Bahasa Osing
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Bahasa Osing (Hanacaraka: ꦨꦴꦰꦴꦈꦱꦶꦁ; basa using; Pegon: باسه اوسيڠ), atau yang juga dikenal sebagai "bahasa dari Banyuwangi" adalah sebuah varietas dari bahasa Jawa yang dituturkan oleh suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur. Bahasa Osing juga merupakan bahasa tertua di Pulau Jawa yang masih menggunakan banyak kata-kata Jawa Kawi dan egaliter seperti Dialek Banyumasan yang merupakan dialek Jawa tertua.[5] Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.
Fonologi
[sunting | sunting sumber]Bahasa Using mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:
- Adanya diftong [ai] untuk vokal [i]: semua leksikon berakhiran ⟨i⟩ pada Bahasa Osing selalu terlafal sebagai/ai/. Seperti misalnya geni /gəni/ (api) terbaca genai, bengi bəŋːi (malam) terbaca bengai, gedigi /gədigi/ (begini) terbaca gedigai.
- Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran ⟨u⟩ hampir selalu dilafalkan sebagai /a/. Seperti gedigu /gədigu/(begitu) terbaca gedigau, asu (anjing) terbaca asau, awu (itu) terbaca awau.
- Pelafalan konsonan [k] akhiran untuk konsonan [ʔ] selalu dibaca sebagai /k̚/ (k nirlepas, antara lain "apik" /apiʔ/ (bagus) terbaca /apik̚/, "manuk" /manuʔ/~manoʔ/ (burung) terbaca /manuk̚/~/manok̚/, dan seterusnya.
- Konsonan hentian glotis [ʔ] seperti secara ortografi dilambangkan dengan tanda petik tunggal seperti ⟨piro'⟩ (berapa), ⟨kiwo'⟩ (kiri) dan demikian seterusnya.
- Palatalisasi konsonan yang dilambangkan dengan imbuhan -y-. Dalam Bahasa Using, kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Contoh pada bahasa Using Seperti kata "barong" /baroŋ/ (barong) dilafalkan menjadi "byarong" /bʲaroŋ/, "uwak" (tante/om) dilafalkan "uwyak"/uwʲak̚/, "embah" /əmbah/ (kakek/nenek) dilafalkan "embyah" /əmbʲah/, "dhawuk" /ɖawuʔ/~/ɖawoʔ/ (dauk) dibaca "dhyawuk" /ɖʲawuk̚/~/ɖʲawok̚/. Adapun kata "Banyuwangi" /baɳːuwaŋːi/ pengucapannya gabungan antara diftong [ai] dan juga palatalisasi [j], sehingga pelafalannya ialah "Byanyuwangai" /bʲaɳːuwaŋːi/~/biaɳːuwaŋːi/.
Varian Bahasa Using
[sunting | sunting sumber]Bahasa Using mempunyai kesamaan dan memiliki kosakata Bahasa Jawa Kuna yang masih tertinggal. Varian yang dianggap Kunoan terdapat utamanya diwilayah Giri, Glagah dan Licin, di mana Bahasa Using di sana masih dianggap murni.[butuh rujukan] Sedangkan Bahasa Using di Kabupaten Jember telah banyak terpengaruh oleh Bahasa Madura dan Bahasa Jawa baku, sehingga membuat Bahasa Using di Jember berbeda dan terkesan tercampur-campur/tidak murni jika dibandingkan dengan Bahasa Using di Banyuwangi yang lebih asli dan murni.[butuh rujukan]
Tata bahasa
[sunting | sunting sumber]Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang digunakan di situasi yang berbeda. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan oleh tua-muda, miskin-kaya, pejabat-rakyat biasa, egaliter dan tidak ada perbedaan khusus diantara semuanya. Yang menjadi pembeda hanyalah intonasi serta pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya:
- Siro wis madhyang? = kau sudah makan?
- Riko wis madhyang? = kamu sudah makan?
- Ndiko wis madhyang? = anda sudah makan?
Tingkatan pronomina
[sunting | sunting sumber]- Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
- Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel (umur)
- Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)
- Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua dan tokoh yang dihormati
Sedangkan Cara Besiki adalah bentuk yang dianggap sebagai bentuk wicara ideal. Berbeda dengan masyarakat Jawa, Sunda, ataupun bali yang menggunakan Bahasa alus(krama inggil) kepada orang yang lebih tua, di dalam masyarakat Osing Cara Besiki ini hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus/sakral yang bersifat keagamaan dan ritual, selain itu juga digunakan untuk acara pertemuan menjelang perkawinan.
Imbuhan ⟨-y-⟩
[sunting | sunting sumber]Beberapa dari kata dalam bahasa Osing masih memiliki imbuhan ⟨-y-⟩ (Templat:Ipa blink yang terletak di tengah-tengah kata, misalnya seperti "ngumbyah", "kidyang" yang berbeda dengan pelafalan dalam bahasa Jawa baku, yakni /ŋum.bah/ dan /ki.daŋ/.[6]
Selain itu, inventoris kata dalam bahasa Osing yang berbeda dari bahasa Jawa baku yang lain adalah sebagai berikut:[6]
- osing/sing (Terjemahan: "Tidak"; Bahasa Jawa Baku: ora)
- paran (Terjemahan: "apa"; Bahasa Jawa Baku: : åpå)
- kadhung (Terjemahan: "Jikalau"; Bahasa Jawa Baku: :yèn,lèk,nèk)
Kosakata
[sunting | sunting sumber]Kosakata Bahasa Using merupakan turunan langsung dari Bahasa Jawa Kuna, akan tetapi menurut penelitian oleh Prof. Dr. Suparman Heru Santosa: Bahasa Using sudah memisahkan diri dari Bahasa Jawa Pertengahan sejak tahun 1400 M hingga 1500 M, dengan demikian sebelum Kerajaan Blambangan berdiri pun Bahasa Using sudah berkembang dan digunakan di Banyuwangi. [butuh rujukan] Sehingga ada beberapa kata pada Bahasa Using yang berasal dari Bahasa Jawa Kuna, serta adanya pengaruh Bahasa Bali sedikit signifikan terlihat dalam bahasa ini, seperti kosakata sing (tidak) dan bojog (monyet).
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Bahasa Osing di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
- ^ https://www.ethnologue.com/language/osi; diakses pada: 4 Januari 2019.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Osing". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Osing". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ https://www.liputan6.com/jatim/read/5007791/asal-usul-bahasa-osing-banyuwangi-lebih-tua-dari-kerajaan-majapahit
- ^ a b "Projects > Javanese Dialectology > Osing Dialect". Jakarta Field Station. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 2011-05-14.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Wittke, Jonas (2019). Status Planning and Regional Identity: The Case of Osing in Banyuwangi, Indonesia (Tesis Ph.D.). Rice University.
- Arps, Bernard (2010), "Terwujudnya bahasa Using di Banyuwangi dan peranan media elektronik di dalamnya (selayang pandang, 1970–2009)", dalam Mikihiro Moriyama; Manneke Budiman, Geliat Bahasa Selaras Zaman: Perubahan Bahasa-Bahasa di Indonesia Pasca-Orde Baru, hlm. 225–248, hdl:1887/15213
- Arps, Bernard (2009). "Osing Kids and the banners of Blambangan Ethnolinguistic identity and the regional past as ambient themes in an East Javanese town". Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia. 11 (1): 1. doi:10.17510/wjhi.v11i1.142 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-22. Diakses tanggal 2022-11-23.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Bahasa Osing di Ethnologue