Lompat ke isi

Neithhotep

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
R24
R4
Neith-hotep/Hotep-Neith
Era: Kerajaan Baru
(1550–1069 BC)
Hieroglif Mesir
Fragmen Alabaster dengan nama ratu Neith-hotep

Neithhotep atau Neith-hotep merupakan seorang Permaisuri Mesir Kuno yang hidup dan bertakhta selama awal Dinasti ke-1. Ia pernah dianggap sebagai penguasa laki-laki: Mastabanya yang luar biasa besarnya dan Serekh kerajaan yang mengandung namanya di beberapa jejak segel sebelumnya menyebabkan para Egiptolog dan sejarawan keliru bahwa ia mungkin seorang raja yang tidak dikenal.[1]

Ketika pemahaman tentang tulisan-tulisan awal bangsa Mesir berkembang, para ilmuwan mengetahui bahwa Neithhotep sebenarnya adalah seorang wanita dengan pangkat luar biasa; ia kemudian dianggap sebagai istri firaun pertama Mesir bersatu, Narmer, dan ibunda Hor-Aha. Penemuan yang lebih baru menunjukkan bahwa Neithhotep mungkin malah merupakan pasangan Hor-Aha, dan ibunda serta rekan-pemimpin pewaris dugaan Djer. Bukti arkeologi juga menunjukkan bahwa ia mungkin bertakhta sebagai firaun dengan haknya sendiri, dan karena itu pastilah raja wanita paling awal di dalam sejarah.[2]

Makam Neithhotep ditemukan pada tahun 1897 oleh arkeolog Prancis Jacques de Morgan di situs Naqada. Kemudian diselidiki lagi oleh arkeolog Jerman, Ludwig Borchardt pada tahun 1898. Suprastrukturnya terdiri dari Mastaba besar yang terbuat dari sumpur berlumpur, dinding luarnya tampak bagus. Sekarang benar-benar hancur karena erosi. Karena ukurannya yang snagat besar, makam tersebut pernah diyakini sebagai makam raja Menes. Pilihan tempat untuk makam tersebut mungkin menunjukkan bahwa ratu Neithhotep berasal dari utara Mesir Hilir. Pernah juga dipercaya bahwa Neithhotep menikah dengan Narmer untuk memfasilitasi penyatuan Narmer ke Mesir.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Toby A. H. Wilkinson: Early Dynastic Egypt - Strategy, Security and Society. Routledge, London 1999, ISBN 0-415-26011-6, p. 5 & 174.
  2. ^ Owen Jarus: Name of queen Neith-hotep found at Wadj Ameyra. In: Live Science, 19. January 2016 (online). (Englisch)