشِ مِصْبَاحٌ هَادٍ وَ سَفِینَةُ نَجَاة (Syekh Shaduq, Kamaluddin, 1395, jld. 1, hlm. 265) Dalam riwayat-riwayat yang lebih baru, nukilan ini di nukil secara makna dengan perbedaan sedikit dari teks aslinya yang terkenal dengan ان الحسین مصباح الهدی و سفینة النجاة

Catatan Kaki

  1. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 27
  2. Muslim, Shahih Muslim, 1423 H, jld. 15, hlm. 190; Kulaini, al-Kāfi, 1363 H, jld. 1, hlm. 278.
  3. Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 1, hlm. 168.
  4. Zamakhsyari, al-Kassyaf, 1415 H, terkait ayat 61 surah Ali Imran; Fakhrurazi, al-Tafsir al-Kabir, 1405 H, terkait ayat 61 Surah Ali Imran.
  5. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, jld. 1, hlm. 331; Ibnu Katsir, Tafsir Alquran, 1419 H, jld. 3, hlm. 799; Syaukani, Fath al-Qadir, jld. 4, hlm. 279.
  6. Ya'qubi, Tārikh al-Ya'qubi, Dar Shadir, jld. 2, hlm. 226; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 363.
  7. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 414-416.
  8. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 395; Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf, 1409 H, jld. 7, hlm. 269.
  9. Haj Manucehri, Husain, Imam, hlm. 681
  10. Haj Manucehri, Husain, Imam, hlm. 686
  11. Muhadditsi, Farhang Asyura, hlm. 372
  12. Guruh Tarikh Pazuhisygah Hauzah wa Danesygah, Tarikh Tasyayyu', hlm. 21
  13. Haj Manucehri, Husain, Imam, hlm. 687
  14. Haj Manucehri, Husain, Imam, hlm. 689
  15. Haj Manucehri, Husain, Imam, hlm. 681
  16. Syekh Thusi, al-Amāli, 1414 H, hlm.327; Ibnu Syahr Asyub, al-Manāqib, 1379 HS, jld. 2, hlm. 211.
  17. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, 376-410; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 7, Muslim, Sahih Muslim, 1423, jld. 10, hlm. 376-410 dan jld. 15, hlm. 190; Ibnu Katsir, Tafsir Alquran, 1419, jld. 3, hlm. 799.
  18. Silakan lihat: Husaini Syahrudi, Imām Husain wa Asyurā az Didgāh Ahlul Sunah wa Ayub, Terjemah Persia, Fadhail Imam Husain as dalam hadis-hadis Ahlu sunah.
  19. Ayyub, M. , terj. Qasimi, Fadhāil Imām Husain as dar Ahādis Ahlusunah.
  20. Abu Bakar Ibnu Arabi, al-Awash min al-Qawāshim, al-Maktabah al-Salafiyyah, hlm. 232.
  21. Ibnu Taimiyyah, Minhaj al-Sunah al-Nabawiyyah, 1406, jld. 4, hlm. 530-531.
  22. Ibnu Khaldun, Tārikh Ibnu Khaldun, Dar Ihya al-Tsurats al-Arabi, jld. 1, hlm. 217.
  23. Ibnu Khaldun, Tārikh Ibnu Khaldun, Dar Ihya al-Tsurats al-Arabi, jld. 1, hlm. 216.
  24. Alusi, Ruh al-Ma'āni, 1415, jld. 13, hlm. 228.
  25. Iqad, Abu Syuhadā, 1429, hlm. 207.
  26. . Iqad, Abu Syuhadā, 1429, hlm. 141.
  27. Thaha Husain, Ali wa Banuhu, Dar al-Ma'arif, hlm. 239.
  28. Furukh, Tajdidi fi al-Muslimin La fi al-Islam, Dar al-Kitab al-Arabi, hlm. 152.
  29. Nashir Dawudi, Inqilab Karbala az Didgah Ahlu Sunah, 1385, hlm. 287-319.
  30. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 27; Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, Dar Shadir, jld. 1, hlm. 98, 118.
  31. Ibnu Syahr Asyub, al-Manāqib, 1379, jld. 3, hlm. 397, Arbili, Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 10, hlm. 244.
  32. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1987, jld. 6, hlm. 357; Ibnu Katsir, Asad al-Ghabah, Beirut, jld. 2, hlm. 10.
  33. Ibnu Mandzur, Lisān al-Arab, 1414 H, jld. 4, hlm. 393; Zaidi, Tājul Arus, 1414, jld. 7, hlm. 4.
  34. Ibnu ‘Asakir, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 239-244; Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 S, jld. 39, hlm. 63.
  35. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418, jld. 10, hlm. 239-244; Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 SH, jld. 39, hlm. 63.
  36. Rei Syahri, Dānesy Nāmeh Imām Husain, 1388, jld. 1, hlm. 194-195.
  37. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1414 H, jld. 2, hlm. 27.
  38. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 27; Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf, 1409, jld. 8, hlm. 65; Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, 1960, jld. 1, hlm. 213.
  39. Muhadditsi, Farhangge Asyurā, 1380 S, hlm. 39.
  40. Ibnu Abi Tsalaj, Tārikh al-Aimmah, 1406, hlm. 28; Ibnu Thalhah Syafi'i, Mathālib al-Suul, 1402, jld. 2, hlm. 374; Untuk mengetahui senarai nama panggilan bagi Imam Husain as, silakan lihat: Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib, 1385 S, jld. 4, hlm. 86.
  41. Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib, 1385 S, jld. 4, hlm. 86.
  42. Silahkan lihat: Himiri, Qarb al-Isnād, 1413 H, hlm. 99-100; Ibnu Qauluwiyah, Kāmil al-Ziyārah, 1417, hlm. 216-219; Syekh Thusi, Amāli, 1414, hlm. 45-50.
  43. Ibnu Qauluwiyah, Kāmil al-Ziyārah, 1356, hlm. 176.
  44. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 3, hlm. 142; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, hlm. 127; Maqrizi, Amtā' al-Asmā', 1420, jld. 6, hlm. 19.
  45. Reisyahri, Dānesy Nāmeh Imām Husain, 1388, jld. 1, hlm. 474-477.
  46. Kulaini, al-Kāfi, 1365, jld. 1, hlm. 463; Syekh Thusi, Tahdzib al-Ahkām, 1401, jld. 41; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'āb, 1412, jld. 1, hlm. 392.
  47. Ya'qubi, Tārikh al-Ya'qubi, Beirut, jld. 2, hlm. 263; Dulai, al-Dzari'ah al-Thahirah, 1407 H, hlm. 102, 121; Thabari, Tārikh Thabari, 1962, jld. 2, hlm. 555; Syekh Mufid, al-Irsyād, jld. 2, hlm. 27.
  48. Ibnu al-Masyhadi, al-Mazār (al-Kabir), hlm. 397; Syekh Thusi, Mishbāh al-Mutahajid, 1411, hlm. 826, 828; Sayid Ibnu Thawus, Iqbāl al-A'māl, 1367, 689-690.
  49. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 27.
  50. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 129; Maqrizi, Amtā' al-Asmā', 1420, jld. 12, hlm. 237; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Dar al-Fikr, jld. 6, hlm. 230.
  51. Kulaini, al-Kāfi, 1362 S, jld. 1, hlm. 465.
  52. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 129; Maqrizi, Amtā' al-Asmā', 1420, jld. 12, hlm. 237; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Dar al-Fikr, jld. 6, hlm. 230.
  53. Samawi, Abshār al-Ain, 1419, hlm. 93.
  54. Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, 1403, jld. 5, hlm. 323.
  55. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, Beirut, jld. 5, hlm. 354; Sunan Tirmidzi, 1403. Jld. 5, hlm. 322; Ibnu Habban, Sahih , 1993, jld. 13, hlm. 402; Hakim Nisyaburi, al-Mustadrak, 1406, jld. 1, hlm. 287.
  56. Ibnu Qauluwiyah, Kāmil al-Ziyārat, 1356 S, hlm. 50.
  57. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 6, hlm. 406-407; Syekh Shaduq, Uyun al-Akhbar al-Ridha, 1363 S, jld. 1, hlm. 85; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 1, hlm. 168.
  58. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418, jld. 10, hlm. 369.
  59. Rei Syahri, Dānesy Nāmeh Imām Husain, 1388, jld. 2, hlm. 324.
  60. Rei Syahri, Dānesy Nāmeh Imām Husain, 1388, jld. 2, hlm. 325.
  61. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, 1410, jld. 1, hlm. 29-30; Thabarsi, al-Ihtijāj, 1403, jld. 1, hlm.
  62. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418, jld. 10, hlm. 394; Tārikh al-Islām, 1993, jld. 5, hlm. 100; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib, 1379, jld. 4, hlm. 40; Baghdad, Tārikh Baghdād, 1412, jld. 1, hlm. 152.
  63. Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, 1415, jld. 14, hlm. 175; Sibth bin al-Khawash, 1418, hlm. 212.
  64. Kulaini, al-Kāfi, 1365 S, jld. 8, hlm. 206-207; Ibnu Abi Hadid, Syarah Nahj al-Balāghah, 1385-1387; jil 8, hlm. 253-254.
  65. Ibnu Khaldun, al-'Abr, 1401, jil 2, hlm. 573-574.
  66. Thabari, Tārikh Thabari, 1387, jld. 4, hlm. 269.
  67. Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, 1992, 568; Baladzuri, Futuh al-Buldān, 1988, hlm. 326; Muqadasi, al-Bada wa al-Tārikh, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyyah, jld. 5, hlm. 198.
  68. Ja'far Murtadha, al-Hayāt al-Siyāsah lil Imām al-Husain, Dar al-Sirah, hlm. 158.
  69. Zamani, Haqāiq Penhāni, hlm. 118-119.
  70. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, 141, jld. 1, hlm. 59; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 5, hlm. 558.
  71. Rei Syahri, Dānesy Nāmeh Imām Husain, 1388 S, jld. 2, hlm. 332-331.
  72. Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 S, jld. 10, hlm. 121.
  73. Syekh Mufid, al-Jamāl, 1413, hlm. 348; Dzahabi, Tārikh al-Islām, 1408.
  74. Nashr bin Muzahim, Waqā'ah al-Shiffin, 1382, hlm. 114-115.
  75. Nashr bin Muzahim, Waqā'ah al-Shiffin, 1382, hlm. 114-115.
  76. Ibnu A'tsam, al-Futuh, 1411, jld. 3, hlm. 24; Ibnu Syahr Asyub, al-Manāqib, 1379, jld. 3, hlm. 168.
  77. Arbili, Kasyf al-Ghummah, 1421, jld. 1; Nahj al-Balāghah, Riset: Subhi Salehi, Khuthbah 207, hlm. 323.
  78. Ibnu Abdul Barr, al-Isti'āb, 1412, jld. 3, hlm. 939.
  79. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1387, jld. 5, hlm. 147.
  80. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, 141, jld. 1, hlm. 181; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1414, jld. 1, hlm. 25.
  81. Kulaini, al-Kāfi, 1362 S, jld. 3, hlm. 220; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 2 hlm. 497-498.
  82. Kulaini, al-Kāfi, 1362 S, jld. 1, hlm. 291; Ibnu Syahr Asyub, al-Manāqib, 1379, jld. 3, hlm. 401.
  83. Ibnu Qutaibah Dinawari, al-Imāmah wa al-Siyāsah, 1410, jld. 1, hlm. 187.
  84. Dinawari, al-Akhbār wa al-Thiwāl, 1368 S, hlm. 221.
  85. Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl (Rijāl Kasyi), 1348 S, hlm. 11.
  86. Syekh Thusi, Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal (Rijal Kasyi), 1348 S, hlm. 11.
  87. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 32.
  88. Ibnu A'tsam, al-Futuh, 1411, jld. 4, hlm. 292; Ibnu Syahr Asyub, al-Manāqib, 1379, jld. 4, hlm. 35.
  89. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1387, jld. 5, hlm. 160; Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, 1415, jld. 13, hlm. 267.
  90. Ja'fariyan, Hayāt Fikri wa Siyāsi Aimah, 1381 S, hlm. 157-158.
  91. Dinawari, al-Akhbār al-Thiwāl, 1368 HS, hlm. 220.
  92. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 3, hlm. 150.
  93. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1387, jld. 5, hlm. 165; Ibnu Jauzi, al-Muntadzam, 1992, jld. 5, hlm. 184.
  94. Mush'ab bin Abdullah, Kitāb Nasab Quraisy, 1953; hlm. 57-59, Bukhari, Sarr al-Silsilah al-Alawiyyah, 1381, jld. 1, hlm. 30; Syekh Mufid, al-Irsyād, cet. Rasuli Mahalati, jld. 2, hlm. 135.
  95. Thabari, Dalāil al-Imāmah, 1408, jld. 1, hlm. 74; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib, cet. Rasuli Mahalati, jld. 4; Ibnu Thalhah Syafi'i, Mathālib al-Suul, 1402, jld. 2, hlm. 69.
  96. Ibnu Fandaq, Lubab al-Ansab, 1385, hlm. 355.
  97. Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib, cet. Rasuli Mahalati, jld. 4, hlm. 109; Thabari, Dalāil al-Imāmah, 1408, jld. 1, hlm. 74.
  98. Ibnu Thalhah Syafi'i, Mathālib al-Suul, 1402, jld. 2, hlm. 69.
  99. Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, 1415, jld. 13, hlm. 69.
  100. Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, 1415, jld. 13, hlm. 262.
  101. Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Dar al-Fikr, jld. 5, hlm. 338; Tārikh al-Khulafā, 1425, jld. 1, hlm. 149.
  102. Thaqusy, Daulat Umawiyān, 1389, hlm. 19.
  103. Thaqusy, Daulat Umawiyān, 1389, hlm. 19 menurut nukilan dari Kand Hali, Hayāt al-Shahabah, jld. 3, hlm. 63.
  104. Nashr bin Muzahim, Waqa'ah Shiffin, 1403, hlm. 31-33.
  105. Ibnu Hajar Asqalani, al-Ashābah, 1410, jld. 1, hlm. 64; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Dar al-Fikr, jld. 6, hlm. 220.
  106. 14; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Dar al-Fikr, jld. 8, hlm. 131.
  107. Thaqus, Daulat Umawiyān, 1389, hlm. 28-29.
  108. Thabarsi, al-Ihtijāj, 1403, jld. 2, hlm. 295.
  109. Ibnu Syahr Asyub, al-Manāqib, 1379, jld. 2, hlm. 381.
  110. Shabiri, Tarikh Firaq Islami, jld. 1, hlm. 181
  111. Misalnya silahkan lihat: Syekh Shaduq, al-I'tiqadat, hal 104; Ibnu Babuwaih Qumi, al-Imāmāh wa al-Tabsyarah, hlm. 104.
  112. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 30
  113. Kulaini, al-Kāfi, 1362, jld. 1, hlm. 297.
  114. Kulaini, al-Kāfi, 1362, jld. 1, hlm. 301.
  115. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 31
  116. Kulaini, al-Kāfi, 1362, jld. 1, hlm. 304.
  117. Kulaini, al-Kāfi, 1362, jld. 1, hlm. 291
  118. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 32; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib, jld. 4, hlm. 87.
  119. Dinawari, al-Akhbār al-Thiwāl, 1368, hlm. 222; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 3, hlm. 152.
  120. Ja'fariyan, Hayāt Fikri wa Siyāsi Aimah, 1381 S, hlm. 175.
  121. Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, 1993, jld. 3, hlm. 175.
  122. Dinawari, al-Akhbār al-Thiwāl, 1368, hlm. 224, Kasyi, Rijal al-Kasyi, 1348, hlm. 48.
  123. Ibnu Sa’ad, al-Tabaqāt al-Kubra, 1418, jld. 10, hlm. 441; Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1387, jld. 5, hlm. 322; Ibnu A'tsam Kufi, al-Futuh, 1991, jld. 4, hlm. 349-350.
  124. Dinawari, al-Akhbār al-Thiwāl, 1368, hlm. 222-225; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 3, hlm. 120-121, Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, jld. 1, hlm. 202-204.
  125. Ibnu Sa'ad, al-Tabaqāt al-Kubrā, 1418, jld. 10, hlm. 440; Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl (Rijal Kasyi), 1348, hlm. 50; Dzahabi, Tārikh al-Islām, 1409 H, jld. 5, hlm. 6; Ibnu Asakir, Tārikh Madinah al-Damisyq, 1415, jld. 14, hlm. 206.
  126. Thabarsi, al-Ihtijāj, 1403, jld. 2, hlm. 296.
  127. Ya'qubi, Tārikh al-Ya'qubi, Dar Shadir, jld. 2, hlm. 231; Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl (Rijal Kasyi), 1348, hlm. 48; Arbili, Kasyf al-Ghumah fi Ma'rifah al-Aimah, 1421, jld. 1, hlm. 574.
  128. Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Dar al-Fikr, jld. 8, hlm. 79.
  129. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, 1510, jil 1, hlm. 204.
  130. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah 1410, jld. 1, hlm. 208-209.
  131. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, 1410, jld. 1, hlm. 211
  132. Ibnu Sya'bah Harani, Tuhaf al-Uqul, 1404, hlm. 68.
  133. Kumpulan Peneliti Sejarah, Tārikh Qiyām wa Maqtal Jāmi' Sayid al-Syuhadā, 1389, jld. 1, ha. 392.
  134. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 3, hlm. 155; Mufid, al-Irsyād, 1399, jld. 2, hlm. 32.
  135. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1387, jld. 5, hlm. 338.
  136. Abu Mikhnaf, Maqtal Husain, Mathbu'ah al-Ilmiyah, hlm. 5; al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 33.
  137. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417, jld. 3, hlm. 160; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 34.
  138. Baladzuri, Ansab, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 156; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 36.
  139. Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 66.
  140. Baladzuri, Ansab, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 157-159; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 36-38.
  141. Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 41.
  142. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 160; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 66.
  143. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 450; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Dar al-Fikr, jld. 8, hlm. 159 dan 161.
  144. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1387, jld. 5, hlm. 408, Miskawai, Tajārib al-Umam, 1379 H, jld. 2, hlm. 6 8; Ibnu Atsir, al-Kamil, 1965, jld. 4, hlm. 51.
  145. Ibnu A'tsam, al-Kufi, al-Futuh, 1991, jld. 5, hlm. 83; Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1387 H, jld. 5, hlm. 409; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 84; Ibnu Miskawaih, Tajārib al-Umam, 1379 H, jld. 2, hlm. 58.
  146. Dinawari, al-Akhbār al-Thiwāl, 1368 H, hlm. 253; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 176; Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, 1378, jld. 5, hlm. 409; Ibnu Atsir, al-Kamil, 1965, jld. 4, hlm. 52.
  147. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 414; Ibnu Miskawaih, Tajārib al-Umam, 1379, jld. 2, hlm. 71.
  148. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 182; Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 414; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1399 H, jld. 2, hlm. 89.
  149. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 417; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1399 H, jld. 2, hlm. 91.
  150. Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld .2, hlm. 91-94.
  151. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 429-530.
  152. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 428; Syekh Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 99.
  153. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 446; Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibin, Dar al-Ma'rifah, hlm. 80.
  154. Mufid, al-Irsyād, 1399 H, jld. 2, hlm. 112; Khawarazmi, Maqātil al-Husain as, 1423 H, jld. 2, hlm. 41; Thabarsi, I'lām al-Wara, 1390 H, jld. 1, hlm. 469.
  155. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 450-453; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1968, jld. 6, hlm. 441; Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibin, Dar al-Ma'rifah, hlm. 118; Mas'ud, Muruj al-Dzahab, 1409 H, jld. 3, hlm. 62; Mufid, al-Irsyād, 1399 H, jld. 2, hlm. 112.
  156. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 411; Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 456.
  157. Mufid, al-Irsyād, jld. 2, hlm. 113; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 204; Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 455; Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 259.
  158. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 456.
  159. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 455.
  160. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, 1378 H, jld. 5, hlm. 455.
  161. Muqarram, Maqtal al-Husain, 1426 H, hlm. 335-336.
  162. Isytihardi, Haft Sāle Cerā Shedā Darawarad?, 1391 H, hlm. 154.
  163. Sayid Murtadha, Tanzih al-Anbiyā, 1409 H, hlm. 227-228.
  164. Shalihi Najaf Abadi, Syahid Jāwid, 1387 H, hlm. 157-158.
  165. Shihati Sardarwadi, Asyura Pazuhi, 1385 H, hlm. 296-299.
  166. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk 1378 H, jld. 5, hlm. 458-459; Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 117.
  167. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 9, hlm. 317.
  168. Imam Khomeini Shahifah Nur, 1379 S, jld. 17, hlm. 58.
  169. Budaya Asyura Lintas Agama Islam
  170. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 142 dan 453; Syekh Mufid, 1413 H, jld. 2, hlm. 27; Thabarani, al-Mu'jam al-Kabir, Dar al-Nasyr, jld. 3, hlm. 95.
  171. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, Dar Shadir, jld. 3, hlm. 261; Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, 1403 H, jld. 5, hlm. 325.
  172. Thabarani, al-Mu'jam al-Kabir, Dar al-Nasyr, jld. 3, hlm. 101.
  173. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 6, hlm. 419-422; Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf, 1409 H, jld. 6, hlm. 3 dan 15.
  174. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 7; Mufid, al-Irsyād, 1413 H, jld. 2, hlm. 27.
  175. Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 142; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 385.
  176. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, Dar Shadir, jld. 2, hlm. 440; Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak, 1406 H, jld. 3, hlm. 166; Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, 1403 H, jld. 5, hlm. 324.
  177. Reisyahri, Dānesynameh Imām Husain, 1388 HS, jld. 3, hlm. 166 dan 317.
  178. Kulaini, al-Kāfi, 1362 H, jld. 1, hlm. 527; Syekh Thusi, al-Ghaibah, 1411 H, hlm. 145.
  179. Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 S, jld. 44, hlm. 223-249.
  180. Munqari, Waqa'at al-Shiffin, 1403, hlm. 142.
  181. Kulaini, al-Kāfi, 1362, jld. 1, hlm. 465.
  182. Ibnu Qulawaih, Kāmil al-Ziyārah, 1365 S, hlm. 66.
  183. Ibnu Syahr Asyub, al-Manāqib, 1379 H, jld. 4, hlm. 82; Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 H, jld. 98, hlm. 69.
  184. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 411; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, 1415 H, jld. 14, hlm. 181.
  185. Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, 1415 H, jld. 14, hlm. 185.
  186. Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, 1415 H, jld. 7, hlm. 196-197; untuk hal yang serupa silahkan lihat Ibnu Hazm, al-Muhalla, Dar al-Fikr, jld. 8, hlm. 515; Arbali, Kasyf al-Ghummah, 1426 H, jld. 2, hlm. 476.
  187. Arbali, Kasyf al-Ghummah, 1421 H, jld. 1, hlm. 575.
  188. Reisyahri, Dānesy Nāmeh Imām Husain, 1388 S, jld. 2, hlm. 114-118.
  189. Syekh Shaduq, al-Khishāl, 1403 H, jld. 1, hlm. 135.
  190. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, 1418 H, jld. 10, hlm. 401; Ibnu Abdu Barr, al-Isti'ab, 1412 H, jld. 1, hlm. 397.
  191. Silahkan lihat, Pelaksanaan Majelis Duka Bulan Muharram Terselenggara di Asia Tenggara; Adab dan Tradisi Warga Iran di Bulan Muharram.
  192. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, 1417 H, jld. 3, hlm. 206.
  193. Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 S, jld. 45, hlm. 196.
  194. Ayinewand, Sunnah Azādāri wa Manqabatkhuni, 1386 S, hlm. 65-66, mengutip dari Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 11, hlm. 183; Ibnu Jauzi, al-Muntazham, 1992 M, jld. 7, hlm. 15.
  195. Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 S, jld. 44, bab 34, hlm. 278-296.
  196. Syekh Thusi, Mishbah al-Mutahajjid, 1411 H, hlm. 787.
  197. Ibnu Thawus, al-Luhuf, 1414 H, hlm. 225.
  198. Site Kantor Berita ABNA
  199. Ramz wa Rāz An Parcam Surkh, Markaz Melli Pasukhgui
  200. Thabathabai Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqa, 1404 H, jld. 2, hlm. 164.
  201. Ali Tha'mah, Karbala wa Haram-ha Muthahhar, Masy'ar, 89-112.
  202. Abu al-Faraj Isfahāni, Maqtal al-Thālibin, Dar al-Ma'rifah, hlm. 477.
  203. Tim Penulis, Negāhi Nu ber Jaryān Asyura, 1387 S, hlm. 425.
  204. Syekh Thusi, al-Amali, hlm. 227; Ibnu Syahr Asyub, al-Manaqib, jld. 2, hlm. 211
  205. Muhammadi Ray Sayhri, Danesynameh Imam Husain, jld. 13, hlm.12-14
  206. Najmi, Sukhanan Husain bin Ali az Madinah ta Karbala, hlm. 7
  207. Mausu'ah Kalimat al-Imam al-Husain, Muqadimah, hlm. z.
  208. Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 S, jld. 95, hlm. 214.
  209. Karbasi, Dairah al-Ma'ārif al-Husainiyyah, Diwan al-Imam al-Husain, 2001, jld. 1 dan 2.
  210. Ibnu Syu'bah, Tuhaf al-Uqul, 1404, hlm. 237-240.
  211. Mufid, al-Irsyād, 1413, jld. 2, hlm. 97-98.
  212. Khawarazmi, Maqtal Husain, 1423, jld. 1, hlm. 273.
  213. Miyanaji, Makatib al-Aimmah, 1426, jld. 3, hlm. 83-156.
  214. Isfandariya, Kitāb Syenāsihāi Imām Husain as, 1379 HS, hlm. 41.
  215. Shafar Ali Pur, Kitāb-e Syenāsi Ikhtisāshi Imām Husain as, 1381, hlm. 255.
  216. Isfandyari, Kitāb-e Syenāsi Tārikh Imām Husain as, 1380, hlm. 491.
  217. Asyenāi ba Dairah al-Ma'ārif Husaini.
  218. Shahibi, Maqtal wa Maqtal Negaran, 1373 HS, hlm. 31.

Daftar Pustaka

  • Abu al-Faraj al-Isfahani, Ali bin Husain. Maqātil al-Thālibiyyīn. Riset sayid Ahmad Saqar. Beirut: Dar al-Ma'rifah.
  • Abu al-Faraj al-Isfahani, Ali bin Husain. Al-Aghānī. Kairo: 1383 H.
  • Abu Bakr bin 'Arabi. Al-'Awāshim minal Qawāshim. Kairo: Al-Maktabah as-Salafiyyah.
  • Ahmadi Miyanji, Ali. Makātīb al-Aimmah. Riset Ayatullah Ahmadi Miyanji. Qom: Dar al-Hadist, 1421 H.
  • Ali Tha'meh, Salman Hadi. Karbalā wa Haramhā-ye Muthahhar. Teheran: Masy'ar.
  • Alusi, Sayid Mahmud. Rūh al-Ma'ānī. Beirut: Dar al-Kutub al- 'Ilmiyyah, 1415 H.
  • 'Amili, Muhammad bin Makki (Syahid Awwal). Ad-Durūs asy-Syar'iyyah fī Fiqh al-Imāmiyyah. Jld. 2. Qom: Jami'ah Mudarrisin, 1417.
  • 'Amili, Sayid Ja'far Murtadha. Al-Hayāh as-Siyāsiyyah li al-Imām al-Hasan. Beirut: Dar al-Sirah.
  • Aqqad, Abbas Mahmud. Abu asy-Syuhadā` al-Husain bin Ali. Cet. II.Tehran: Al-Majma' al-'Alami li at-Taqrib, 1429 H.
  • Asqalani, Ibnu Hajar. Al-Ishābah fī Tamyīz ash-Shahābah. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1415 H.
  • 'Asqalani, Ibnu Hajar. Al-Ishābah fī Tamyīz ash-Shahābah. Riset 'Adil Ahmad 'Abdul Maujud dan Ali Muhammad Muawwidh. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1995.
  • Ayinewand, Shadiq. Welayati dan Ali akbar. Sunnat-e 'Azādārī wa Manqabat Khānī dar Tārīkh Syi'ah Imāmiyyah. Dengan pendauluan dari Muhammad Taqi Zadeh. Cet. II. Qom: Muassisah Syi'ah Syenasi, 1386 HS(2007).
  • Azdi, Abu Mikhnaf. Maqtāl al-Husain as. Riset dan Ta'liq Husain al-Ghifari, Qom: Mathba'ah al-'Ilmiyah.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf Riset Suhail Zakkar dan Riyadh Zirikli. Beirut: 1417 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Beirut: Muassisah al-A'lami li al-Mathbu'at, 1397 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Cet. I. Jld. 1 dan 3. Riset Muhammad Baqir al-Mahmudi. Beirut: Dar at-Ta'aruf, 1977.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Riset Mahmud Firdaus 'Azhm. Damaskus: 1996-2000.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Riset Ihsan Abbas. Beirut: Jamiah al-Mutasyarriqain al-Amaniyyah, 1979.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Futūh al-Buldān. Beirut: Maktabah al-Hilal, 1988.
  • Bukhari, Sahl bin 'Abdullah. Sirr as-Silsilah al-'Alawiyyah. Riset Muhammad Shadiq Bahrul Ulum. Najaf: 1381 H.
  • Dekhoda, Ali Akbar. Lughat Nāmeh Dekhudā. jld. 6. Teheran: 1377 HS (1998).
  • Dinawari Abu Hunaifah, Ahmad bin Daud. Al-Akhbār at-Thiwāl. Riset 'Abdul Mun'im Amir diedit Jamaludin Syayyal. Qom: Mansyurat Radhi, 1368 HS (1989).
  • Dinawari, Ibnu Qutaibah. Al-Ma'ārif. Riset Tsarwat 'Okasyah. Kairo: Al-Hai`ah al-Mishriyah al-'Ammah lil Kitab, 1960.
  • Dinawari, Ibnu Qutaibah.Al-Imāmah wa as-Siyāsah. Cet. I. Riset Ali Syiri, Beirut: Dar al-Adhwa`, 1410 H.
  • Dulabi, Muhammad bin Ahmad. Adz-Dzurriyah at-Thāhirah an-Nabawiyyah. Riset: Sayid Muhammad Jawad Husaini. Qom: 1407 H.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad. Siyar A'lām an-Nubalā' . Jld. 3. Cet. IX. Riset Syu'aib al-Arnaut, Beirut, Muassisah ar-Risalah, 1993.
  • Dzahabi, Muhammad. Tārīkh al-Islām wa Wafayāt al-Masyāhīr wa al-A'lām.. Beirut: Dar al-Kitab al-'Arabi, 1409 H.
  • Dzahabi, Muhammad. Tārīkh al-Islām wa Wafayāt al-Masyāhīr wa al-A'lām. Jld. 5. Diedit Oleh Umar Abdus Salām Tadmuri. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi,1993.
  • Esytehardi, Ali Panah. Haft Sāleh Cero Sedā Dar Āword? . Cet. I. Qom: Entesyarat-e Allameh, 1391 HS (2012).
  • Fakhruddin Razi, Muhammad bin Umar. Tafsīr al-Kabīr (Mafātih al-Ghaib). Cet III. Beirut: Dar al-Fikr1405 H.
  • Farrukh, Umar. Tajdīd fī al-Muslimīn lā fī al-Islām. Beirut: Dar al-Kitab al-'Arabi.
  • Hakim Naisyaburi. Al-Mustadrak. Riset Yusuf Abdurahman al-Mar'asyi. Beirut: 1406 H.
  • Harrani, Hasan bin Syu'bah. Tuhaf al-'Uqūl. Qum: Jami'ah Mudarrisin, 1404.
  • Himyari Qummi, 'Abdullah bin Ja'far. Qurb al-Isnād. Qom: 1413 H.
  • Husain, Thaha. 'Ali wa Banūhu. Kairo: Dar al-Ma'rifah.
  • Ibnu 'Abdil Barr, Yusuf bin Abdullah. Al-Istī'āb fī Ma'rifah al-Ashhāb. Cet.I. Diedit oleh Ali Muhammad al-Bajawi. Beirut: Dar al-Jil, 1412 H.
  • Ibnu Abi al-Hadid, Abdul Hamid bin Hibatullah. Syarh Nahj al-Balāghah. Riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Kairo: 1385-1387 H.
  • Ibnu Abi ats-Tsalaj, Muhammad bin Ahmad. Tārīkh al-Aimmah, dar Majmū'e-ye Nafīseh fī Tārīkh al-Aimmah. Riset Mahmud Mar'asyi. Qom: Ketabkhuneh Ayatullah Mar'asyi Najafi, 1406 H.
  • Ibnu Abi Syaibah al-Kufi, 'Abdullah bin Muhammad. al-Mushannaf fī al-Ahādīts wa al- Ātsār. Riset Sa'id Lahham. Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H.
  • Ibnu 'Asakir, Ali bin al-Hasan. Tārīkh madīnat Dimasyq. Cet. I. Beirut: Dar al-Fikr, 1415 H.
  • Ibnu A'tsam al-Kufi, Ahmad bin A'tsam. Kitāb al-Futūh. Cet I. Riset Ali Syiri. Beirut: Dar al-Adhwa',1991.
  • Ibnu A'tsam al-Kufi, Ahmad bin A'tsam. Kitāb al-Futūh. Cet I. Riset Ali Syiri. Beirut: Dar al-Adhwa',1991.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jazari. Al-Kāmil fī At-Tārīkh. Beirut: Dar ash-Shadir, 1965.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jazari. Usd al-Ghābah fī Ma'rifah ash-Shahābah. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi.
  • Ibnu babawaih Qummi, Abul Hasan bin Ali. Al-Imāmah wa at-Tabshirah minal Hairah. Riset Ali Akbar Ghaffari. Tehran: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1363 HS(1984).
  • Ibnu Fundaq Baihaqi, Ali bin Zaid. Lubāb al-Ansāb wa al-Alqāb wa al-A'qāb. Riset Mahdi Raja`i. Qom: Maktabah Ayatullah Mar'asyi, 1385 HS (2006).
  • Ibnu Fundaq Baihaqi, Ali bin Zaid. Lubāb al-Ansāb wa al-Alqāb wa al-A'qāb. Riset Mahdi Raja`i. Qom:1410 H.
  • Ibnu Hanbal, Ahmad. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar ash-Shadir.
  • Ibnu Hazm al-Andalusi, Ali bin Ahmad bin Sa'id. Al-Muhallā. Riset Muhammad Syakir. Beirut: Dar al-Fikr.
  • Ibnu Hibban. Shahih Ibnu Hibban. Riset Syua'ib Arnauth. Muassisah ar-Risalah, 1993.
  • Ibnu Jauzi, Abdurrahman bin Ali. Al-Muntazham fī Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk. Riset Muhammad Abdul Qodir 'Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992.
  • Ibnu Katsir, Ismail bin Umar bin Katsir ad- Dimasyqi. Al-Bidāyah wa an-Nihāyah. Beirut: Dar al-Fikr.
  • Ibnu Katsir, Ismail bin Umar bin Katsir ad- Dimasyqi. Al-Bidāyah wa an-Nihāyah. Beirut: Daru Ihya' at-Turats al-'Arabi, 1408 H.
  • Ibnu Katsir, Ismail bin Umar bin Katsir ad- Dimasyqi. Tafsīr al-Qur'ān al-'Azhīm. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1419 H.
  • Ibnu Khaldun, Abdurrahman bin Muhammad. Al-'Ibar: Tārīkh Ibnu Khaldūn. Beirut: Dar al-Fikr, 1401 H dan Cet. IV. Dar Ihya` at-Turats al-Arabi.
  • Ibnu Manzhur, Muhammad bin Mukrim. Lisān al-'Arāb. Riset Ali Syiri. Beirut: Daru Ihya' at-Turats, 1408 H.
  • Ibnu Masyhadi, Muhammad bin Ja'far. Al-Mazār al-Kabīr. Diedit oleh Jawad Qayyumi Isfahani. Qom: Muassisah an-Nasyr al-Islami,1419 H.
  • Ibnu Qulawaih Qummi, Ja'far bin Muhammad. Kāmil az-Ziyārāt. Riset Jawad Qayyumi Isfahani. Qom: 1417 H.
  • Ibnu Qulawaih Qummi, Ja'far bin Muhammad. Kāmil az-Ziyārāt. Najaf: Dar al-Murtadhawiyyah, 1356 H.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad bin Mani'. Ath-Thabaqāt al-Kubrā. Riset Ihsan Abbas. Beirut: 1968-1977.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad bin Mani'. At-Thabaqāt al-Kubrā. Cet. II. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1418 H.
  • Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Muhammad bin Ali. Manāqib Āli Abi Thālib. Riset Yusuf baqa'i. Qom: 1385 HS (2006).
  • Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Muhammad bin Ali. Manāqib Āli Abi Thālib. Riset Hasyim Rasuli Mahallati. Qom.
  • Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Muhammad bin Ali. Manāqib Āli Abi Thālib. Qom: Allame, 1379 H.
  • Ibnu Syu'bah al-Harrani, al-Hasan bin Ali. Tuhaf al-'Uqūl. Qom: Jami'ah al-Mudarrisin, 1404 H.
  • Ibnu Taimiyyah, Ahmad.Minhāj as-Sunnah an-Nabawiyyah. Riset Muhammad Risyad Salim. Jami'ah al-Imam Muhammad bin Sa'ud al-Islamiyyah, 1406 H.
  • Ibnu Thalhah Syafii. Mathālib as-Sa`ūl fi Manāqib Āli ar-Rasūl. Riset Majid bin Ahmad 'Athiyyah.
  • Ibnu Thawus, Ali bin Musa. Iqbāl al-A'māl. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1367 HS (1988).
  • Ibnu Thawus, Ali bin Musa. Al-Luhūf 'ala Qathli al-Thufūf. Tehran: Jahan, 1348 HS (1969).
  • Ibnu Thawus. Al-Luhūf 'ala Qathli at-Thufūf. Qom: Uswah, 1414H.
  • Ibnu Thawus. Al-Tharāif. jld. 1, Qom: Khiyam, 1400 H.
  • Irbili, Ali bin Isa. Kasyf al-Ghummah fī Ma'rifah al-Aimmah. Riset Ali Fadhili. Qom: 1426 H.
  • Irbili, Ali bin Isa. Kasyf al-Ghummah fī Ma'rifah al-Aimmah. Cet. I. Qom: Intisyarat-e Syarif ar-Radhi, 1421 H.
  • Isfandyari, Muhammad. Ketābsyenasī Ketābsyenasīhā-ye Imām Husain as. Majalah Triwulan Ketabha-ye Islami. No. 3, 1379 HS (2000).
  • Isfandyari, Muhammad. Ketābsyenasī -ye Tārīkhī Imām Husain as. Tehran: Sazman-e Cop wa Entesyarat, 1380 HS (2001).
  • Ja'fariyan, Rasul. Hayāt-e Fikrī wa Siyāsī-e Imāmān-e Syiah. Cet. VI. Qom: Anshariyan, 1381 HS (2002).
  • Jami' Ziyārāt al-Ma'shūmin. Penyusun Muassisah al-Imam al-Hadi as. Qom: Payam-e Imam Hadi as, 1389 HS (2010).
  • Kalidar, Abdul Jawad. Tārīkh Karbalā wa Hāir al-Husain Alaihis Salām. Najaf. Cet Offset, Qom: 1376 HS (1997).
  • Karbasi. Dāirah al-Ma'ārif al-Husainiyyah; Diwān al-Imam al-Husain. London: Al-Markaz al-Husaini li ad-Dirasat, 2001.
  • Kasyi, Muhammad bin Umar. Rijāl Kasyī. Masyhad: Danesygah Masyhad, 1348 HS(1969).
  • Kasyifi Sabzewari, Mulla Husain. Raudhah asy-Syuhadā. Qom: Nowid-e Islam, 1382 HS (2003).
  • Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali. Tārīkh Baghdād. Jld. 1. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1412 H.
  • Khawarizmi, Muwaffaq bin Ahmad. Maqtal al-Husain as. Cet. II. Qom: Anwar al-Huda, 1423 H.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kāfī. Cet. II. Tehran: al-Islamiyyah, 1362 HS (1983).
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kāfī. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1375 HS (1986).
  • Kumpulan Peneliti Sejarah. Tārīkh-e Jāmi` wa Maqtal Sayyid asy-Syuhadā Alaihis Salām. di bawah pengawasan Mahdi Pisywai. Cet. I. Qom: Entesyarat-e Muassisah Amuzesyi wa Pazuhesyi Imam Khomeini, 1389 Hs (2010).
  • Kumpulan penulis. Negāhī Nū be Jariyān-e 'Asyurā` . Cet. VI. Qom: Daftar-e Tablighat-e Islami, 1387 HS(2008).
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār al-Jāmi'ah li Dhurar Akhbār al-Aimmah al-Athhār. Cet. II. Tehran: Islamiyyah, 1363 HS (1984).
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār al-Jāmi'ah li Dhurar Akhbār al-Aimmah al-Athhār. Beirut: 1403 H.
  • Malik bin Anas. Al-Muwatthā` . Riset Muhammad Fuad 'Abdul Baqi. Cet. 1. Beirut: Daru Ihya' at-Turats al-'Arabi, 1985.
  • Maqrizi, Ahmad bin Ali. Imtā' al-Asmā' bimā li an-Nabī. Cet. I. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1420 H.
  • Mas'udi, Ali bin al-Husain. Itsbāt al-Washiyyah. Qom: Mansyurat ar-Radhi.
  • Mas'udi, Ali bin al-Husain. Murūj adz-Dzahab wa Ma'ādin al-Jawhar. Riset As'ad Daghir. Qom: Dar al-Hijrah, 1409 H.
  • Mas'udi, Ali bin Husain. At-Tanbīh wa al-Asyrāf. Diedit oleh Abdullah Ismail ash-Shawi. Kairo: Dar ash-Shawi. Cetak offset, Qom: Dar ats-Tsaqafah al-Islamiyyah.
  • Mausū'ah Kalimāt ar-Rasūl; Kitāb al-Hasanain dan kitāb Ahlul Bait as. Jld. 6. Penyusun Lajnah al-Hadist fi Markaz Ibhats Baqir al-Ulum. Tehran: Nasyr-e Amir Kabir, 1388 HS (2009).
  • Mazi. Tahdzib al-Kamāl. Riset Basyar 'Awad Ma'ruf. Jld. 6. Beirut: ar-Risalah, 1985.
  • Minqari, Nashr bin Muzahim. Waq'atu Shiffīn. Cet. II. Qom: Maktabah Ayatullah Mar'asyi Najafi, 1403 H.
  • Miskawaih, Abu 'Ali. Tajārib al-Umam. Jld. 2. Riset Abul Qasim Imami. Tehran: Surusy, 1379 HS (2000).
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. Al-Irsyād fī Ma'rifati Hujajillah 'ala al-'Ibād. Qom: Muktamar Syeikh Mufid, 1413 H.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. Al-Irsyād fī Ma'rifati Hujajillah 'ala al-'Ibād. Cet. I. Qom: Muktamar Syeikh Mufid, 1413 H.
*Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. Al-Jamal wa an-Nushrah li Sayyid al-'Itrah. Qom: Muktamar Syeikh Mufid, 1413 H.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. Masār al-Syi'ah. Qom: Muktamar Syeikh Mufid, 1413 H.
  • Muhadditsi, Jawad. Farhangg-e 'Asyūrā. Qom: Nasyr-e Mu'arrif, 1380 HS(2001).
  • Muhammad Rei Syahri. Danesynāmeh Imām Husain As. jld. 10. Diterjemahkan oleh Muhammad Muradi, Qom: Dar al-Hadits, 1430H.
  • Muqaddasi, Muthahhar bin Thahir. Al-Bad`u wa At-Tārīkh. Maktabah ats-Tsaqafah ad-Diniyyah.
  • Musawi al-Muqarram, Abdul Razaq. Maqtal al-Husain As. Beirut: Dar al-Kitab Islamiyah.
  • Mush'ab bin Abdullah. Kitāb Nasab Quraisy. Riset Levi Provençal. Kairo: 1953.
  • Muslim Naisyaburi, Muslim bin Hajjaj. Shahīh Muslim. Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1423 H.
  • Muthahhari, Murtadha. Khidmat-e Mutaqābil-e Islam wa Iran. Tehran: Nasyr-e Shadra, 1380 HS(2001).
  • Nashiri Dawudi, Abdul Majid. Inqilāb-e Karbalā az Didgāh-e Ahl-e Sunnat. Qom: Muassisah Imam Khomeini, 1385 HS (2006).
  • Nashr bin Muzahim. Waq'atu Shiffīn. Riset Abdus Salām Muhammad Harun. Kairo: 1382 H.
  • Qadhi Thabathabai, Sayid Muhammad Ali. Tahqīq Darbāre-ye Awwal-e Arba'īn Hazrat-e Sayyid as-Syuhadā as. Qom: Bunyad-e 'Ilmi wa Farhanggi Syahid Ayatullah Qadhi Thabathabai, 1378 HS (1999).
  • Samawi, Muhammad bin Thahir. Ibshār al-'Ain fī Anshār al-Husain as. Cet I. Qom: Entesyarat-e Daneshgah-e Syahid Mahallati, 1419 H.
  • Sayid Murtadha, Ali bin Husain. Tanzīh al-Anbiyā` . Cet. II. Beirut: Dar al-Adhwa`, 1409 H.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali. 'Uyūn Akhbār ar-Ridhā. Diedit oleh Mahdi Lajurdi.Qom: 1363 HS (1984).
  • Shaduq, Muhammad bin Ali.. Al-Khishāl. Qom: Jamiah Mudarrisin, 1403 H.
  • Shaduq. Kamāl al-Din wa Tamām al-Ni’mah. Cet. II. Tehran: Islamiyyah, 1395 HS(2016).
  • Shafar Ali Pur, Hesymatullah. Ketāb Syenāsī Ikhtishāshī-ye Imām Husain as. Qom: Yaqut, 1381 HS (2002).
  • Shahibi, Muhammad Jawad. Maqtal wa Maqtal Negārān. Majalah Keihan-e Farhanggi. No. 11, 1373 HS (1994).
  • Sibth Ibn al-Jauzi, Yusuf bin Hisamuddin. Tadzkirah al-Khawāsh. Beirut: 1401 H.
  • Sibth Ibn al-Jauzi, Yusuf bin Hisamuddin. Tadzkirah al-Khawāsh. Cet. I. Qom: Mansyurat-e asy-Syarif ar-Radhi, 1418 H.
  • Suyuthi, Jalaluddin. Tārīkh al-Khulafā` . Maktabah Nizar Mushthafa al-Baz, 1425 H.
  • Syahidi, Sayid Ja'far. Tārīkh Tahlīlī Islām. Tehran: Markaz-e Nasyr-e Danesygahi, 1390.
  • Syahidi, Sayid Ja'far. Zandegānī-ye Ali bin al-Husain as. Tehran: Daftar Nasyr-e Farhang, 1365 HS (1986).
  • Syari'ati, 'Ali. Tasyayu'-e Alawī wa Tasyayyu'-e Shafawī. Tehran: Ca Pakhsy, 1377 HS (1998).
  • Syarif ar-Radhi, Muhammad bin Husain. Nahj al-Balāghah. Diedit oleh Shubhi Shalih. Qom: Hijrat, 1414 H.
  • Syaukani. Fathul Qadīr. Beirut: 'Alam al-Kutub.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Dalāil al-Imāmah. Beirut: Muassisah al-A`lami li al-Mathbuat, 1408 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk. Cet II. Riset Beirut: Daru at-Turats, 1387 H.
  • Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir.Riset Hamdi al-majid as-Salafi, Daru Ihya at-Turats al-Arabi. dan Cet. II. Kairo: Dar an-Nasyr Maktabah Ibnu Taimiyyah.
  • Thabrisi, Ahmad bin Ali. Al-Ihtijāj 'ala Ahli al-Lujāj. Masyhad: Nasyr-e Murtadha, 1403 H dan riset Muhammad Baqir Musawi Khersan, 1386 H.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. I'lām al-warā bi-A'lām al-Hudā. Tehran: Islamiyyah, 1390 H.
  • Thaqusy, Muhammad Suhail. Daulat-e Umawiyyan. Cet. V. Diterjemahkan oleh Hujjatillah Judaki. Qom: Pazuhesygah-e Hauzeh wa Danesygah, 1389 HS (2010).
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Al- Amālī. Qom: Dar ats-Tsaqafah, 1414 H.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Ghaibah. Qom: Dar al-Ma'arif al-Islamiyyah, 1411 H.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl. Masyhad: Danesygah Masyhad, 1348 HS(1969).
  • Tirmidzi, Muhammad bin 'Isa. Sunan at-Tirmidzī. Jld. 5. Riset Abdurrahman Muhammad Utsman. Beirut, Dar al-Fikr, 1403.
  • Ya'qubi, Ahmad bin Ya'qub. Tārīkh al-Ya'qūbī. Beirut: Dar ash-Shadir.
  • Yazdi, Sayyid Kadzim Thabathabai. Al-'Urwah al-Wutsqā fīmā Ta'ummu bihi al-Balwā . Beirut: 1404 H.
  • Yusufi Gharawi, Muhammad Hadi. Mausū'ah at-Tārīkh al-Islami. Qom: Majma' Andisyeh-ye Islami, 1417 H.
  • Zamakhsyari, Mahmud bin 'Umar. Al-Kasysyāf 'an Haqāiq Ghawāmidh at-Tanzīl wa Uyūn al-Aqāwīl fī Wujūh at-Ta'wīl. Cet. II. Qom: Nasyr al-Balaghah, 1415 H.
  • Zamani, Ahmad. Haqāiq-e Penhān; Pazuhesyī dar Zendegānī-ye Siyāsī-ye Imām Hasan Mujtabā. Qom: Entesyarat-e Dafatr-e Tablighat-e Islami, 1380 HS (2001).
  • Zubaidi Wasithi, Murtadha Husaini. Tāj al-'Arūs min Jawāhir al-Qāmūs. Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H.